METODE ATAU SIKAP DAKWAH

Bab 1

Latar Belakang

Dakwah adalah merupakan suatu upaya mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat munkar untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Upaya mengajak agar timbul pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama secara baik dan benar memerlukan cara atau jalan. Cara atau jalan inilah yang disebut juga dengan metode. Metode atau cara adalah merupakan hal penting untuk mencapai suatu tujuan. Jika metode atau cara yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan situasi dan kondisi atau kebutuhan, maka Insya Allah tujuan yang diinginkan itu akan tercapai dengan baik. Begitu juga sebaliknya, jika metode yang dipakai tidak cocok dengan situasi atau kondisi bahkan dengan kebutuhan audien maka besar kemungkinan tujuan tidak akan tercapai dengan baik. Karena itulah di antaranya bahwa metode dalam dakwah adalah merupakan salah satu komponen yang tidak bisa diabaikan bahkan sangat menentukan dalam tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dakwah . maka dari itu untuk memenuhi tugas mata kiliah tafsir, kami akan membuat makalah tentang metode dakwah yang ada pada surah an-nahl dan yunus.

Rumusan Masalah

  1. Metode atau sikap dakwah dalam surah an-nahl ayat 125

  2. Metode atau sikap dakwah dalam surah yunus ayat 99-100


 

Bab II

pembahasan

  1. Redaksi Q.S An-Nahl ayat 125


ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

  1. Tafsir Q.S An-Nahl ayat 125


Menurut al-Azhar

Ayat ini mengandung ajaran kepada rasul s.a.w. tentang cara melancarkan dakwah, atau seruan terhadap manusia agar mereka berjalan di atas jalan allah (sabilillah). Sabilillah, atau shirathal mustaqim, atau dinul haqqu, agama yang benar. Nabi s.a.w. memegang tampuk pimpinan dalam melaksanakan dakwah itu. Kepadanya dituntukan oleh tuhan bahwa didalam melakukan dakwah hendaklah memakai tiga macam cara atau tiga tingkat cara. Pertamahikmah (kebijaksanaan) yaitu dengan secara bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih menarik perhatian orang kepada agama atau terhadap kepercayaan kepada tuhan. KeduaAl- mau’izhatul Hasanah, yang diartikan pengajaran yang baik, atau pesan-pesan yang baik, yang disampaikan sebagai nasehat. Sebagai pendidikan dan tuntutan dari kecil. Ketiga, “ Jadilhum billati hiya ahsan”, bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Kalau terpaksa timbul perbantahan atau pertukaran fikiran, yang di zaman kita disebut polemik, ayat ini menyuruh, agar dalam hal yang demikian, kalau sudah tidak dapat di elakan lagi, pilihlah jalan sebaik-baiknya.

 

Dalam ayat ini allah swt memberikan pedoman-pedoman kepada Rasulnyatentang cara mengajak manusia (dakwah) kejalan allah. Yang dimaksud jalan allah disini adalah agama allah yakni syari’at islam yang diturunkan kepada nasi Muhammad SAW. Dalam ayat ini allah meletakkan dasar-dasar dakwah untuk pegangan bagi umatnya dikemudian hari dalam mengemban tugas dakwah. Pertama, allah SWT menjelaskan pada rasulnaya bahwa sesungguhnya dakwah ini adalah dakwah untuk agama allah sebagai jalan menuju ridho allah. Kedua, allah SWT menjelaskan kepada rasul saw agar dakwah itu dengan hikmah. Dakwah dengan hikmah adalah denagn ilmu pengetahuan yang berkenana dengan rahasia, faidah dan maksud dari ilahi, suatu pengetahuan yang cukup dari da’i, tentang suasana dan keadaan yang meliputi mereka, pandai memilih bahan-bahan pelajaran agama sesuai dengan kemampuan daya tangkap jiwa mereka sehingga mereka tidak merasa berat dalam menerima ajaran agama. Ketiga, allah SWT menjelaskan kepada rasul agar dakwah agar dakwah itu dengan pengajaran yang baik, yang diterima dengan lembut oleh hati manusia tapi berkesan didalam hati mereka. Keempat, allah SWT menjelaskan bahwa bila terjadi perbantahan atau perbantahan dengan kaum musyrikin ataupun ahli kitab, maka hendaklah rasul membantah mereka dengan perbantahan yang baik. kelima, Allah SWT menjelaskan kepada rasul saw bahwa ketentuan akhir dari segala usaha dan perjuangan itu, pada allah SWT. Hanya allah swt sendiri yang menganugrahkan iman pada diri manusia.

Menurut tafsir Ibnu Katsir

Allah memerintahkan kepada Rasul Nya agar menyeru manusia untuk menyembah Allah dengan cara yang bijaksana. Ibnu Jarir mengatakan bahwa yang diserukan kepada manusia ialah wahyu yang diturunkan kepadanya berupa Al-Quran, sunnah, dan pelajaran yang baik, yakni semua yang terkandung didalamnya berupa larangan-larangan dan kejadian-kejadian yang menimpa manusia (dimasa lalu). Pelajaran yang baik itu agar dijadikan peringatan untuk mereka akan pembalasan Allah (terhadap mereka yang durhaka). ‘Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik’ yakni terhadap orang-orang yang dalam rangka menyeru mereka diperlukan perdebatan dan bantahan. Maka hendaklah hal ini dilakukan dengan cara yang baik, yaitu dengan lemah lembut, tutur kata yang baik, serta cara yang bijak.

  1. Kandungan Surat An-Nahl Ayat 125


Dalam ayat ini Allah memberikan pedoman-pedoman kepada RasulNya tentang cara mengajak manusia ke jalan Allah. Yang dimaksud jalan Allah disini adalah agama Allah yakni syari’at Islam yang diturunkan kepada Nabi Saw. Allah meletakkan dasar-dasar seruan untuk pegangan bagi umatnya. Dasar-dasar itu ada tiga tingkatan, yaitu:

  1. Seruan itu dilakukan dengan hikmah.

  2. Allah menjelaskan kepada RasulNya agar seruan itu dilkukan dengan mauidzoh hasanah (pengajaran yang baik).


 

Q.S Yunus ayat 99-100

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لآمَنَ مَنْ فِي الأرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ (٩٩) وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لا يَعْقِلُونَ    (١٠٠)

Artinya: “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu(hendakmemaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya”.

 

Ayat diatas mengisyaratkan bahwa manusia diberi kebebasan percaya atau tidak. Kaum yunus tadinya enggan beriman, kasih sayanglah yang mengantarkan allah swt. Memeperingatkan dan mengancam mereka. Nah, kaum yunus yang awalnya membangkang atas kehendak mereka sendiri, kini atas kehendak sendiri  mereka pun sadar dan beriman, sehingga allah swt. Tidak menjatuhkan siksanya. Demikianlah allah memberi kebebasan manusia. Tapi janagn duga bahwa kebebasan itu bersumber dari kekuatan manusia. Tidak! Itu adalah anugrah dan kehendak allah, karena jikalau tuhan pemelihara dan pembimbingmu menghendaki, tentulah beriman secara bersinambungan tanpa diselingi sedikit keraguan pun semua manusia yang berada dimuka bumi seluruhnya. Ini dapat dilakukannya antara lain dengan mencabut kemampuan manusia dengan memilah dan memilih dan menghiasi jiwa mereka hanya dengan potensi posistif saja, tanpa nafsu dan dorongan negatif sebagaimana halnya malaikat. Tetapi itu tidak dikehendakinya, karena dia bermaksud menguji manusia dan memberi manusia kebebasan beragama dan bertindak. Dia menganugrahkan manusia potensi akal agar mereka menggunakannya untuk memilih dan memilah.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel