Contoh Proposal Penilitian Kualitatif PENDIDIKAN BAHASA ARAB


PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF
ANALISIS EKSPERIMENTASI METODE SOSIODRAMA DAN METODE MUNADZARAH ILMIAH TERHADAP UPAYA PENGEMBANGAN MAHAROTUL KALAM DI PBA SEMESTER V
IAIN JEMBER

 






Oleh :
Ana Fitriyana
NIM. T20152077

Dosen Pembimbing

Dr. H. Ubaidillah, M.Ag.


PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER
2017-2018





DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................i
A.    Judul Penelitian...................................................................................... 1
B.     Latar Belakang ...................................................................................... 1
C.    Fokus Penelitian .................................................................................... 2
D.    Tujuan .................................................................................................... 2
E.     Manfaat Penelitian................................................................................. 3
F.     Definisi Istilah......................................................................................... 3
G.    Kajian Pustaka....................................................................................... 6
H.    Kajian Terdahulu.................................................................................. 6
I.       Kajian Teori........................................................................................... 7
J.      Metode Penelitian................................................................................... 23
K.    Pendekatan dan Jenis Penelitian.......................................................... 23
L.     Lokasi Penelitian.................................................................................... 24
M.   Subyek Penelitian................................................................................... 24
N.    Teknik Pengumpulan Data................................................................... 25
O.    Analisis Data........................................................................................... 26
P.     Keabsahan Data..................................................................................... 27
Q.    Tahapan-Tahapan Penelitian............................................................... 28
R.    Sistematika Pembahasan....................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................









 
 

A.    Judul Penelitian
Analisis  eksperimentasi  metode sosiodrama dan metode munadzarah ilmiah terhadap upaya pengembangan maharotul kalam di PBA semester V IAIN JEMBER
B.     Latar Belakang Masalah
                 Telah jamak kita mafhum Negara Indonesia adalah Negara yang kaya dengan banyak culture, kebudayaan dan bahasanya. Suku yang berbeda cendrung pula akan melahirkan bahasa yang berbeda pula. Indonesia punya beragam jenis bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan kesepakatan dan tujuan dari masing-masing kelompok, hal ini sama halnya dengan apa yang telah di sampaikan oleh Ibnu Jiny bahwa bahasa adalah العلم يبحث فيها كل قوم عن اغراضهم او اهدافهم.[1]  Dan kesukaran setiap bahasa tergantung dengan anggapan dari setiap individu tertentu. Pelajaran bahasa arab dia anaggap pelajaran yang sukar dansulitdan di anggap momok yang sangat menakutkan oleh siswa. untuk mengatasi hal tersebut maka sangat diperlukan terobosan baru dalam proses pembelajaran bahasa, Sehingga siswa lebih mudah untuk mengerti dan tertarik untuk belajar dan memahami materi yang disampaikan. Dan merasa senang dalam belajar bahasa arab. Sehingga seorang guru di tuntut untuk mengetahui dan mampu mengaplikasikan  berbagai macam metode dan strategi dalam pembelajarannya. Metode merupakan bagian komponen pengajaran yang menduduki posisi penting, selain tujuan, Guru, peserta didik, media, lingkungan dan evaluasi.[2] Salah satu metode yang bisa digunakan adalah metode Sosiodrama karena sosiodrama merupakan alternative dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Ataupun menggukan metode Munadzarah/ Debat bahasa arab karena akan memicu keaktifan semua peserta didik.[3]
     Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Dalam setiap kegiata belajar mengajar daya serap seseorang tidaklah sama. Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan siswa dalam kegiatan mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran merupakan salah satu straregi oembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut sehingga pencapaian tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan menggunakan metode yang efektif dan efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.[4]
     Secara sederhana, metode pengajaran bahasa arab di bagi menjadi dua macam yaitu: Pertama, metode tradisional/klasikal, dan kedua, metode modern. Metode bahasa arab tradisional adalah metode bahasa arab yang terfokus pada bahasa sebagai budaya ilmu sehingga belajar bahasa arab berarti secara mendalam tentang seluk beluk ilmu bahasa Arab,baik aspek gramatika atau sintakis (Qowaid Nahwu), Morfem atau morfologi (Ilmu Shorrof),  Ataupun sastra (Adab). Metode yang banyak dilakukan atau yang berkembang dan masyhur dikalangan banyak perguruan tinggi dan pesantren biasanya menggunakan metode SosioDrama dan Mashrohiyyah dalam mengembangkan maharoh kalam, sebab, dua metode tersebut  di anggap adalah cara yang paling efektif untuk mengembangkan maharotul kalam.[5]
Dan dua metode tersebut lebih memancing siswa untuk lebih aktif didalam forum sehingga forum dan suasana pembelajaran lebih aktif dan menyenangkan.[6]
     Dengan berpijak pada uraian latar belakang di atas, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian. Dalam hal ini, penulis ingin mengangkat topik yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi, yaitu: Analisis  Eksperimentasi metode sosiodrama dan metode munadzarah ilmiah terhadap upaya pengembangan maharotul kalam di PBA semester V IAIN JEMBER”.

C.    Fokus Penelitian
1.      Adakah perbedaan yang signifikan pada peningkatan maharotul kalam antara metode sosiodrama dan metode munadzarah ilmiah terhadap upaya pengembangan maharotul kalam di PBA Semester V IAIN Jember?
2.      Bagaimana kekurangan dan kelebihan metode sosiodrama dan metode munadzarah ilmiah terhadap upaya pengembangan maharotul kalam di PBA Semester V IAIN Jember ?


D.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mendeskripsikan perbedaan yang signifikan pada peningkatan maharotul kalam antara metode sosiodrama dan metode munadzarah ilmiah terhadap upaya pengembangan maharotul kalam di PBA Semester V IAIN Jember?
2.      Untuk mendeskripsikan kekurangan dan kelebihan  metode sosiodrama dan metode munadzarah ilmiah terhadap upaya pengembangan maharotul kalam di PBA Semester V IAIN Jember

E.     Manfaat Penelitian
Secara praktis, proses penelitian diharapkan memberi manfaat kepada peneliti secara pribadi, dan orang lain secara umum. Dengan berbagai alasan apa saja, yang jelas setiap penelitian harus mempunyai tujuan dan manfaat tersendiri, di antara manfaat penelitian ini adalah:
1.      Dari hasil penelitian ini diharapkan untuk memberikan manfaat/ sumbangan pemikiran bagi khosanah keilmuan dalam upaya meningkatkan potensi Bahasa Arab.
2.      Di harapkan bagi guru bahasa arab hasil penelitian ini setidaknya dijadikan pertimbangan dalam pemilihan metode pengajaran sebagai upaya untuk menjadikan pembelajaran .yang efektif dan menyenangkan
3.      Untuk menambahkan wawasan dan pengalaman bagi sang penulis sebelum terjun langsung sebagai guru Bahasa Arab , Khususnya dengan penggunaan metode Sosiodrama dan Munadzaroh Ilmiyah dalam meningkatkan keterampilan berbicara Bahasa Arab.
F.     Definisi Istilah
a.       Eksperimentasi
     Eksperimen/ek.Spe.ri.men /éksperimén/ n percobaan yang bersistem dan berencana (untuk membuktikan kebenaran suatu teori dan sebagainya)     
b.      Metode Sosiodrama
           Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
           Berdasarkan beberapa defenisi tersebut dapat ditarik benang merah bahwa metode pembelajaran sosiodrama adalah model pembelajaran bermain peran dengan mendramatisasi kehidupan nyata atau konflik yang belum terselesaikan dan sistem sosial yang membentuk kita secara individu dan kolektif.

c.       Metode Munadzarah Ilmiah
            Menurut Hendrikus, debat pada hakikatnya merupakan saling adu argumentasi antarpribadi atau antarkelompok manusia, dengan tujuan mencapai kemenangan untuk suatu pihak. Ketika berdebat setiap pribadi atau kelompok mencobauntuk saling menjatuhkan agar pihaknya berada pada posisi yang benar.

Langkah-langkah Pembelajaran Debat :

1.       Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2.       Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3.       Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara, saat itu ditanggapi atau dibantah oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya
4.       Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide darisetiap pembicaraan dipapan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5.       Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap
6.       Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.[7]

d.      Maharatul Kalam
              Ketrampilan Berbicara (Maharotul Kalam) Bahasa Arab - Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian dan komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh kemampuan mendengarkan, kemampuan mengucapkan, dan penguasaan kosa kata serta ungkapan yang memungkinkan anak didik dapat mengkomunikasikan maksud atau fikirannya.
              Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara ialah keberanian anak didik dan perasaan tidak takut salah. Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan dorongan kepada anak didik agar berani berbicara kendatipun dengan resiko salah. 

G.    Kajian Kepustakaan
1.      Kajian Terdahulu
            Yang Kajian pustaka berfungsi untuk mengemukakan hasil-hasil penelitian dan setelah penulis melakukan telaah tentang penelitian yang berkenaan dengan  masalah yang diangkat Dalam penelitian ini. Sepengetahuan penulis Skripsi yang membahas tentang tema yang sama persis masih belum ada namun jika yang mempunyai kemiripan dengan hasil penelitian kualitatif  yang ditulis oleh penulis adalah :
a.       Skripsi yang ditulis oleh himmatul ulya yang berjudul “Pengaruh Sosiodrama Terhadap2kecerdasan Emosi anak usia pra sekolah di TK ABA priwulung depok selema”.[8] Penulis menganalisis pengeruh sosiodrama terhadap kecerdasan emosi anak pra usia sekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosi Anak. Hasil penelitian yang tekah dilakukan menyatakan bahwa sosiodrama memberikan kontribusi yang berarti bagi kecerdasan emosi Anak.
Perbedaannya penulis pada karya tersebut menggunakan metode kuantitatif, dan persamaannya sama membahas tentang sosiodrama.
b.      Skripsi yang ditulis oleh Devy lutfiana yang berjudul “Metode bermain peran dalam pembelajaran pendidikan agama islam di TKIT Al-Hidayah centong purworejo Sanan Kulon Blitar”.[9] Dalam skripsi ini penulis mendeskripsikan penerapan metode bermain peran dalam pendidikan agama islam di TKIT Al-Hidayah centong purworejo Sanan Kulon Blitar. Sehingga pelajar dapat belajar pendidikan agama islam sejak dini dengan perasaan yang sangat menyenangkan. Hasil yang dicapai adalah penerapan metode bermain peran yang didasartkan pada pengembangan kognitif, Emosi, Sosial, Moral, dan perkembangan Siswa.
c.       Skripsi yang Ditulis Swardi yang berjudul “ Eksprementasi Role play pada pembelajaran muhadasah di lembaga madrasah Dirasah Islamiyah Dan Arab (Madina) Mlati Sleman jogyakarta.[10] Skripsi ini membahas tentang percobaan muhadasah dengan menggunakan method Rule Play yang di bandingkan dengan pengajaran yang ada disekolah tersebut. Adapun penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
            Dalam penelitian ini peneliti akan membahas tentang Analisis eksperimentasi metode sosiodrama dan metode munadzarah ilmiyah terhadap upaya pengenbangan maharotul kalam PBA IAIN JEMBER. peneliti dalam hal ini lebih menfokuskan pada pengembangan maharatul kalam dengan menggunakan metode Sosiodrama dan munadzarah Ilmiah Serta kekurangan dan kelebihan dari Metode Sosiodrama dan metode Munadzarah  Ilmiah.
2.      Kajian Teori
           Kajian Teori merupakan Pisau analisis yang akan digunakan peneliti sebagai pemendu kegiatan penelitian.[11] Berikut ini teori-teori yang berkenaan dengan persoalan pembahasan proposal ini :
a.      Metode Sosiodrama
     Metode Sosoidrama pada dasarnya mendramatisasaikan tingkah laku dalam hubungan dengan masalah sosial.[12] Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah sosialserta mengembangkan kemampuan Siswa untuk memecahkannya[13]. Bahasa Arba merupakan pelajaran mengenai bahasa yang  mana didalam praktiknya tidak terlepas dari percakapan, metode sosiodrama, diterapkan bertujuan agar siswa lebih Mampu mengembangkan keterampilan berbahasa, disamping membantu untuk lebih memahami isi ataupun materi pelajaran. Dengan metode ini, siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab siswa tidak hanya mendenganrkan uraian guru tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti memahami, membuat dan menulis naskah drama, melakukan demonstrasi serta kegiatan lainnya dalam berbahasa arab sehingga siswa tidak merasa jenuh.
     Dalam praktiknya, metode sosiodrama sering digunakan dalam pembelajaran yang banyak berkaitan dengan sosial, khususnya mata pelajaran bahasa arab, bahasa Indonesia. Metodesosiodrama tidak hanya digunakan dalam pembelajaran dikelas saja akan tetapi dapat menghasilkan suatu karya berupanaskah drama berbahasa arab dan dapat dipertunjukkan melalui teater yang mana dapat mengembangkan kreativitas siswa dalam berkarya dan khususnya dalam berbahasa Arab.
     Hal ini dikarenakan metode sosiodrama dalam prakteknya secatra tidak langsung mampu mencakup kemahiran-kemahiran yang harus dicapai dalam suatu pembelajaran bahasa arab dimana dalam metode sosiodrama siswa harus menulis naskah dimana dalam menulis naskah siswa dilatih dalam kemahiran menulis (Al-kitabah) menghafal naskah, berlatih membaca teks dalam kemahiran membaca(Al-qiroah) selanjutnya mendramakan naskah yang telah ditulisnya, dalam kegiatan demonstrasi ini selain diasah mentalnya para siswa juga dilatih kemahirannya dalam berbicara (Al-Kalam). Selain itu ketika mendramakan naskah para siswapun juga dilatih kemahirannya dalam mendengarkan (Al-Istima’). Dan secara keseluruhan siswa yang menjadi audience juga dilatih menerjemahkan dan mendengarkan percakapan mereka. Sehingga siswa lebih aktif  dalam pembelajarannya dan merasa senang dalam bahasa arab karena dalam prakteknya guru hanya menjadi pengarah dan pembimbing, dan hal ini menjadikan suatu pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan dengan sebuah pertunjukan drama karena pembelajaran ini menjadi suatu hal yang menarik.
     Pada kenyatapun pada pembelajaran bahasa arab dikelas yang diperbanyak hanya teori saja dan kurang diperhatikannya untuk pengembangan kemampuan berbicara bahasa arab sehingga siswa banyak yang kurang mampu dala kemahiran berbica bahasa arab, dimana bahasa juga digunakan sebagai bahasa komunikasi dan perlu pembiasaan dalam  mengucapkan kosa kata bahasa arab. Untuk itu banyak siswa merasa bosan dan jenuh bahkan sebagian siswa ada yang tertidur pulas di kelasketika kegiatan pembelajaran berlangsung.

Proses Pembelajaran Metode Sosiodrama

     Pelaksanaan sosiodrama dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Mempersiapkan masalah situasi hubungan sosial yang akan diperagakan atau  pemilihan tema cerita. Pada tahap persiapan ini guru jugga menjelaskan mengenai  peranan-peranan yang dimainkan, bagaimana pelaksanaan sosio drama dan tatacara pelaksanaan dalam kegiatan pembelajaran setelahnya. Dalam sebuah kelas tentunya terdapat jumlah anak yang tidak semuanya bisa melaksanakan sosio drama, jadi selain menjelaskan tatacara pelaksanaan  sosiodrama, guru juga harus menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh siswa yang menjadi penonton.
2. Penentuan pelaku atau pemeran
Setelah menentukan tema pelaksanaan sosiodrama selanjutnya guru mendorong peserta didik untuk melaksanakan bermain peran, kemudian guru menentukan siapa saja yang menjadi pemain dalam sosiodrama dan yang menjadi penonton. Guru bertugas menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh pemain secara sungguh-sungguh, bagaimana pentingnya menjadi pemeran terhadap tema belajar kelas mereka kali ini.
3. Tahap permainan sosiodrama
kemudian siswa dipersilakan untuk mendramatisasikan masalah-masalah yang telah ditentukan sebelumnya selama kurang 4-5 menit berdasarkan pendapat dan inisiatif mereka sendiri. Abu Ahmadi menambahkan dalam melaksanakan sosio drama siswa diberi kesempatan untuk mengekspresikan, menggambarkan, mengungkapkan, suatu sikap yang dipikirkan seandainya ia menjadi tokoh yang diperankannya ssecara spontan.
4. Diskusi
Permainan dramatisasi dihentikan, kemudian para pemaim dipersilakan duduk, kemudian dilanjutkan dengan diskusi di bawah pimpinan guru yang di ikuti  oleh semua peserta didik. Diskusi berkissar pada tingkah laku para pemeran dalam hubungannya dengan tema cerita. Diskusi tersebut berupa tanggapan, pendapat, dan beberapa kesimpulan.
5. Ulangan permainan
Permainan drama yang telah diperankan oleh beberapa anak sebelumnya kemudian diperankan kembali oleh beberapa siswa yang menjadi penonton setelah di dapat kesimpulan dari diskusi yang dipimpin oleh guru sebelumnya.[14]
b.      Metode Munadzarah Ilmiah
      Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri[15].
     Dan hal tersebut  melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking (ACT).
            Berbagai gaya debat parlementer Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
1.      jumlah tim dalam satu debat
2.      jumlah pembicara dalam satu tim
3.      giliran berbicara
4.      lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
5.      Tata cara interupsi
6.      mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi
7.      tugas yang diharapkan dari masing-masing pembicara
8.      hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pembicara
9.      jumlah juri dalam satu debat
10.   kisaran penilaian        
            Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:
1.      Penentuan topik debat (mosi) - apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau hanya beberapa saat sebelum debat dimulai (impromptu)         Lama waktu persiapan - untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar antara 15          menit (WUDC) hingga 1 jam (WSDC).
2.      Perhitungan hasil pertandingan-beberapa debat hanya menggunakan victory point (VP) untuk menentukan peringkat, namun ada juga yang menghitung selisih (margin) nilai yang diraih kedua tim atau jumlah vote juri (mis. untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau 2-1) Sistem kompetisi - sistem gugur biasanya     hanya digunakan dalam babak elimiasi (perdelapan final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak penyisihan, sistem yang biasa digunakan adalah power matching.
3.      Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai di debat parlemen sebenarnya:
            Topik debat disebut mosi (motion). Tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah (Government), tim Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi (Opposition) Pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan sebagainya Pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of  The House Penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang Terhormat)
            Interupsi disebut Points of Information (POI)
a)         Australian Parliamentary/Australasian Parliamentary ("Australs")
     Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan sebagai berikut:
1.      Pembicara pertama pihak Pemerintah 7 menit
2.      Pembicara pertama pihak Oposisi - 7 menit
3.      Pembicara kedua pihak Pemerintah - 7 menit
4.      Pembicara kedua pihak Oposisi - 7 menit
5.      Pembicara ketiga pihak Pemerintah - 7 menit
6.      Pembicara ketiga pihak Oposisi - 7 menit
7.      Pidato penutup pihak Oposisi - 5 menit
8.      Pidato penutup pihak Pemerintah - 5 menit
              Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah.
            Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh: (This House believes that) Globalization marginalizes the poor. (Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat miskin. Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan. Tidak ada interupsi dalam format ini. Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel berjumlah ganjil.
            Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat unanimous ataupun split decision. Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup populer terutama di kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang menggunakan format ini adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) dan Indonesian Varsity English Debate (IVED).
b). Asian Parliamentary ("Asians")
                 Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam kejuaraan tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi (Points of Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup). Format ini juga mirip dengan World Schools Style yang digunakan di WSDC. Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp) yang diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC (Universitas Indonesia).


c).  British Parliamentary ("BP")
   Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi Opposition), dengan susunan sebagai berikut: Opening Government: pening Opposition: Prime Minister Leader of the Opposition Deputy Prime Minister Deputy Leader of the Opposition Closing Government: Closing Opposition Member of the Government Member of the Opposition Government Whip Opposition Whip Urutan berbicara adalah sebagai berikut:
1.      Prime Minister - 7 menit
2.      Leader of the Opposition - 7 menit
3.      Deputy Prome Minister - 7 menit
4.      Deputy Leader of the Opposition - 7 menit
5.      Member of the Government - 7 menit
6.      Member of the Opposition - 7 menit
7.      Government Whip - 7 menit
8.      Opposition Whip - 7 menit
Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi (Points of Information). Bila diterima, pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15 detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan membuat keputusan terakhir. Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founder's Trophy yang diselenggarakan oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap tahun.
Format World Schools Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship (WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri atas dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah sebagai berikut:
1.      Pembicara pertama Proposisi - 8 menit
2.      Pembicara pertama Oposisi - 8 menit
3.      Pembicara kedua Proposisi - 8 menit
4.      Pembicara kedua Oposisi - 8 menit
5.      Pembicara ketiga Proposisi - 8 menit
6.      Pembicara ketiga Oposisi - 8 menit
7.      Pidato penutup Oposisi - 4 menit
8.      Pidato penutup Proposisi - 4 menit
               Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information - POI) mirip dengan format BP. POI hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi debat juga menggunakan format ini.
d). American Parliamentary
               Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan susunan sebagai berikut:
1.      Government Prime Minister (PM)
2.      Member of the Government (MG)
3.      OppositionLeader of the Opposition (LO)
4.      Member of the Opposition (MO)
Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika Serikat di tingkat pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary Debate Association (NPDA), American Parliamentary Debate Association (APDA), dan National Parliamentary Tournament of Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas dengan susunan pidato sebagai berikut:
1.      Prime Minister - 7 menit
2.      Leader of the Opposition - 8 menit
3.      Member of the Government - 8 min
4.      Member of the Opposition - 8 min
5.      Leader of the Opposition Rebuttal - 4 min
6.      Prime Minister Rebuttal - 5 min

                 California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary Debate League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah menengah dengan susunan pidato sebagai berikut:
1.      Prime Minister - 7 menit
2.      Leader of the Opposition - 7 menit
3.      Member of the Government - 7 menit
4.      Member of the Opposition - 7 menit
5.      Leader of the Opposition Rebuttal - 5 menit
6.      Prime Minister Rebuttal - 5 menit
Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat ditanyakan kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama dan terakhir pidato. Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya dapat diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.Debat kompetitif selain debat parlementer
e). Debat Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang sebuah rencana yang berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan umumnya mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan peran Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif (menentang proposal).
Pada prakteknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang sama yang berlaku selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih mengandalkan pada hasil riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini juga memiliki persepsi yang lebih luas mengenai argumen. Misalnya, sebuah proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal utama menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini. Walaupun retorika juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang tiap babak umumnya didasari atas siapa yang telah "memenangkan" argumen sesuai dengan fakta pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai konsekuensinya, juri kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil keputusan karena semua fakta pendukung harus diperiksa terlebih dahulu.            
Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer dibandingkan debat parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya debat ini ikut memengaruhi bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini diselenggarakan oleh National Debate Tournament (NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA), National Educational Debate Association, dan Great Plains Forensic Conference.       
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9 menit) yang berisi argumen-argumen baru dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak boleh berisi argumen baru namun dapat berisi fakta pendukung baru untuk membantu sanggahan. Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan kesempatan untuk melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas pidato tersebut. Setiap isu yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah diterima dalam debat. Dewan juri secara seksama mencatat semua pernyataan yang dibuat dalam suatu babak (sering disebut flow). Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
 F). Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti oleh dua pedebat yang bertarung satu sama lain. Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering disebut sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta pendukung (evidence) dan lebih mengutamakan logika dan penjelasan.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
1)   Kegiatan Lain Yang Serupa
a.       Model United Nations 
            Model United Nations adalah kegiatan yang banyak dilakukan di tingkat sekolah dan universitas di dunia. Dalam kegiatan ini, peserta memainkan peran sebagai delegasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mewakili negara tertentu (dalam kompetisi internasional, negara yang diwakili umumnya bukan negara asal sebenarnya dari tim tersebut).
            Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum berkembang. Namun, Jakarta International School (JIS), sebuah sekolah internasional di ibukota, memiliki kegiatan ekstrakurikuler ini.
Moot court Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh mahasiswa hukum di tingkat universitas.
b.      Model Pembelajaran Debate
           Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya bila perlu.
c.       Model Pembelajaran Debat Aktif.
           Membuat pembelajaran yang menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak sekali caranya. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan model debat aktif. Model pembelajaran debat aktif merupakan modifikasi dari model-model diskusi terbuka yang terjadi di kalangan kampus. Bagaimana membawa suasana debat tersebut di pada jenjang pendidikan yang lebih rendah. Dimana pelaku debat adalah siswa SD yang belum banyak menguasai konsep atau argumentasi yang kuat untuk mempertahankan pendapatnya?
Model pembelajaran debat aktif tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
                          Buatlah sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang telah kita berikan sebelumnya. Misalnya “ayam sebenarnya juga termasuk binatang carnivora (pemakan daging)”.  Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di dalam kelas. Satu kelompok adalah sebagai    kelompok “PRO” atau pendukung pernyataan tersebut, sementara satu kelompok yang lain adalah sebagai kelompok KONTRA atau kelompok yang menolak pernyataan tersebut. Silahkan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa mereka mendukung pernyataan tersebut.
                          Alasan-alasan apa yang menguatkan pernyataan tersebut? Sementara untuk kelompok KONTRA harus mempertahankan pendapatnya tersebut juga disertai dengan argumentasi-argumentasi yang masuk akal. Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi “Debat kusir”.
 2). Langkah Langkah Model Pembelajaran Debat
a. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
b. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
c. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara, saat itu ditanggapi atau dibantah oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya
d. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide darisetiap pembicaraan dipapan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
e. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap
f. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.


3). Kelebihan Model Pembelajaran Debat
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3.Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
4). Kekurangan Model Pembelajaran Debat
1. Ketika menyampaikan pendapat saling berebut
2. Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru tidak  menengahi
3. Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif
c.       Maharotul kalam
1.      Definisi kalam
           Yang dimaksud dengan kalam adalah  pengucapan bunyi berbahasa Arab dengan baik dan benar sesuai dengan bunyi-bunyi yang berasal dari makhraj yang dikenal oleh para linguistic.[16]
2.      Tujuan pembelajaran maharotul kalam
           Tujuan dari pembelajaran Kalam  adalah sarana berintraksi dengan orang lain dan memahami apa yang diinginkan penutur. Pembelajaran ini dimulai setelah siswa-siswa memahami dan mengetahui huruf-huruf  bahasa Arab, mengetahui perbedaan antara bunyi satu huruf dengan huruf  lainnya yang berbeda[17].
3.      Prinsip-prinsip pengajaran maharotul kalam
           Agar pembelajar kalam yang baik bagi non arab, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1)      Hendaknya guru memiliki kemampuan yang tinggi tentang keterampilan ini.
2)      Memulai denga suara-suara yang serupa antara dua bahasa(bahasa pembelajar dan bahasa arab).
3)      Hendaknya pengarang dan pengajar memperhatikan tahapan dalam pengajaran kalam, seperti dengan lafadz-lafadz mudah yang terdiri dari satu kalimat, dua kalimat, dan seterusnya.
4)      Memulainya dengan kosakata yang mudah.
5)      Menfokuskan pada bagian keterampilan bagi keterampilan berbicara, yaitu :
a)      Cara mengucapkan bunyi dari makhrajnya dengan baik dan benar.
b)      Membedakan pengucapan harokat panjang dan pendek
c)      Mengungkapkan ide-ide dengan cara yang benar denag memperhatikan kaidah tata bahasa yang ada.
d)     Melatih siswa bagaimana cara memulai dan mengakhiri pembicaraan dengan baik dan benar.
6)      Memperbanyak latihan-latihan, seperti latihan membedakan pengucapan bunyi, latihan mengungkapkan ide-ide, dan sebagainya[18].
4.      Tahapan pembelajaran kalam
Tahapan –tahapan pembelajaran keterampilan berbicara ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tahapan pada tingkat pemula, tingkat menengah dan tingkat lanjut. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1)      Bagi tingkat mubtadi’ (pemula)
a)      Siswa diminta untuk belajar mengucapkan kata, menyusun kalimat dan mengungkapkan pikiran mereka secara sederhana.
b)      Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa sehingga berakhir membentuk sebuah tema yang sempurna.
c)      Guru mulai melatih bicara dengan member pertanyaan-pertanyaan sederhana[19].
d)     Guru menyuruh siswa menjawab latihan-latihan syafahiyah dengan melafalkan percakapan, atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi teks yang telah siswa baca.
2)      Bagi tingkat mutawasit (menengah)
a)      Belajar berbicara dengan bermain peran.
b)      Berdiskusi dengan tema tertentu.
c)      Berbicara tentang peristiwa yang terjadi pada siswa.
d)     Bercerita tentang informasi yang telah didengar dari televise, radio, atau lainnya.
3)      Bagi tingkat mutaqoddim (tingkat atas)
a)      Guru memilihkan tema untuk berlatih berbicara.
b)      Tema yang dipilih hendaknya menarik, yang berhubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari.
c)      Tema harus jelas dan terbatas.
d)     Siswa dipersilahkan untuk memilih satu tema atau lebih sampai akhirnya siswa bebas memilih tema yang dibicarakan tentang apa yang mereka ketahui.[20]
                  Didalam proses pembelajaran keterampilan berbicara, seorang pengajar juga harus melakukan pembetulan secara langsung pada aspek kesalahan siswa, serta ada aspek penilaian diakhir pertemuan tersebut.
1.      Pembetulan aspek berbicara
            Dalam berbagai latihan berbicara, terutama percakapan, bercerita, diskusi dan seterusnya, pengajar seringkali menemukan kesalahan dan kekurangan siswa, baik pada aspek kebahasaan maupun non-kebahasaan. Guru seringkali merasa risih dan tidak sabar untuk segera membetulkannya. Hal ini bisa difahami karena boleh jadi pengajar merasa berkewajiban untuk tidak membiarkan siswa berkelanjutan dalam kesalahan.[21]
2.      Aspek penilaian
            Adapun aspek-aspek yang dinilai pada akhir pertemuan dalam kegiatan berbicara, sebagaimana disarankan oleh para ahli adalah sebagai berikut:
a.       Aspek kebahasaan
1)      Pengucapan (makhraj)
2)      Ketepatan bacaan (mad, syiddah)
3)      Penempatan tekanan (intonasi)
4)      Nada dan irama
5)      Pilihan kata
6)      Pilihan ungkapan
7)      Susunan kalimat
8)      Variasi
b.      Aspek non-kebahasaan
1)      Kelancaran
2)      Penguasaan topik
3)      Keterampilan
4)      Penalaran
5)      Keberanian
6)      Kelincahan
7)      Sistematika pembicaraan
8)      Kerjasama
         Skala penilaian ini dapat dipergunakan untuk penilaian individual maupun kelompok. Tidak semua item penilaian harus diisi sekaligus. Guru dapat menyederhanakan daftar item tersebut atau menentukan item mana yang hendak dinilai dalam suatu kegiatan.[22]
H.    Metode Penelitian
            Metode penelitian diartikan sebagai cara pengumpulan dan analisis data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Metode ini bermak na sebagai strategi-strategi yang dilakukan oleh para peneliti untuk mengumpulkan dan menganalisis data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.[23] Kemudian dalam penelitian ini digunaklan beberapa teknik atau metode penelitian yang meliputi:
1.      Pendekatan dan Jenis Penelitian
           Pendekatan yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi ini sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan datadeskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. [24]
           Sependapat dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara funda mental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.[25]
           Sedangkan jenis penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif-fenomenologis, artinya penelitian ini menggunakan data informasi dari berbagai teori yang diperoleh dari kepustakaan dan kemudian dilakukan uji ketermaknaan empiris di lokasi penelitian . Dan di mana peneliti dalam pandangan fenomenologisnya berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya dengan orang-orang biasa dalam situasi tertentu.[26]
2.      Lokasi Penelitian
           Dalam penelitian kualitatif, lokasi merupakan salah satu instrumen yang cukup urgen sifatnya. Adapun lokasi penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah betempat di Institute Agama Islam Negeri (IAIN) JEMBER prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) dan Di Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan (FTIK). Dan Dalam pemilihan lokasi penelitian seorang peneliti mempunyai beberapa alasan dalam memilih lokasi tersebut. Pertama : penelitian merupakan lokasi yang dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan dalam proses penelitian. Kedua : Prodi pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN JEMBER Merupakan prodi dari peneliti Sendiri Sehingga mempermudah proses penelitian. Ketiga : Karena Di prodi Pendidikan Bahasa Arab IAIN JEMBER didalamnya juga terdapat banyak metode yang digunakan termasuk metode Sosiodrama dab Metode Munadzarah Ilmiah.
3.      Subyek Penelitian
           Dalam penentuan subyek (informan) penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Purposive sampling, yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal.[27]
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif menurut lofland dan lofland adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.[28] Sebagaimana pendapat tersebut, maka sumber data yang akan diperlukan dibagi menjadi dua macam yaitu:


a.       Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari lokasi penelitian yang berupa jawaban-jawaban dari pertanyaan para informan   langsung yaitu dari Dosen-Dosen yang mengajar Di PBA Serta dari KAPRODI PBA itu Sendiri yaitu Ustadz ZaiburhanusSholeh
b.      Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku, artikel, jurnal, foto, atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
4.      Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
           Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab.[29]Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden.[30]
Percakapan dalam wawancara dilakukan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.[31]
           Dan dalam teknik pengumpulan data ini penyusun bertanya langsung kepada responden yang terlibat dalam penelitian yang meliputi Pemimpin Kajur Bahasa dan Kaprodi Basa Arab Para Dosen yang juga mengajar di PBA IAIN JEMBER .Sedangkan teknik  wawancara menggunakan semi instruktur, yakni pertanyaan yang diajukan sesuai daftar yang fleksibel atau sebuah pedoman dan tidak dari sebuah angket formal.[32]
b. Observasi
           Observasi adalah cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengetahui tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.[33] Dalam hal ini peneliti melakukan observasi untuk mengumpulkan data tentang Pengamatan Dan peningkatan Maharatul Kalam Dengan Melalui Metode Sosiodrama dan Munadzarah Ilmiah yang terdapat di PBA IAIN JEMBER. Dengan metode observasi, peneliti dapat langsung mencatat setiap kejadian yang berlangsung dilapangan, dan peneliti dapat langsung memperoleh data dari informan yang dibutuhkan. Selain itu peneliti juga dapat mengetahui Desighn dan cara-cara yang digunakan Dosen Bahasa Arab untuk mengembangkan Maharotul Kalam Melalui Metode Sosiodrama dan Munadzarah Ilmiah
c. Dokumentasi
           Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang datanya diperoleh dari buku, internet, atau dokumen lain yang menunjang penelitian yang dilakukan. Dokumen merupakan catatan mengenai peristiwa yang sudah berlalu.  Peneliti mengumpulkan dokumen yang dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.[34]
           Metode dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.[35] Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan yang berbentuk tulisan, gambar, foto, dan sebagainya.
Dengan mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.
5.      Analisis Data
           Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.[36]
Menurut Miles dan Huberman, analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.[37] Tahapan-tahapan analisis data yang digunakan peneliti adalah sebagaimana tahapan-tahapan analisis data yang digunakan peneliti adalah sebagaimana tahapan-tahapan yang dikemukakan Miles dan Huberman yaitu sebagai berikut:[38]
a.       Reduksi Data (data reduction)
Data yang diperoleh di lapangan semakin lama akan semakin banyak sehingga data semakin kompleks dan rumit, oleh karena itu peneliti harus mereduksi data yang berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Data yang sudah direduksi akan lebih memudahkan peneliti untuk memperoleh gambaran di lapangan dan memudahkan peneliti mengumpulkan data berikutnya.
b.      Penyajian Data (data display)
Setelah mereduksi data, kemudian peneliti dapat menyajikan data dengan lebih mudah. Penyajian data kualitatif bisa dengan uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowehart dan sejenisnya. Penyajian data yang peling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif. Memahami data akan lebih mudah setelah adanya display data, sehingga merencanakan kerja selanjutnya bisa lebih cepat.
c.       Conclusion Drawing/verivication
Dalam tahap ini adalah tahap terakhir, yaitu tahap pengambilan keputusan dan verivikasi.kesimpulan yang sudah diperoleh akan diverivikasikan dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten, dan apabila terbukti maka kesimpulan adalah kesimpulan kredibel.
6.      Keabsahan Data
           Tahap pengujian keabsahan data adalah tahap untuk menguji validitas data yang dilaporkan dengan obyek data di lapangan. Uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data (validitas internal), uji dependabilitas (realibilitas), transverabilitas  (validitas eksternal), dan konfirmabilitas (obyektivitas).[39] Akan tetapi yang lebih utama adalah dengan uji kredibilitas data.
Dalam penelitian ini, uji keabsahan data yang digunakan adalah uji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber berguna untuk menguji kreadibilitas data dari tiga sumber berbeda. Dari tiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi di deskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan spesifik dari tiga sumber tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member chcek) dengan tiga sumber data tersebut.[40]
7.      Tahap Tahapan penelitian
           Banyak ahli mengemukakan tahapan penelitian secara berbeda-beda. Namun, setidaknya dapat dilaporkan ke dalam dua jenis yaitu yang mengemukakan berdasarkan langkah fisik (operasional lapangan/pragmatis) yang ditempuh dan berdasarkan langkah kerja pikir (kerangka pikir/pradigma) penelitian kualitatif.[41]
Terdapat tiga tahap dalam penelitian, yaitu:[42]
a. Tahap Pra-lapangan
1)   Memilih lapangan penelitian dan menyusun rancangan penelitian
2)   Menjajaki dan menilai lapangan
3)   Memilih informan
4)   Menyiapkan perlengkapan penelitian
c.       Tahap Pelaksanaan Penelitian
1)      Memahami latas penelitian dan persiapan diri
2)      Memasuki lapangan: melakukan wawancara kepada informan yang sudah ditentukan sebelumnya serta melakukan pengamatan terkait tentang judul penelitian
3)      Berperan serta dalam penelitian sekaligus mengumpulkan data
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian merupakan tahap yang paling akhir dari sebuah penelitian. Pada tahap ini, peneliti menyusun data yang telah dia nalisis dan disimpulkan dalam bentuk karya ilmiah yang berlaku di Instiotul Agama Islam Negeri (IAIN) Jember.


8.      Sistematika pembahasan
           Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga penutup.
Dalam sistematika pembahsan ini akan dijelaskan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini. Agar mudah memahami dan mengetahui isi skripsi secara keseluruhan. Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut:
Bab I, berupa pendahuluan yang terdiri dari  latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, defisini istilah dan sistematika pembahasan.
Bab II, berupa kajian kepustakaan yang terdiri dari penelitian terdahulu dan kajian teori.
Bab III, berupa metodologi penelitian yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan, analisis data, dan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
Bab IV, berupa penyajian data dan analisis yang terdiri dari gambaran obyek penelitian, penyajian data, analisis dan pembahasan temuan.
Bab V, berupa penutup dan kesimpulan dan saran yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

9.       
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers
Basrowi & Suwandi.  2008. Memahami Penelitian Kualitatif . Jakarta: Rineka Cipta
Britha, Offset Mikelsen. 2001. Metodologi Penelitian Partisipan Dan Upaya-upaya Pemberdayaan. Yogyakarta: Yayasan
Djamarah, Syaiful Bachri. (tt).  Strategi belajar mengajar. Jakarta : PT Rineka citra
Djama’ Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif
Fakultas Tarbiyah UIN Suka. 2006.  Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa Jurusan PBA Fakultas Tarbiyah, Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah
Jinn, Ibnu. 2014. Ilmu Al-Lughah. Jakarta: Grasindo
Komariah, Djama’ Satori Aan.  2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
L, Melvin dan Silberman. 2011.  Active Learning 101 cara belajar siswa aktif. Bandung:  Nusamedia
Lutfiana, Devi.  2009. Metode bermain peran dalam pembelajaran pendidikan agama islam di TKIT Al-Hidayah centong purworejo Sanan Kulon Blitar. Yogyakarta: Perpustakaan PPS UIN Sunan Kalijaga
Moleong, Lexy J. 2011.  Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya
Moleong, Lexy J. 2010.  Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya
Musthafa, Syaiful . 2011. Strategi Pembejaran Bahasa Arab Inovatif. Malang : UIN Maliki Press
Mushtofa,  Syaiful . 2011. Srategi pembelajaran kualitatif (Malang : UIN-Maliki Press
Penyuur. 1996.  Pengaruh Multi language Terhadap Keotentikan Keterampilan Berbahasa Asing. Jakarta : PT purnama jaya
Hamid, Abdul. 2011. Mengukur Kemampuan Berbahasa Arab. Malang, UIN maliki Press
Rahim, Abdur. 2008.  Metode Penelitian. Bandung : PT Rosdakarya
Sanjaya , Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Media Greop
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. 2010.  Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV Andi
Sarwadi. 2009.  Eksperimentasi Role play pada pembelajaran muhadastah di lembaga Madrasah Dirasah Islamiah dan Arab mlati Sleman Djogjakarta, Skripsi Pendidikan Bahasa Arab. Djogjakarta : Perpustakaan Pps Uin Sunan Kalijaga
Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alvabeta. Cet 19  
Sugiyono. 2009.  Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Sugiyono.  2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alvabeta
Uly, Himatul.  2010. Pengaruh  Sosiodrama Terhadap 2kecerdasan Emosi Anak Usia Pra Sekolah di TK ABA Priwulung Depok Seleman, Skripsi Study Psikologi. Yogyakarta: Perpustakaan PPS UIN Sunan Kalijaga
Wafa. 2012.  Debath Metodh. Yogyakarta : Perpustakaan Pps Uin Sunan Kalijaga
Ya’qub, Musthofa. 2008.  Strategi Pengembangan Maharatul Kalam. Malang : UIN Maliki Press






[1] Ibnu jinn, Ilmu Al-Lughah, (Jakarta: Grasindo, 2014) , 22.
[2] Melvin L dan Silberman, Active Learning 101 cara belajar siswa aktif (Bandung, Nusamedia : 2011), 4.
[3] Syaiful Bachri Djamarah, Strategi belajar mengajar, (Jakarta : PT Rineka citra,tt), 100.
[4] http://belajarpsikologi.com/macam-macam metode pembelajaran/ di akses pada tanggal 18 Desember  2017 pukul 12.30 wib
[5] Sarwadi, Eksperimentasi Role play pada pembelajaran muhadastah di lembaga Madrasah Dirasah Islamiah dan Arab mlati Sleman Djogjakarta, Skripsi Pendidikan Bahasa Arab,(Djogjakarta : Perpustakaan Pps Uin Sunan Kalijaga, 2009), 5.
[6] Syaiful Mushtofa, strategi pembelajaran kualitatif (Malang : UIN-MALIKI Press, 2011), 154.
[7] http://abdulgopuroke.blogspot.co.id/2017/03/metode-pembelajaran-debat.html
[8] Himatul ulya, Pengaruh Sosiodrama Terhadap2kecerdasan Emosi anak usia pra sekolah di TK ABA priwulung depok seleman, skripsi study psikologi (Yogyakarta : perpustakaan PPS UIN sunan kalijaga, 2010), 25.
[9] Devi Lutfiana, Metode bermain peran dalam pembelajaran pendidikan agama islam di TKIT Al-Hidayah centong purworejo Sanan Kulon Blitar,(Yogyakarta : perpustakaan PPS UIN sunan kalijaga, 2009 ), 28.
[10] Sarwadi, Eksperimentasi Role play pada pembelajaran muhadastah di lembaga Madrasah Dirasah Islamiah dan Arab mlati Sleman Djogjakarta, Skripsi Pendidikan Bahasa Arab,(Djogjakarta : Perpustakaan Pps Uin Sunan Kalijaga, 2009), 5.
[11] Fakultas Tarbiyah UIN Suka, Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa Jurusan PBA Fakultas Tarbiyah, (Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah, 2006), 13.
[12] Ibid, 100
[13] Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana Media Greop, 2007), 160.
[14]  https://idtesis.com/metode-pembelajaran-sosiodrama/
[15] Wafa, Debath Metodh, (Yogyakarta : Perpustakaan Pps Uin Sunan Kalijaga, 2012), 31.
[16] Penyuur, Pengaruh Multi language Terhadap Keotentikan Keterampilan Berbahasa Asing, (Jakarta : PT purnama jaya, 1996), 54.
[17] Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Berbahasa Arab , (Malang, UIN maliki Press, 2011), 45.
[18] Syaiful Musthafa, Strategi Pembejaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang : UIN Maliki Press, 2011), 151.
[19] Ibid, 151
[20] Musthofa Ya’qub, Strategi Pengembangan Maharatul Kalam, (Malang : UIN Maliki press, 2008), 205.
[21] Ibid, 205.
[22] Abdur Rahim, Metode Penelitian,(Bandung : PT Rosdakarya, 2008), 51.
[23]Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta : Rajawali Pers, 2015), 12.
[24]Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 4.
[25]Basrowi dan Surwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 21.
[26]Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 17.
[27]Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cet 19 (Bandung: CV Alvabeta. 2013), 2.
[28]Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 157.
[29] Djama’ Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif ,130.
[30] Etta Mamang Sangadji  dan Sopiah, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), 171.
[31] Basrowi & Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 127.
[32] Britha Mikelsen, Metodologi Penelitian Partisipan Dan Upaya-upaya Pemberdayaan(Yogyakarta: Yayasan, 2001),7.
[33] Basrowi & Suwandi, Memahami PenelitianKualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 94.
[34]Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2009), 240.
[35]Djama’ Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif ,149.
[36]Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 280.
[37]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cet 11 (Bandung:CV Alvabeta. 2010), 337.
[38]Ibid., 338-345.
[39]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D  (Bandung: CV Alvabeta. 2011), 366.
[40]Sugiyono, Metode Penelitian, 373.
[41]Djama’ Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2013), 79.
[42]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D  (Bandung: CV Alvabeta. 2011), 127.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel