Strategi Pembelajaran Qiro’ah




MAKALAH
STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
“Strategi Pembelajaran Qiro’ah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Strategi Pembelajaran Bahasa Arab
Dosen Pembimbing : Muhammad Nidzom Hamami M. Pd. I


 

Oleh: Kelompok 10 (B3)
1.     Hasin Ilmalik      (084142114)
2.     Siti Ainun Nia     (084142112)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
MEI 2016
 





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masalah Manusia merupakan makhluk social, mereka selalu hidup dalam kelompok, mulai kelompok kecil sampai kelompok besar yang kemudian disebut dengan masyarakat. Dalam kelompok masyarakat ini, terjadilah komunikasi timbal balik, komunikasi ini dapat berlangsung karena adanya sarana pokok berupa bahasa yang dapat dimengerti. 
 Dilihat dari cara penyampaiannya, ragam bahasa dapat digolongkan menjadi ragam bahasa tulis dan ragam bahasa lisan, untuk memahami ragam bahasa lisan yang diucapkan oleh lawan bicara, orang harus mendengarkan dengan penuh perhatian menggunakan indera pendengaran, yang lebih dikenal dengan istilah menyimak, cara yang seperti ini disebut komunikasi langsung. Untuk memahami ragam bahasa tulis, seseorang harus melakukan kegiatan membaca rangkaian lambang bunyi bahasa itu.
 Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini, manusia hampir tidak dapat dipisahkan dari buku. Peradaban manusia identik dengan buku. Kemajuan ilmu pengetahuanyang dikuasai oleh manusia ditulis dalam buku, dilestarikan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Agar tidak ketinggalan informasi  tentang kemajuan ilmu pengetahuan, orang harus selalu membaca buku. Oleh karena itu,keterampilan membaca dan keterampilan memahami paparan yang tertulis dalam buku merupakan kunci penguasan ilmu pengetahuan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pembelajaran Qiro’ah (membaca)?
2.      Apa tujuan pembelajaran Qiro’ah (membaca)?
3.      Apa saja metode pembelajaran Qiro’ah (membaca)?
4.      Bagaimana strategi pembelajaran Qiro’ah (membaca)?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian pembelajaran Qiro’ah (membaca).
2.      Untuk mengetahui tujuan pembelajaran Qiro’ah (membaca).
3.      Untuk mengetahui apa saja metode pembelajaran Qiro’ah (membaca).
4.      Untuk mengetahui strategi pembelajaran Qiro’ah (membaca).

BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Qiro’ah
Keterampilan membaca (Maharoh  Qiroah) yaitu menyajikan materi pelajaran dengan cara lebih dulu mengutamakan membaca, yakni guru mula-mula membacakan topik-topik bacaaan, kemudian diikuti oleh para siswa. Keterampilan ini menitikberatkan pada latihan-latihan lisan atau penuturan dengan mulut, melatih mulut untuk bisa lancar berbicara, keserasian dan spontanitas.
  Target pembelajaran keterampilan membaca (Maharah al-Qira’ah) ini mampu membaca teks arab dengan fasih, mampu menerjemahkan dan mampu memahaminya dengan baik dan lancar.
B.     Tujuan Pembelajaran Qira’ah
   Berikut ini ada dua tujuan keterampilan membaca, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dari pembelajaran keterampilan membaca (maharah qira’ah), yaitu:
1.      Mengenali naskah tulisan suatu bahasa.
2.      Memaknai dan menggunakan kosakata asing.
3.      Memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dan implisit.
4.      Memahamai makna konseptual.
5.      Memahami nilai komunikatif dari satu kalimat.
6.      Memahami hubungan  dalam kalimat, antar kalimat, antar paragraf.
7.      Menginterpretasi bacaan.
8.      Mengidentifikasi wacana penting dalam wacana.
9.      Membedakan antara gagasan utama dan gagasan penunjang.
10.  Menentukan hal-hal penting untuk dijadikan rangkuman.[1]
Adapun tujuan khusus dari pembelajaran keterampilan membaca ini dibagi menjadi tiga tingkatan berbahasa, yaitu:
1.         Tingkat pemula
a.)       Mengenali lambing-lambang (symbol huruf)
b)       Mengenali kata dan kalimat.
c)       Menenmukan ide pokok dan kata kunci.
d)      Menceritakan kembali isi bacaan pendek.

2.             Tingkat menengah
a)      Menemukan ide pokok dan ide penunjang
b)      Menceritakan kembali berbagai jenis isi bacaan

3.             Tingkat lanjut
a)       Menemukan ide pokok dan ide penunjang
b)       Menafsirkan isi bacaan
c)       Membua inti sari bacaan
d)      Menceritakan kembali berbagai jenis bacaan.

C.     Metode Qira’ah
Membaca Nyaring adalah siswa membaca teks secara nyaring di dalam kelas. Membaca jenis ini bertujuan melihat kemampuan membaca siswa, melihat intonasi dan ritme mambaca siswa, melihat kemampuan membaca tanda baca siswa, melihat kemampuansiswa dalam memahami bahan bacaan, memuaskan keinginan siswa untuk memperdengarkan bacaannya, membiasakan siswa berbicara dihadapan orang, melatih siswa membaca sebagai salah satu profesi manusia.[2]
   Metode Qiraah ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      Pengajar langsung membacakan materi pelajaran, siswa memperhatikan bacaan-bacaan tersebut.
2.      Pengajar membacakana sekali lagi, kemudian diikuti siswa bersama-sama.
3.      Pengajar menunjuk salah satu siswa untuk membacanya secara bergiliran.
4.      Pengajar mencatat kata-kata yang sulit di papan tulis, kemudian pengajar mencarikan padanan kata atau lawan kata agar siswa mampu menebak artinya, sebelum pengajar menjelaskan arti sebenarnya jika diperlukan.

D.    Strategi Pembelajaran Qiraah
Sebelum kita membicarakan strategi pembelajaran qiro’ah, disini akan dikemukakan terlebih dahulu tujuan dan macam qoro’ah. Qiro’ah dilihat dari kegiatannya dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
1.      qiro’ah jahriyah (membaca keras)
2.      qiro’ah shamitah (membaca dalam hati)
Pertama: Qiro’ah Jahriyah (membaca keras)
            Qiro’ah jahriyah sangat penting pada pemeblajaran tingkat pertama, karena qiro’ah ini memberi kesempatan besar untuk melatih mengucapkan dengan benar, dengan mencocokkan antara membunyikan suara dengan rumus tulisannya.
Kedua: Qiro’ah Shamitah ( membaca dalam hati)
            Qiro’ah shamitah dilakukan oleh mata dan pikiran. Pada waktu mata melihat tulisan, pikiran berusaha memahami arti serta pesannya. Qiro’ah shamitah merupakan keterampilan bahasa yang sangat penting yang seharusnya diperoleh oleh pembelajar bahasa. Karena dengan keterampilan ini siswa dengan mudah dapat menambah pengetahuan serta mengembangkan kemampuannya dalam memahami teks.
   Adapun strategi pembelajaran keterampilan qiraah dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu strategi pada tingkat pemula, menengah dan lanjut, yaitu:
1.      Tingkat pemula (Mubtadi’)
Pada tingkat pemula ini biasanya menggunakan strategi denan empty outline, yaitu strategi yang digunakan untuk melatih kemampuan siswa dalam menuangkan isi dari yang dibaca kedalam bentuk label. Misalnya siswa mampu membedakan anatara isim dan fi’il
   Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a)      Memilih bacaan sesuai dengan topik pembahasan yang  telah ditentukan.
b)      Menyiapkan format tabel yang akan ditugaskan pada siswa.
c)      Membagikan bacaan pada masing-masing siswa kemudian menyuruh mereka untuk membaca secara seksama.
d)     Meminta pada siswa untuk mengisi tabel yang telah dipersiapkan.
e)      Menyuruh siswa untuk bergabung dengan siswa sebelahnya kemudian mendiskusikan hasil kerja mereka.
f)       Menyuruh siswa utnuk presentasi kedepan dari hasil diskusi tersebut.
g)      Memberikan klarifikasi terhadap hasil kerja siswa agar tidak terjadi kesalahan.

2.      Tingkat menengah (Mutawassit)
Pada tingkat ini biasanya menggunakan strategi index card match, yaitu strategi yang digunakan untuk mengajarkan kata-kata  atau kalimat dengan pasangannya. Misalnya, kata dengan artinya (Qalamun=pena) atau soal dengan jawabannya atau sebagainya. Langkah-langkah strategi ini adalah:
a)      Menyiapkan kartu berpasangan (soal dan jawabannya) lalu diacak.
b)      Membagikan kartu tersebut dan meminta siswa untuk memahami artinya.
c)      Meminta siswa untuk mencari pasangannya masing-masing tanpa bersuara.
d)     Meminta siswa untuk berkelompok dengan pasangannya masing-masing.
e)      Menyuruh masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasilnya didepan kelas.
f)       Memeberi kesempatan pada kelompok lain untuk memberikan komentar atau pertanyaan.
g)      Memberikan klarifikasi terhadap hasil kerja kelompok tersebut.

3.      Tingkat lanjut
Pada tingkat lanjut ini biasanya menggunakan strategi analysis, yaitu strategi yang digunakan untuk melatih siswa dalam memahami isi bacaan dengan cara menemukan ide pokok/utama dan ide-ide pendukungnya.
   Langkah-langkah strategi adalah:
a)      Membagikan teks atau bacaan pada masing-masing siswa.
b)      Menyuruh siswa untuk membaca teks tersebut dengan seksama.
c)      Menyuruh pada masing-masing siswa untuk menentukan atau menuliskan ide pokok dan pendukungnya secara individu.
d)     Menyuruh siswa untuk berkelompok dan mendiskusikan hasil masing –masing.
e)      Menyuruh beberapa siswa untuk mempresentasikan dari hasil tersebut didepan kelas untuk mewakili kelompoknya.
f)       Memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk memberikan komentar atau pertanyaan.
g)      Memberikan klarifikasi terhadap hasil kerja siswa agar pemeahaman siswa semakin membaik.[3]
E.     Teknik Pengajaran kemahiran Membaca (Qiro`ah)
            Kemahiran membaca mengandung dua aspek atau pengertian. Pertama, mengubah lambing tulis menjadi bunyi. Kedua, menganggap arti dari seluruh situasi yang dilambangkan dengan lambang-lambang tulis dan bunyi tersebut.
            Inti dari kemahiran membaca terletak pada aspek yang kedua. Ini tidak berarti bahwa kemahiran dalam aspek pertama tidak penting, sebab kemahiran dalam aspek yang pertama mendasari kemahiran yang kedua. Betapapun juga keduanya merupakan tujuanyang hendak dicapai oleh pengajaran bahasa arab. Walaupun kegiatan pengajaran membaca dalam pengertian pertama telah diberikan sejak tingkat-tingkat permulaan, namun pembinaannya harus dilakukan juga sampai tingkat lanjut, melalui kegiatan membaca keras (Al-Qiro`ah al-Jahriyah).
            Secara umum tujuan dari kegiatan membaca itu ada tiga, yaitu (1) tujuan intelektual atau kognitif, yaitu untuk memperoleh dan menambah pengetahuan serta memperluas wawasan, (2)tujuan praktis atau referensial, yaitu untuk memperoleh petunjuk bagaimana melakukan sesuatu, dan (3)  tujuan efektif dan emosional, yaitu untuk memenuhi kebutuhan dan perasaan atau kejiwaan.
            Adapun kompetensi yang diharapkan dari pembelajaran setelah mengikuti pembelajaran qiro`ah atau muthola`ah adalah keterampilan membaca dan memehami berbagai jenis teks berbahasa Arab, baik untuk tujuan intelektual kognitif, maupun praktis-referensial dan afektif-emosional. Keterampilan itu bukan hanya teks yang sudah di pelajarinya melainkan teks-teks baru yang ada dikehidupan nyata.
a.       Kemahiran Mengubah Lambang Tulis menjadi Bunyi.
Abjad Arab mempunyai sistem yang berbeda dengan abjad Latin.Abjad Arab bersifat “sillabary” yang semua hurufnya hidup, sedangkan abjad Latin bersifat “alphabetic” yang mengenal adanya huruf hidup dan huruf mati.
Perbedaan lain adalah sistem penulisan bahasa Arab yang dimulai dari kanan kekiri, tidak dikenalnya huruf besar dengan bentuk tertentu untuk memulai kalimat baru, menulis nama orang atau tempat, dan perbedaan bentuk huruf-huruf Arab ketika berdiri sendiri, diawal, ditengah dan diakhir.
Perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan kesukaran bagi para siswa yang sudah terbiasa dengan huruf  Latin. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa buku-buku majalah dan surat-surat kabar berbahasa Arab ditulis tanpa menggunakan syakal (tanda vocal). Padahal syakal merupakan tanda vokal yang sangat menentukan makna dan fungsi suatu kata dalam kalimat.
Kemahiran membaca dengan demikian tergantung kepada penguasaan kosa kata dan gramatika. Oleh karena itu, pada tingkat permulaan teks bacaan masih perlu di berisyakal, dan secara bertahap dikurangi sesuai dengan perkembangan penguasaan kosa kata dan pola kalimat bahasa Arab oleh para siswa. Tetapi pada prinsipnya sejak awal siswa dilatih dan dibiasakan membaca tanpa syakal dalam rangka membina dan mengembangkan kemampuan membaca untuk pemahaman.
b.      Kemahiran Memahami Makna Bacaan.
Aspek ini, seperti ditegaskan di muka merupakan inti dari kemahiran membaca. Ada tiga unsur yang harus diperhatikan dan dikembangkan dalam pelajaran membaca untuk pemahaman ini, ialah unsur kata, kalimat dan paragrap. Ketiga unsur ini bersama-sama mendukung makna dari suatu bahan bacaan. Gabungan kata membentuk satuan yang lebih besar yang disebut kalimat, gabungan kalimat membentuk satuan yang lebih besar lagi yang disebut paragraf, dan dari paragraf-paragraf tersusunlah bab, kemudian dari bab-bab tersusunlah buku-buku.
Agar pelajaran kemahiran membaca untuk pemahaman ini menarik dan menyenangkan, bahan bacaan hendaknya dipilih sesuai dengan minat, tingkatan perkembangan dan usia siswa. sudah barang tentu landasan utama dalam pemilihan bahan adalah kurikulum yang telah menetapkan tema, topik atau standar kompetensi dan kompetensi dasarnya. Agar tidak membosankan, bahan bacaan harus berfariasi baik topiknya (sejarah, ilmiah populer, humor, riwayat hidup, deskripsi, dll), maupun ragam bahasanya (koran, sastra, buku, percakapan, dsb).
Berdasarkan pengamatan ada kesalahan persepsi dikalangan sebagian pengajar bahsa Arab mengenai tujuan pengajaran membaca atau qiro`ah atau muthola`ah. Banyak yang beranggapan bahwa tujuan pengajaran membaca adalah agar pembalajar memahami isi bacaan dalam buku teks, maka cara paling praktis bagi guru dan siswa adalah cara penerjemahan. Guru membaca teks dan menerjemahkannya, siswa menulis terjemahan langsung di bawah teks yang dibaca. Dalam waktu singkat sisa memahami bacaan. Tapi dengan cara ini siswa menjadi pasif dan setiap kali menghadapi teks baru harus dituntun oleh guru untuk dapat memahaminya. Tujuan membaca memang memahami bacaan, tapi tujuan membaca adalah melatih pembelajar agar terampil memahami bacaan. Untuk mencapai tujuan ini, berbagai teknik dan strategi yang sifatnya melatih, membiasakan, dan mendorong siswa untuk memahami teks bacaan secara mandiri harus diterapkan dalam pengajaran membaca.
c.       Berbagai Jenis Membaca
Untuk melatih dua aspek kemahiran tersebut ada beberapa jenis kegiatn membaca, antara lain:
1)      membaca keras (Al-Qiro`ah al-Jahriyah)
Dalam kegiatan membaca keras ini, yang terutama ditekankan adalah kemampuan membaca dengan:
·         menjaga ketepatan bunyi bahasa Arab, baik dari segi makhraj maupun sifat-sifat bunyi yang lain;
·         irama yang tepat dan ekspresi yang menggambarkan perasaan penulis;
·         lancar, tidak tersendat-sendat dan terulang-ulang;
·         memperhatikan tanda baca atau tanda grafis (pengtuasi)
Adapun tanda baca yang digunakan dalam bahasa Arab pada dasarnya sama saja dengan tanda baca dalam bahasa Indonesia, hanya namanya yang berbeda, yakni sebagai berikut:
نقطة (.)، فصلة (،)، نقطتان (:)، فصاة منقوطة (:)، شرطة (-)، قوسام ( )، علامة الإستفهام (؟)، علامة التعجب (!)، علامة التنصيص (")، الخط الائل (/).
2)      Membaca dalam hati (Al-Qiro`ah ash-Shamitah)
Membaca dalam hati bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-pokok maupun rincian-rinciannya. Oleh karena itu, ia merupakan sarana bagi jenis membaca yang lain, yakni membaca analisis, membaca cepat, membaca rekreatif dan sebagainya.
Dalam kegiatan membaca dalam hati, perlu diciptakan suasana kelas yang tertib sehingga memungkinkan siswa berkonsentrasi kepada bacaannya. adapun hal-hal yang perlu dihindari:
·         vokalisasi, baik hanya menggerakkan bibir sekalipun
·         pengulangan membaca, yaitu mengulangi gerak mata kepada kalimat sebelumnya yang sudah dibaca
·         menggunakan telunjuk/petunjuk atau gerakan kepala.
3)      Membaca cepat (Al-Qiro`ah as-Sari`ah)
tujuan utama membaca cepat ialah untuk mendorong dan melatih siswa agar berani membaca lebih cepat daripada kebiasaannya.
Dalam membacacepat ini siswa tidak dimintai memahami rincian-rincian isi teks, tetapi cukup dengan pokok-pokoknya saja. Para ahli membaca cepat melaporkan bahwa membaca cepat tidak hanya memperbaiki prestasi waktu, tetapi menambah banyaknya informasi yang dapat diserap oleh pembaca, baik perendahan bahasa maupun pengetahuan untuk memperluas  wawasan mereka. Ini dimungkinkan karena pembaca tidak lagi mempunyai kebiasaan membaca kata demi kata, tetapi ia dapat menggerakkan matanya dengan pola-pola tertentu, sehingga pengertiannya dapat ditangkap dengan efisien. Dilihat dari sinilah, maka membaca cepat dapat juga disebut membaca perluasan (ekstensif reading atau Al-Qiro`ah al-Muwassa`ah).
Sungguh membaca cepat ini diperlukan, tetapi harus diingat baahwa tidak setiap bahan bacaan dapat dijadikan bahan membaca cepat. Para pengajar bahasa Arab hendaknya aktif menjalin komunikasi dengan jurusan-jurusan sastra Arab atau pendidikan bahasa Arab diberbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Beberapa diantara jurusan-jurusan itu telah memiliki koleksi perpustakaan yang relatif  lengkap, bahkan ada yang sudah menerbitkan beberapa kumpulan tulisan dan cerita pendek yang berbahasa Arab.
4)      Membaca Rekreatif (Al-Qiro’ah al-Istimta’iyah)
Jenis membaca ini ada hubungannya dengan jenis membaca cepat. Tapi tujuan membaca rekreatif bukanlah untuk menambah jumlah kosa kata, bukan untuk mengajarkan pola-pola baru, bukan pula untuk pemahaman teks bacaan secara rinci, tetapi untuk memberikan latihan kepada para siswa membaca cepat dan menikmati apa yang dibacanya. Tujuannya yang lebih jauh adalah untuk membina minat dan kecintaan membaca.
Bahan bacaan dipilihkan yang ringan populer, baik ditinjau dari segi isi maupun susunan bahasanya. Biasanya berupa cerita pendek atau novel yang telah dipermudahkan bahasanya sesuai dengan tingkatan pelajar yang menjadi sasarannya. Membaca biasanya dilakukan di luar kelas, dengan cara penugasan kepada sisiwa untuk membaca buku tertentu, dan dalam waktu yang ditentukan siswa harus menyerahkan laporan tertulis tentang buku yang telah dibacanya.
5)      Membaca Analitis (Al-Qiro’ah at-Tahiliyah)
Tujuan utama membaca analitis ialah untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan mencari informasi dari bahan tertulis. Selain itu siswa dilatih agar dapat menggali dan menunjukkan rincian informasi yang memperkuat ide utama yang disajikan penulis. Siswa juga dilatih untuk berfikir logis, mencari hubungan satu kalimat dengan kalimat yang lain, antara paragraf satu dengan paragraf yang lainnya, antara kejadian satu dengan yang lainnya, dan menarik kesimpulan yang tidak tertulis secara eksplisit dalam bacaan.
d.      Beberapa Model Latihan
Agar pengajaran kemahiran membaca dapat terarah kepada tujuan, maka bacaan-bacaan yang disajikan perlu dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan atau model-model latihan. Bentuk dan sistematika pertanyaan disesuaikan dengan tujuan atau jenis membaca atau pengalaman belajar apa yang ingin dilatih kepada siswa.
1)      Belajar mempekaya kosa-kata
Kosa-kata merupakan salah satu unsur bahasa yang harus dikuasai untuk memperoleh kemahiran berbahasa, termasuk kemahiran bahasa. Satu kegiatan yang perlu digaris bawahidalam hubungan dengan kegiatan membaca, siswa hendaknya dibiasakan menggunakan kamus. Keterampilan menggunakan kamus sangat penting untuk mengembangkan pengetahuan siswa. Kamus bahasa Arab mempunyai sistemnya tersendiri yang relatif sukar. Oleh karena itu siswa harus sebanyak mungkin dilatih untuk menggunakan kamus.
            Untuk memperkaya kosa-kata perlu latihan-latihan:
·         Mencari pandan kata/sinonim (مرادف)
·         Mencari lawan kata / antonim (ضد)
·         Mencari makna lain dari kata yang sama (اللفظ اشتراك (
·         Mencari bentuk jama’ dari kata tunggal dan sebaliknya
·         Mencari bentuk mudhari’ dari madhi dan sebaliknya
2)      Belajar mengenal (kognisi) isi bacaan
Penerapan dalam proses belajar mengajar harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berfikir siswa, dan karakteristik teks bacaan yang dipelajari.
a.       Belajar mengetahui dan mengingat
Siswa belajar mengetahui (al-ma’rifat) dan mengingat (at-tadzakur) informasi berupa fakta-fakta atau definisi-definisi tentang sesuatu dari teks yang dibacanya. Jenis pertanyaan yang bisa dipakai untuk membimbing siswa menemukan informasi tersebut adalah ما، من، متى، أين .
b.      Belajar memahami
Siswa belajar memahami (al-fahm) dan menguasai (al-isti’ab) sesuatu dari teks berdasarkan fakta-fakta yang telah ia temukan (pada tingkat pertama). Pada tingkat kedua ini, siswa tidak hanya dituntut untuk mengetahui dan mengingat, melainkan memahami secara sungguh-sungguh fakta-fakta yang telah ia ketahui, dan mampu menerangkannya kembali dengan menggunakan kalimat atau ungkapannya sendiri.
c.       Belajar mengaplikasikan pengetahuan
Siswa tidak cukup hanya bisa menyebutkan, menerangkan, dan menafsirkan informasi, tetapi dituntut pula untuk bisa mengaplikasikan tau menerapkannya (at-Tathbiq). Sebagai misal, di dalam teks terdapat informasi mengenai al-fushul fi mishra (musim-musim di Mesir). Setelah informasi ini dipahami, siswa diberi pertanyaan mengenai musim-musim yang ada di Indonesia.
d.      Belajar menganalisis
Belajar menganalisis (al-Tahlil) menuntut siswa berfikir secara kritis dan mendalam, untuk menemukan sesuatu yang tidak dinyatakan  secara eksplisit dalam teks. Menemukan ide pokok dalam kalimat atau paragraf bisa digolongkan dalam belajar menganalisis.  Dalam hal ini, siswa perlu dikenalkan dengan kata-kata penghubung yang bisa dijadikan acuan dalam menemukan ide pokok, seperti  (لذالك، لأن، لأنه، رغم أن، مع أن، غير أن، ولكن):
Menganalisis mencakup proses mengidentifikasi motif, alasan, atau sebab-sebab dari suatu perilaku atau kejadian yang disebutkan dalam teks.
Misalnya latihan dengan mengajukan beberapa pertanyaan:
ماذا تستنتج من المقالة؟
ما لب هذه القصة؟
أي درس تأخذهذ من القطعة؟
Jawaban siswa dapat diperiksa bersama-sama. Guru kemudian menunjukkan kesimpulan yang sebenarnya, yang dimaksud oleh penulisnya, dengan menunjukkan bagian-bagian bacaan yang menunjukkan hubungan sebab-akibat.
             Cara lain untuk melatih siswa menarik kesimpulan ini, umpamanya dengan memberikan teks tanpa judul. Setelah siswa membacanya, mereka diminta membuat judul yang sesuai dengan isi bacaan.
e.      Belajar mensintesis
Melakukan sintesis (at-Tarqib) adalah merangkum bagian-bagian dalam teks untuk ditampilkan kembali dengan “baju baru” atau dalam sebuah kerangka yang sama sekali baru dan orisinal. Hal ini memerlukan kreativitas siswa. Misalnya, membuat bagan, denah, skema, grafik, dan sejenisnya untuk menjelaskan isi teks.
            Termasuk dalam kategori mensintesis adalah membuat prediksi (al-tanabbu’) dan menyelesaikan suatu masalah berdasarkan informasi yang diperoleh dalam teks.
f.      Belajar mengevaluasi
Tingkat keenam dari pengalaman belajar menghadapi sebuah teks adalah melakukan evaluasi (at-Taqwim). Dalam hal ini siswa dituntun untuk menilai kualitas atau manfaat dari teks yang dipelajari, baik menyangkut sistematika maupun gagasan yang termuat di dalam teks tersebut.
            Penilaian itu harus didasarkan atas kriteria-kriteria yang jelas, apakah itu standar objektif, ataukah nilai-nilai pribadi. Hasil penilaian siswa mungkin berbeda-beda, baik karena perbedaan kriteria yang dipakai atau perbedaan sudut pandang, tapi perbedaan ini justru diharapkan.
            Adapun latihan membaca (Qiro’ah) itu banyak macamnya, dalam hal ini hanya akan menjelaskan latihan qiro’ah, salah satunya yaitu:

3)      Belajar Mengenal Pola dan Struktur Kalimat
Ada bahan bacaan yang disajikan dengan tujuan untuk mengenalkan pola kalimat baru kepada siswa. Untuk itu harus dipersiapkan latihan guna memantapkan pola kalimat tersebut, secara lisan maupun tulis. Ini tentu saja merupakan tujuan sekunder bukan primer. Tapi yang lebih penting dari itu, siswa juga sebaiknya dilatih untuk mengenal fungsi-fungsi gramatikal dari kata dalam kalimat, misalnya mengetahui mana fa’il dari sebuah fi’ili, mana maf’ul bih menjadi fi’il muta’addi, mana ism inna dan khabarnya, mana ism kana dan khabarnya, mana syarath dan  jawab syaratnya dan sebagainya. Maka tujuannya adalah untuk membantu pemahaman teks, bukan mengajarkan gramatika. Tapi harus dibatasi seperlunya agar pelajaran qiro’ah tidak berubah menjadi pelajaran nahwu. [4]
            Berikut adalah ragam permainan untuk keterampilan membaca, serta penjelasan dan cara mempraktikkannya.
1.      Membaca permulaan
a.     Tujuan
Untuk melatih siswa menerjemahkan simbol-simbol tulis ke dalm bunyi.
b.     Alat yang Diperlukan
Alat yang diperlukan dalam permainan ini adalah lembar kertas atau papan tulis dan soal atau bacaan yang mudah dan sering dikenal oleh siswa.
c.      Cara bermain
·         Mintalah siswa maju untuk membaca teks di papan tulis
·         Kemudian siswa yang ada didepan itu menyebutkan urutan absen yang akan maju selanjutnya. Sampai seterusnya
2.      Mengharakati Bacaan
a.     Tujuan
Tujuannya adalah membaca kalimat tidak berharakat dengan benar, menerjemehkan sesuai bunyi, serta membaca teks dengan lafal dan intonasi yang baik da benar.
b.     Alat yang Diperlukan
alat tulis, seperti bulpoin, spidol, pensil, dan bacaan yang tidak berharakat.
c.      Cara Bermain
·         Buatlah teks bacaan dari beberapa bahan yang berkaitan dengan materi pelajaran
·         Sediakan terjemahannya dari kosa kata tersebut.
·         Suruhlah meraka untuk mengharakati, menerjemah, dan menentukan ide paragraf tersebut.
·         Guru membuat terjemahan beberapa kosa kata yang tidak diketahui
·         Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah paragraf
·         Mintalah meraka untuk mengharakati bacaan yang tidak berharakat tersebut. [5]


Berikut ini bacaannya:
كان الحج ركنا من أركان الإسلام الخمسة، وشعيرة من شعائره الكبرى . قال تعالى: ( إن اول بيت وضع للناس للذى ببكة مباركاوهدى للعالمين. فيه آيات بينات مقام إبراهيم ومن دخله كان آمنا. ولله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا ). وقد كان الحج معروفا عند العرب من زمن إبراهيم عليه السلام إلى عهد نبينا محمد صلى الله عليه وسلم .وهو في االغة القصد. وفي الشرع قصد البيت للنسك مع أداء الأركان والواجبات. وحكمه لا خلاف بين العماء والفقهاء في أنه فريضة.











BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Membaca ialah menangkap pikiran dan perasaan orang lain dengan perantaraan tulisan (gambar dari bahasa yang dilisankan). Tujuannya ialah menangkap bahasa yang tertulis dengan tepat dan teratur. Seseorang dapat mengenal suatu objek, ide prosedur konsep, definisi, nama, peristiwa, rumus, teori, atau kesimpulan. Bahkan lebih dari itu, melalui aktivitas membaca seseorang dapat mencapai kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti menjelaskan, menganalisis, hingga mengevaluasi suatu objek atau kejadian tertentu.
Adapun model pembelajaran Qiro’ah ada dua yaitu : Membaca nyaring ( Al-Qiro’ah Al-Jahriyyah) yaitu siswa membaca teks secara nyaring di dalam kelas dan membaca diam (Al-Qira’ah Al-Shamitah) yaitu membaca dengan tidak melafalkan symbol-simbol tertulis berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca, melainkan dengan mengandalkan kecermatan eksplorasi visual.













DAFTAR PUSTAKA
Fuad, Efendy, 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat).
Mujib, Fathul, 2013. Permainan Edukatif Pendukung Pembelajaran Bahasa Arab (2) (Jogjakarta: Diva Press).
Mustofa, Bisri & Abdul Hamid, 2012. Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, cet.2, (Malang: UIN-MALIKI PRESS).
Mustofa, Syaiful, 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatifi, (Malang: UIN-MALIKI PRESS).
Nuha, Ulin, 2012. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, cet.1, (Jogjakarta: DIVA Press).


[1] Bisri Mustofa, Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2011), hlm. 99.
[2] Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, cet.1,..............hlm. 115
[3] Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatifi (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2011)
[4] Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2012), hlm. 165.
[5] Fathul Mujib, Permainan Edukatif Pendukung Pembelajaran Bahasa Arab (2) (Jogjakarta: Diva Press, 2013), hlm.79.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel