Kalimat Efektif dan Diksi


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Bahasa indonesia sebagai bahasa nasional tentu saja digunakan dalam berbagai betuk jenis penulisan, mulai dari penulisan ilmiah dan yang lainnya,  yang pada kenyataannya tidak terlepas dari kesalahpahaman dalam penggunaan kalimatnya dikarenakan tidak tepatnya penggunaan kalimat tersebut. Oleh karena itu, sejumlah kata dalam Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide dan pesan seseorang dapat mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk  berkomunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang.Akan tetapi, kata-kata tersebut harus digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
B.Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan diksi dan kalimat efektif?
2.      Apa peranan diksi dalam Penulisan Karya Ilmiah?
3.      Bagaimanakah penggunaan bahasa efektif dalam karya ilmiah?
C.Tujuan
1.      Untuk  mengetahui  diksi dan kalimat  efektif  dalam karya ilmiah
2.      Untuk  mengetahui  peranan  diksi dalam karya ilmiah
3.      Untuk  mengetahui  bagaimana penggunaan bahasa efektif  dalam karya ilmiah






BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Diksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.[1]
Menurut Wikipidea, Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.[2]
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang.Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.
Didalam karya  ilmiah, kata yang digunakan harus berbentuk formal dan digunakan secara konsisten (taat asas). Oleh karena itu, pilihan kata dalam penulisan karya  ilmiah harus baik dan benar, sehingga makna yang diacunya tepat dan jelas.[3]
Diksi merupakan pemilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam bahasa lisan dan tulisan. Untuk mendapatkan efek tertentu itu, seseorang yang akan berbicara atau menulis harus memilih kata yang dapat mewakili gagasannya dengan tepat. Disamping itu, ia juga memerlukan kemampuan untuk membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Beberapa hal yang berkaitan dengan ketepatan dan kesesuaian pemilihan kata dalam karya ilmiah, yaitu:
1. Sinonim
a. air kencing,air pipis,air seni,urin
Air kencing adik berwarna keruh.
Air pipis adik berwarna keruh.
Air seni adik berwarna keruh.
Urin adik berwarna keruh.
Sinonim merujuk pada kata-kata dengan makna yang (hampir) serupa. Pada contoh penggunaan sinonim di atas, bahasa yang standar (baku) adalah air seni dan atau urin (dalam bidang kedokteran).
b. mengemukakan,mengatakan,menyuarakan.
Ia mengemukakan pendapatnya.
Ia mengatakan pendapatnya.
Ia menyuarakan pendapatnya.
Untuk menhindari kebosanan karena menggunakan kata yang itu-itu saja, dapat dipilih sinonim yang penggunaannya tepat (sesuai konteks)


2. Kata umum,kata khusus
Kendaraan,Kendaraan bermotor,Kendaraan (bermotor) umum,Angkot
a. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan dianggap berhasil.
b. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan bermotor dianggap berhasil.
c. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan kendaraan umum dianggap berhasil.
d. Penelitian terhadap gas yang dihasilkan angkot dianggap berhasil.
Setiap kata yang digunakan pada kalimat-kalimat di atas, semakin lama semakin khusus.Hal ini terlihat dari semakin khusus (sempit) makna yang digunakan pada kata-kata di atas (sesuai urutannya).Kata yang semakin sempit tujuannya itulah yang disebut dengan kata khusus.
 3. Kata indria
Kata indria merupakan kata yang menunjukkan perasaan/ pengalaman dengan pancaindra, seperti panas, manis, keras, apak, desing, dan mengilat. Penggunaan kata-kata indria ini dapat saling tumpang tindih.Gejala seperti ini disebut dengan sinestesia.Perhatikan contoh berikut.
a. Ibu membuat teh manis.
b. Gadis itu manis sekali.
4. Kelangsungan pilihan kata
Kelangsungan pilihan kata berkaitan kata demi kata yang dipilih sehingga dapat menyampaikan gagasan secara tepat, efektif, dan efisien.Hal ini menyangkut penghamburan kata, ambiguitas makna, kesalahan ejaan, dsb.
5. Istilah dan jargon
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang secara cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu tertentu. Sementara itu, jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya[4] Antara istilah dan jargon, terdapat ketumpangtindihan makna. Pada dasarnya, jargon merupakan bahasa atau kata yang khusus sekali.
6. Kata populer dan ilmiah
Kata populer adalah kata yang lazim digunakan oleh masyarakat luas dalam kegiatan sehari-hari.Kata ini tentu berbeda dengan kata ilmiah yang merujuk pada bahasa ilmiah. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut:.
a. orang sakit,pasien (kata popular,kata ilmiah)
b. pecahan,fraksi (kata popular,kata ilmiah)
c. kolot,konservatif (kata popular,kata ilmiah)
7. Kata slang
Kata slang adalah kata yang digunakan pada ragam percakapan yang khas. Misalnya, bahasa gaul. Bahasa seperti ini tidak bisa digunakan dalam karya tulis ilmiah karena merupakan bahasa nonstandar.
8. Idiom
Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau gramatikal dengan bertumpu pada makna-makna yang membentuknya[5].
Contohnya, makan garam, banting tulang. Selain itu, dalam menulis karya tulis ilmiah perhatikan pula penggunaan kata depan yang dilekatkan secara idiomatis pada kata kerja tertentu, seperti berbahaya bagi, selaras dengan, terdiri atas.


2.      Peran Diksi dalam Karya Ilmiah
Karya ilmiah merupakan komunikasi antara penulis dan pembaca.Agar komunikasi itu efektif dan efisien, maka seorang penulis perlu berhati-hati dalam memilih kata, sehingga pembaca mampu mencerna kata atau rangkaian kata yang digunakan penulis untuk mengungkapkan gagasannya.
Dalam memilih kata ini, seorang penulis harus memperhatikan hal-hal yang menjadi syarat dari diksi, syarat-syarat itu ialah :
a.Ketepatan
         Ketepatan dimaksudkan sebagai pemilihan kata yang dapat mewakili gagasan penulis dengan benar, sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara penulis dengan pembaca.
b.Kesesuaian
Kesesuain diartikan sebagai pilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain.
Contoh :
Kata Kamu, Anda,dan Saudara, merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai sosial menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda.
Seperti :
Saya sama besar dengan kamu
Saya sama besar dengan anda
Saya sama besar dengan saudara



3.      Pengertian Kalimat Efektif
Menurut Razak, kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengekspresikan kejiwaan manusia lainnya, dengan demikian, hanya kalimat yang berdaya gunalah yang diklasifikasikan kepada kalimat efektif.[6]
Sedangkan menurut Zulfahmi, Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengantarkan isi dan tujuan komunikasi dengan baik.[7]Untuk mengungkapkan atau mengkomunikasikan gagasan pengarang maka diperlukan kalimat yang baik.
Pernyataan diatas mengisyaratkan bahwa kalimat merupakan media yang menampung gagasan pengarang. Dalam formulasi lain, kalimat dapat disefenisikan sebagai wujud dari perasaan, sikap, dan pikiran si pengarang yang akan dikomunikasikan dalam bentuk bahasa tulis.
Sehubungan dengan itu, Kerap menegaskan bahwa seorang pengarang perlu menguasai beberapa aspek bahasa, antara lain :
a. Kosa kata yang digunakan
b. Kaidah-kaidak sintaksis bahasa itu secara aktif
c. Gaya penyampaian
d. Penalaran.[8]
Penguasaan terhadap keempat aspek tersebutlah yang memungkinkan seorang pengarang mampu menuangkan ide kedalam bentuk kalimat yang dapat mewakili gagasannya dengan tepat dan mampu menarik perhatian pembaca.Kalimat yang seperti itulah yang dapat diklasifikasikan kepada kalimat yang efektif.



4.      Syarat Kalimat yang Efektif
Kalimat efektif memiliki kemampuan untuk melahirkan dan memicu kembali gagasan-gagasan pembaca yang identik dengan gagasan pengarang.Disamping itu, kalimat efektif juga memiliki kemampuan untuk menghilangkan kemonotonan sebuah tulisan atau karangan.
Untuk kepentingan tersebut,pengarang harus mampu memodifikasi kalimat yang digunakannya. Dalam hal ini, Kerap mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu; Kesatuan gagasan, koherensi antar unsur pembentuk kalimat, penekanan, variasi kalimat, peralelisme, dan penalaran.[9]
a.Kesatuan Gagasan
Kesatuan gagasan dibentuk melalui unsur-unsur yang membangun kalimat dengan memperhatikan ide pokok kalimat tersebut, sehingga kalimat tersebut hanya mengandung satu ide pokok. Dengan kata lain, kesatuan gagasan sebuah kalimat ditandai dengan keberadaan satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
Kesatuan gagasan dalam  kalimat itu dapat dibentuk dengan berbagai cara, meskipun kalimat, secara praktis dibangun oleh unsur-unsur fungsional yang disebut sebagai subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K).[10]
Kesatuan gagasan dalam kalimat dapat berbentuk kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan.Kesatuan tunggal terdapat pada kalimat tunggal, yaitu kalimat yang terdiri dari  satu pola kalimat saja, yaitu : SP, SPO, SPPel, SPK, SPPelK, atau SPOK.
Kesatuan gabungan, kesatuan yang mengandung pertentangan, dan kesatuan pilihan terdapat pada kalimat majemuk, yaitu : kalimat yang terdiri dari dua pola atau lebih, seperti : SP-SP, SPO-SPPel, SP-SPOK, dsb. Untuk lebih mengetahui perbedaan antara kesatuan-kesatuan itu, amati contoh-contoh berikut :

1) Sebagai homo loquens, manusia memiliki kemampuan berbahasa. (kesatuan tunggal).
2) Suatu hal yang tidak dapat dibantah oleh para ilmuan ialah ilmu sarat dengan nilai-nilai. (kesatuan tunggal).
3) Ketika ujian semester berlansung, semua mahasiswa terpaku pada kertas jawabannya, sedangkan pengawas hilir mudik memperhatikan mahasiswa. (kesatuan yang mengandung pertentangan)
4)Hary menerima bingkisan dari ibunya kemaren, dan telah membukanya beberapa jam yang lalu. (kesatuan gabungan)
5) Kamu pergi ke kampus atau ikut denganku ke tempat Andre. (kesatuan pilihan).
b. Koherensi
Koherensi ialah adanya hubungan yang jelas antara unsur yang satu dengan yang lain dalam membangun ide pokok kalimat. Kepaduan itu menunjukkan hubungan yang erat antara unsur-unsur pembentuk kalimat, yaitu antara subyek-prediket, prediket-obyek, dan keterangan unsur pokok.Koherensi antar unsur pembentuk kalimat sangat terkait dengan kesatuan gagasan yang terkandung dalam kalimat tersebut.Jika antar unsur pembentuk kalimat tidak mamiliki koherensi secara jelas, maka kalimat tersebut.akan sanggup mewakili gagasan penulis.[11]
Sehubungan dengan itu, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan seseorang sebelum menuangkan gagasannya kedalam sebuah kalimat yang efektif, yaitu :
1) Pola kalimat
2) Penggunan kata depan dan kata penghubung
3) Penempatan keterangan : oposisi dan aspek
4) Penggunaan kata yang tidak berlebih-lebihan


c. Penekanan Bagian Kalimat
Penekanan mengacu kepada upaya yang dilakukan untuk menonjolkan unsur yang dipentingkan dalam sebuah kalimat. Penekanan itu dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain dengan mengubah posisi kalimat (unsur yang dipentingkan), menggunakan repetisi (pengulangan bentuk yang sama), menggunakan pertentangan, dan menggunakan pertikel penegas.
Contoh :
1.Bagi alam pikiran Minangkabau, yang dimaksud dengan harta ialah benda-benda yang tidak bergerak, seperti : tanah, sawah, ladang, dan rumah.
2.Yang dimaksud dengan harta-bagi  alam pikiran Minangkabau-ialah benda-benda tidak bergerak, seperti : tanah, sawah, lading, dan rumah. (mengubah posisi kalimat)
d.Variasi Kalimat
Variasi ditujukan agar kalimat yang digunakan dapat menarik perhatian pembaca, sehingga sifat monotoni kalimat dapat diminimalkan.Variasi kalimat dapat dilakukan dengan menggunakan kata yang bersinonim atau penjelasan yang berbentuk frase, keragaman bentuk kalimat (panjang pendeknya kalimat), penggunaan bentuk kata (me- dan di-), dan dengan mengubah posisi kalimat.
Dengan demikian, sebuah gagasan sebenarnya dapat dituangkan dengan aneka ragam kalimat.
Contoh :
a.Menulis adalah aktivitas yang mengasyikkan
(menulis menjadi penekanan, penulis = subjek)
b. Menulis, baik dalam koridor normatif maupun kreatif, merupakan aktivitas yang mengasyikkan.
(menulis dijelaskan dengan frase)
c.Meskipun banyak aktivitas lain yang menarik, menulis tetap merupakan aktivitas yang mengasyikkan.
(ditulis dalam bentuk kalimat majemuk)
d.Aktivitas yang mengasyikkan adalah menulis
(mengubah possisi kalimat)
e. Paralelisme
Paralelisme adalah penempatan gagasan-gagasan yang memiliki fungsi dan esensi yang sama dalam suatu struktur/konstruksi gramatikal yang sama. maksudnya, gagasan-gagasan yang memiliki fungsi dan nilai yang sama ditulis sejajar secara gramatikal.
f. Penalaran atau Logika
Salah satu ciri bahasa ilmiah adalah logis.Hal ini berarti pernyataan dalam kalimat yang digunakan dalam karya tulis ilmiah sesuai dengan logika.Perhatikan contoh berikut.
a. Secara umum, pendekatan kultural lebih optimis daripada kedua pendekatan sebelumnya.
Pertanyaan yang muncul dari kalimat di atas adalah, siapa yang merasa lebih optimis?Apakah mungkin, sebuah pendekatan (dalam hal ini pendekatan kultural) dapat merasakan optimisme?Perasaan (optimis) tentunya dapat dirasakan oleh manusia, bukan pendekatan.
Selain syarat di atas, ada pula satu hal lagi yang perlu diperhatikan, yaitu panjang kalimat.Logikanya, semakin kompleks dan panjang kalimat, maka semakin sulit pula kalimat tersebut dipahami.Perhatikan kalimat berikut.
Salah satu sistem yang sangat mungkin dikembangkan di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama islam adalah dengan mengoptimalkan fungsi zakat, di antaranya dengan menciptakan akumulasi modal yang diharapkan dapat menciptakan dunia usaha baru, terutama pada sektor ekonomi kerakyatan dalam bentuk industri skala kecil sehingga dari sektor ekonomi yang dibentuk akan dapat menyerap banyak tenaga kerja yang pada akhirnya akan berdampak kepada ekonomi rakyat.
BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Dalam memilih kata, seorang penulis harus memperhatikan hal-hal yang menjadi syarat dari Diksi, yaitu :
a. Ketepatan dalam pemilihan kata yang dapat mewakili gagasan penulis dengan benar, sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara penulis dengan pembaca.
b. Kesesuaian pemilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain.
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengantarkan isi dan tujuan komunikasi dengan baik.
Beberapa syarat Kalimat yang Efektif adalah :
1. Kesatuan Gagasan
2. Koherensi
3. Penekanan Bahagian Kalimat
4. Variasi Kalimat
5. Paralelisme
6.Penalaran atau logika

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk (2003): Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Balai Pustaka.
Depdikbud, 1994, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka).
Djajasudarma, T. Fatimah, 1999, Penalaran Deduktif-Induktif dalam Wacana Bahasa Indonesia, (Bandung : Alqaprint Jatinangor)
http://id.wikipedia.org/wiki/Diksi
Keraf, Gorys, 1994, Diksi dan Gaya Bahasa,( Jakarta : Gramedia)
Keraf, Gorys (1997): Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende Flores, Penerbit Nusa Indah.
Ramlan, M, dkk., 1994, Bahasa Indonesia yang salah dan yang benar, (Yogyakarta : Andi Offset)
Razak, Abdul, 1985, Kalimat Efektif : Struktur, Gaya dan Variasi, (Jakarta : Gramedia)
Triana, Hetti Waluati, 2003, Bahasa Indonesia dalam Komunikasi Ilmiah, (Padang : IAIN IB Press)
Zulfahmi, 1999, Alikasi Bahasa Indonesia, (Padang : IAIN IB Press)






[1]Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1994).
[2]http://id.wikipedia.org/wiki/Diksi
[3]T. Fatimah Djajasudarma, Penalaran Deduktif-Induktif dalam Wacana Bahasa Indonesia, (Bandung : Alqaprint Jatinangor, 1999), h. 77
[4] Gorys keraf, Diksi dan Gaya Bahasa ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2005) h.107.
[5]Ibid,h.109
[6]Abdul Razak, Kalimat Efektif : Struktur, Gaya dan Variasi, (Jakarta : Gramedia, 1985), h. 3
[7]Zulfahmi, Alikasi Bahasa Indonesia, (Padang : IAIN IB Press, 1999), h. 61
[8] Gorys Keraf, Komposisi, op. cit., h. 35
[9] Gorys Keraf, Ibid, h. 36
[10] M. Ramlan, dkk., Bahasa Indonesia yang salah dan yang benar, (Yogyakarta : Andi Offset, 1994), h. 6
[11] Hetti Waluati Triana, op. cit., h. 50

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel