Pilihan Kata atau DIksi adalah
Wednesday, 12 September 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional tentu saja digunakan dalam berbagai betuk jenis
penulisan, mulai dari penulisan ilmiah dan yang lainnya, yang pada kenyataannya tidak terlepas dari
kesalahpahaman dalam penggunaan kalimatnya dikarenakan tidak tepatnya
penggunaan kalimat tersebut. Oleh karena itu, sejumlah kata dalam Bahasa
Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide dan pesan seseorang dapat mudah
dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami dalam konteks
alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan
sewenang-wenang.Akan tetapi, kata-kata tersebut harus digunakan dengan
mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
B. Rumusan masalah
1.
Apa pengertian dariPilihan Kata atauDiksi?
2.
Apa pengertian Kalimat dan Kalimat Efektif ?
3.
Apa peranan diksi dalam Penulisan Karya Ilmiah?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui diksi dan kalimat efektif
dalam karya ilmiah
2.
Untuk mengetahui peranan
diksi dalam karya ilmiah
3.
Untuk mengetahui bagaimana penggunaan bahasa efektif dalam karya ilmiah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pilihan Kata atau Diksi.
Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih
luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan
saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk
mengungkapkan suatau ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan
fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata
dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus
berbentuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi bertalian
dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang memiliki
nilai artistik yang tinggi.
Adalah suatu kekhilafan yang
besar untuk menganggap bahwa persoalan pilihan kata adalah persoalan yang
sederhana, persoalan yang tidak perlu dibicarakan atau dipelajari karena akan
terjadi dengan sendirinya secara wajar pada setiap manusia. Dalam kehidupan
sehari-hari kita berjumpa dengan orang-orang yang sulit sekali mengungkapkan
maksudnya dan sangat miskin variasai bahasanya. Tetapi kita juga berjumpa
dengan orang-orang yang sangat boros dan mewah mengobrolkan perbendaharaan
katanya, namun tidak ada isi yang tersirat dibalk kata-kata itu. Untuk tidak
sampai terseret ke dalam kedua ekstrim iu, tiap anggota masyarakat harus
mengetahui bagaimana pentingnya peranan kata dalam komunikasi sehari-hari.
Masyarakat manusia kontemporer
tidak akan berjalan tanpa komunikasi. Komunikasi, dalam hal ini dengan
mempergunakan bahasa, adalah alat yang vital bagi masyarakat manusia. Mereka
yang terlibat dalam jaringan komunikasi masyarakat kontemporer ini memerlukan
persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan itu antara lain: ia harus
menguasai sejumlah besar kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki
masyarakat bahasanya, serta mampu pula menggerakkan kekayaannya itu menjadi
jaringan-jaringan kalimat yang jelas dan efektif, sesuai dengan kaidah-kaidah
sintaksis yang berlaku, untuk menyampaikan rangkaian pikiran dan perasaannya
kepada anggota-anggota masyarakat lainnya.
Mereka yang luas kosa katanya akan memiliki pula
kemampuan yang tinngi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling
harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya. Secara populer orang akan
mengatakan bahwa kata menelitii sama artinya dengan kata menyelidiki,
mengamati dan menyidik. Karena itu, kata-kata turunannya seperti peneliti,
penyelidik, pengamatan dan penyidik adalah kata yang sama artinya
atau merupakan kata yang bersinonim.Mereka yang luas kosa katanya
menolak anggapan itu. Karena tidak menerima anggapan itu, maka mereka akan
berusaha untuk menetapkan secara cermat kata mana yang harus dipakai dalam
sebuah konteks tertentu. Sebaliknya yang miskin kosa katanya akan sulit
menemukan kata yang tepat, karena pertama, ia tidak tahu bahwa ada kata
lain yang lebih tepat, dan kedua, karena ia tidak tahu bahwa ada
perbedaan antara kata-kata yang bersinonim itu.
Jelaslah bahwa seorang yang luas kosa katanya dan
mengetahui secara tepat batasan-batasan pengertiannya, akan mengungkapkan pula
secara tepat apa yang dimaksudnya.
Dengan uraian yang singkat ini, dapat diturunkan tiga
kesimpulan utama mengenai diksi. Pertama, pilihan kata atau diksi
mencakup pengertian kata-kata mana yang
dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokkan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang
tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua,
pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk
yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya
dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata
bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu
bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
B. Pengertian Kalimat.
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan
maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak
memiliki unsur subjek dan unsur predikat, penyataan itu bukanlah kalimat.
Deretan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah
yang membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan
atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat
diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan
tanda seru (!). Kalau dilihat dari hal predikat, kalimat-kalimat dalam bahasa
Indonesia ada dua macam, yaitu:
a. Kalimat-kalimat yang berprediksi kata kerja dan
b. Kalimat-kalimat yang berprediksi bukan kata kerja.
Akan tetapi, dalam pemakaian sehari-hari kalimat yang
berpredikat kata kerja lebih besar jumlahnya daripada kalimat yang berpredikat
bukan kata kerja. Hal itu membantu kita dengan mudah untuk menentukan predikat
sebuah kalimat. Oleh sebab itu, kalau ada kata kerja dalam suatu untaian
kalimat, kata kerja itu dicadangkan sebagai predikat dalam kalimat itu.
contoh :
Tugas itu dikerjakan oleh para mahasiswa.
Kata kerja dalam kalimat ini ialah dikerjakan.
Kata dikerjakani adalah predikat
dalam kalimat ini.
Setelah ditemukan predikat dalam kalimat itu, subjek
dapat ditemukan dengan cara bertanya menggunakan predikat, sebagai berikut :
Apa yang dikerjakan oleh para mahasisiwa ?
Jawaban pertanyaan itu ialah tugas itu. Kata tugas
itu merupakan subyek kalimat. Kalau tidak ada kata yang dapat dijadikan
jawaban pertanyaan itu, hal itu berarti bahwa subjek tidak ada. Dengan
demikian, pernyataan dalam bentuk deretan kata-kata itu bukanlah kalimat.
a.
Pengertian Kalimat Efektif
Menurut Razak, kalimat efektif adalah kalimat
yang mampu mengekspresikan kejiwaan manusia lainnya, dengan demikian, hanya
kalimat yang berdaya gunalah yang diklasifikasikan kepada kalimat efektif.[1]
Sedangkan menurut Zulfahmi, Kalimat efektif
adalah kalimat yang mampu mengantarkan isi dan tujuan komunikasi dengan baik.[2]Untuk mengungkapkan atau mengkomunikasikan gagasan pengarang maka
diperlukan kalimat yang baik.
Pernyataan diatas mengisyaratkan bahwa kalimat merupakan media yang
menampung gagasan pengarang. Dalam formulasi lain, kalimat dapat disefenisikan
sebagai wujud dari perasaan, sikap, dan pikiran si pengarang yang akan
dikomunikasikan dalam bentuk bahasa tulis.
Sehubungan dengan itu, Kerap menegaskan bahwa seorang pengarang
perlu menguasai beberapa aspek bahasa, antara lain :
1.
Kosa kata yang digunakan
2.
Kaidah-kaidak sintaksis bahasa itu secara aktif
3.
Gaya penyampaian
4.
Penalaran.[3]
Penguasaan terhadap keempat aspek tersebutlah yang memungkinkan
seorang pengarang mampu menuangkan ide kedalam bentuk kalimat yang dapat
mewakili gagasannya dengan tepat dan mampu menarik perhatian pembaca.Kalimat
yang seperti itulah yang dapat diklasifikasikan kepada kalimat yang efektif.
b.
Syarat Kalimat yang Efektif
Kalimat efektif memiliki kemampuan untuk melahirkan dan memicu
kembali gagasan-gagasan pembaca yang identik dengan gagasan pengarang.Disamping
itu, kalimat efektif juga memiliki kemampuan untuk menghilangkan kemonotonan
sebuah tulisan atau karangan.
Untuk kepentingan tersebut,pengarang harus mampu memodifikasi
kalimat yang digunakannya. Dalam hal ini, Kerap mengemukakan bahwa ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu; Kesatuan gagasan, koherensi antar unsur
pembentuk kalimat, penekanan, variasi kalimat, peralelisme, dan penalaran.[4]
a)
Kesatuan Gagasan
Kesatuan gagasan dibentuk melalui unsur-unsur yang membangun
kalimat dengan memperhatikan ide pokok kalimat tersebut, sehingga kalimat
tersebut hanya mengandung satu ide pokok. Dengan kata lain, kesatuan gagasan
sebuah kalimat ditandai dengan keberadaan satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
Kesatuan gagasan dalam
kalimat itu dapat dibentuk dengan berbagai cara, meskipun kalimat,
secara praktis dibangun oleh unsur-unsur fungsional yang disebut sebagai subjek
(S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K).[5]
Kesatuan gagasan dalam kalimat dapat berbentuk kesatuan tunggal,
kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan. Kesatuan tunggal terdapat pada
kalimat tunggal, yaitu kalimat yang terdiri dari satu pola kalimat saja, yaitu : SP, SPO,
SPPel, SPK, SPPelK, atau SPOK.
Kesatuan gabungan, kesatuan yang mengandung pertentangan, dan
kesatuan pilihan terdapat pada kalimat majemuk, yaitu : kalimat yang terdiri
dari dua pola atau lebih, seperti : SP-SP, SPO-SPPel, SP-SPOK, dsb. Untuk lebih
mengetahui perbedaan antara kesatuan-kesatuan itu, amati contoh-contoh berikut
:
1)
Sebagai homo loquens, manusia memiliki kemampuan berbahasa.
(kesatuan tunggal).
2)
Suatu hal yang tidak dapat dibantah oleh para ilmuan ialah ilmu
sarat dengan nilai-nilai. (kesatuan tunggal).
3)
Ketika ujian semester berlansung, semua mahasiswa terpaku pada
kertas jawabannya, sedangkan pengawas hilir mudik memperhatikan mahasiswa. (kesatuan
yang mengandung pertentangan)
4)
Hary menerima bingkisan dari ibunya kemaren, dan telah membukanya
beberapa jam yang lalu. (kesatuan gabungan)
5)
Kamu pergi ke kampus atau ikut denganku ke tempat Andre. (kesatuan
pilihan).
b)
Koherensi
Koherensi ialah adanya hubungan yang jelas antara unsur yang satu
dengan yang lain dalam membangun ide pokok kalimat. Kepaduan itu menunjukkan
hubungan yang erat antara unsur-unsur pembentuk kalimat, yaitu antara
subyek-prediket, prediket-obyek, dan keterangan unsur pokok.Koherensi antar
unsur pembentuk kalimat sangat terkait dengan kesatuan gagasan yang terkandung
dalam kalimat tersebut.Jika antar unsur pembentuk kalimat tidak mamiliki
koherensi secara jelas, maka kalimat tersebut.akan sanggup mewakili gagasan
penulis.[6]
Sehubungan dengan itu, ada beberapa aspek yang
perlu diperhatikan seseorang sebelum menuangkan gagasannya kedalam sebuah
kalimat yang efektif, yaitu :
1) Pola kalimat.
2) Penggunan kata depan dan kata penghubung.
3) Penempatan keterangan : oposisi dan aspek.
4) Penggunaan kata yang tidak berlebih-lebihan.
c)
Penekanan Bagian Kalimat
Penekanan mengacu kepada upaya yang dilakukan untuk menonjolkan
unsur yang dipentingkan dalam sebuah kalimat. Penekanan itu dapat dilakukan
dengan berbagai bentuk, antara lain dengan mengubah posisi kalimat (unsur yang
dipentingkan), menggunakan repetisi (pengulangan bentuk yang sama), menggunakan
pertentangan, dan menggunakan pertikel penegas.
Contoh
:
1)
Bagi alam pikiran Minangkabau, yang dimaksud dengan harta ialah
benda-benda yang tidak bergerak, seperti : tanah, sawah, ladang, dan rumah.
2)
Yang dimaksud dengan harta-bagi
alam pikiran Minangkabau-ialah benda-benda tidak bergerak, seperti :
tanah, sawah, lading, dan rumah. (mengubah posisi kalimat)
d)
Variasi Kalimat
Variasi ditujukan agar kalimat yang digunakan dapat menarik
perhatian pembaca, sehingga sifat monotoni kalimat dapat diminimalkan.Variasi
kalimat dapat dilakukan dengan menggunakan kata yang bersinonim atau penjelasan
yang berbentuk frase, keragaman bentuk kalimat (panjang pendeknya kalimat),
penggunaan bentuk kata (me- dan di-), dan dengan mengubah posisi kalimat.
Dengan demikian, sebuah gagasan sebenarnya dapat dituangkan dengan
aneka ragam kalimat.
Contoh
:
a.
Menulis adalah aktivitas yang mengasyikkan
(menulis menjadi penekanan, penulis = subjek)
b.
Menulis, baik dalam koridor normatif maupun kreatif, merupakan
aktivitas yang mengasyikkan.
(menulis dijelaskan dengan frase)
c.
Meskipun banyak aktivitas lain yang menarik, menulis tetap
merupakan aktivitas yang mengasyikkan.
(ditulis dalam bentuk kalimat majemuk)
d.
Aktivitas yang mengasyikkan adalah menulis
(mengubah possisi kalimat)
e) Paralelisme
Paralelisme adalah penempatan gagasan-gagasan
yang memiliki fungsi dan esensi yang sama dalam suatu struktur/konstruksi
gramatikal yang sama. maksudnya, gagasan-gagasan yang memiliki fungsi dan nilai
yang sama ditulis sejajar secara gramatikal.
f)
Penalaran atau Logika
Salah satu ciri bahasa ilmiah adalah logis.Hal ini berarti
pernyataan dalam kalimat yang digunakan dalam karya tulis ilmiah sesuai dengan
logika.Perhatikan contoh berikut.
a.
Secara umum, pendekatan kultural lebih optimis daripada kedua
pendekatan sebelumnya.
Pertanyaan
yang muncul dari kalimat di atas adalah, siapa yang merasa lebih optimis?Apakah
mungkin, sebuah pendekatan (dalam hal ini pendekatan kultural) dapat merasakan
optimisme?Perasaan (optimis) tentunya dapat dirasakan oleh manusia, bukan
pendekatan.
Selain syarat di atas, ada pula satu hal lagi yang perlu
diperhatikan, yaitu panjang kalimat.Logikanya, semakin kompleks dan panjang
kalimat, maka semakin sulit pula kalimat tersebut dipahami.Perhatikan kalimat
berikut.
Salah satu sistem yang sangat mungkin dikembangkan di
Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama islam adalah dengan
mengoptimalkan fungsi zakat, di antaranya dengan menciptakan akumulasi modal
yang diharapkan dapat menciptakan dunia usaha baru, terutama pada sektor
ekonomi kerakyatan dalam bentuk industri skala kecil sehingga dari sektor
ekonomi yang dibentuk akan dapat menyerap banyak tenaga kerja yang pada
akhirnya akan berdampak kepada ekonomi rakyat.
C.
Peran Diksi dalam Karya Ilmiah
Karya ilmiah merupakan komunikasi antara penulis dan pembaca.Agar
komunikasi itu efektif dan efisien, maka seorang penulis perlu berhati-hati
dalam memilih kata, sehingga pembaca mampu mencerna kata atau rangkaian kata
yang digunakan penulis untuk mengungkapkan gagasannya.
Dalam memilih kata ini, seorang penulis harus memperhatikan hal-hal
yang menjadi syarat dari diksi, syarat-syarat itu ialah :
a.
Ketepatan
Ketepatan dimaksudkan sebagai pemilihan kata yang dapat mewakili
gagasan penulis dengan benar, sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara
penulis dengan pembaca.
b.
Kesesuaian
Kesesuain diartikan sebagai pilihan kata yang cocok dengan konteks,
seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain.
Contoh :
Kata Kamu, Anda,dan Saudara, merupakan kata-kata yang bersinonim,
yaitu kata yang digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim
mutlak. Nilai-nilai sosial menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang
berbeda.
Seperti :
Saya sama besar dengan kamu
Saya sama besar dengan anda
Saya sama besar dengan saudara
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi
kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan.
Dalam memilih kata, seorang penulis harus memperhatikan hal-hal
yang menjadi syarat dari Diksi, yaitu :
a.
Ketepatan dalam pemilihan kata yang dapat mewakili gagasan penulis
dengan benar, sehingga tidak terjadi perbedaan tafsir antara penulis dengan
pembaca.
b.
Kesesuaian pemilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti
situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain-lain.
Kalimat
efektif adalah kalimat yang mampu mengantarkan isi dan tujuan komunikasi dengan
baik.
Beberapa
syarat Kalimat yang Efektif adalah :
a.
Kesatuan Gagasan
b.
Koherensi
c.
Penekanan Bahagian Kalimat
d.
Variasi Kalimat
e.
Paralelisme
f.
Penalaran atau logika
B. SARAN
Dengan selesainya karya ilmiah ini, kami
memohon kepada bapak dosen, mahasiswa atau pembaca sekiranya ada saran atau
kritik yang membangun mohon untuk nasehatnya. Karna kita selaku manusia yang selalu membutuhkan bimbingan untuk
memperbaiki hidup ataupun pekerjaan kita.Sekiranya hanya ini yang bisa kami
persembahkan kepada semua pembaca, mohon untuk di koreksi.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,
Hasan, dkk, 2003,
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Balai Pustaka.
Depdikbud,
1994, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta : Balai Pustaka.
Djajasudarma,
T. Fatimah, 1999, Penalaran Deduktif-Induktif dalam Wacana Bahasa Indonesia,
Bandung : Alqaprint Jatinangor.
http://id.wikipedia.org/wiki/Diksi
Keraf,
Gorys, 1994, Diksi dan Gaya Bahasa,Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama.
Keraf,
Gorys, 1997, Komposisi: Sebuah
Pengantar Kemahiran Bahasa,.
Ende Flores: Penerbit Nusa
Indah.
Ramlan,
M, dkk., 1994, Bahasa Indonesia yang salah dan yang benar, Yogyakarta :
Andi Offset.
Razak,
Abdul, 1985, Kalimat Efektif : Struktur, Gaya dan Variasi, Jakarta :
Gramedia.
Triana,
Hetti Waluati, 2003, Bahasa Indonesia dalam Komunikasi Ilmiah, Padang :
IAIN IB Press.
Zulfahmi, 1999,
Alikasi Bahasa Indonesia, Padang : IAIN IB Press.
Arifin, Zaenal dkk, 2008, Cermat
Berbahasa Indonesia,Jakarta : PT Nunggal Cipta.
[1]Abdul Razak,
Kalimat Efektif : Struktur, Gaya dan Variasi, (Jakarta : Gramedia,
1985), h. 3
[2]Zulfahmi, Alikasi
Bahasa Indonesia, (Padang : IAIN IB Press, 1999), h. 61
[3]
Gorys Keraf, Komposisi, op. cit., h. 35
[4]
Gorys Keraf, Ibid, h. 36
[5] M.
Ramlan, dkk., Bahasa Indonesia yang salah dan yang benar, (Yogyakarta :
Andi Offset, 1994), h. 6
[6]
Hetti Waluati Triana, op. cit., h. 50