Dampak Negatif IT Terhadap siswa



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Perkembangan Teknologi sekarang ini sangat cepat. Mulai dari teknologi yang paling sederhana sampai dengan teknologi yang paling  canggih. Banyak para praktisi IT yang terus berlomba – lomba mengembangkan  inovasi-inovasinya hingga teknologi maju pesat seperti saat ini, terutama bagi pelajar atau mahasiswa  dan masyarakat umum lainnya yang saat ini terus mengembangkan kreatifitasnya berbagai macam software dan sejenisnya,  Karena dengan teknologi yang canngih, pelajar mendapatkan berbagai macam keuntungan karena dengan teknologi pelajar dapat dengan mudah menggali informasi apapun yang berkaitan dengan mata pelajaran sekolah sehingga bisa membantu meningkatkan muru pendidikan mereka. Akan tetapi, selain membawa dampak positif seperti di atas, tentu ada pula dampak negatifnya.

Saat ini masih banyak pelajar yang menyalahgunakan  teknologi terutama di bidang internet, yang justru  memicu pelajar untuk berbuat yang melanggar norma agama atau pelanggaran lainnya. Kemajuan teknologi memang tidak pernah salah, namun penggunaannya yang terkadang salah, kurang kontrol dan kurang pengawasan, karena di era teknologi informasi yang semakin maju, membawa banyak perubahan prilaku dan karakter putra  putri kita dalam kehidupan se hari-hari, apalagi sekarang ini internet bisa dengan mudah dan murah dapat diakses secara mobile, melalui smartphone,  tablet, netbook dan sejenisnya yang dapat diakses kapanpun dan di mana pun tanpa batas ruang dan waktu.

Disinilah peran pemerintah, guru, dan tak kalah pentingya adalah peran orang tua sangat dibutuhkan dalam memberikan pengawasan terhadap para pelajar atau putra putrinya agar tidak terjerumus dalam penyalahgunaan teknologi yang semakin bebas berkembang saat ini terutama internet. Di era yang semakin maju, hubungan antara internet dan dunia pendidikan ibarat dua sisi mata uang yang tidak mungkin dipisahkan. di sinilah peran Guru sebagai pendidik sangat diperlukan, karena guru merupakan figur yang paling bertanggung jawab dan berperan besar dalam memberikan pendidikan yang berkualitas kepada anak didiknya. Dan kali ini saya akan menyampaikan dampak negatif kemajuan teknologi bagi siswa.

1.2    Rumusan Masalah
a)         Apa pengertian teknologi?
b)         Adakah dalil tentang teknologi?
c)         Bagaimana dampak negatif Teknologi terhadap pelajar?


















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian teknologi
Teknologi adalah kumpulan alat, termasuk mesin, modifikasi, pengaturan dan prosedur yang digunakan oleh manusia. Teknologi secara signifikan memengaruhi manusia serta kemampuan spesies hewan lain untuk mengendalikan dan beradaptasi dengan lingkungan alami mereka.
Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan sebuah objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang metode dan seni.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 1158), Teknologi adalah Metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu pengetahuan terapan Keseluruhan sarana untuk menyediakan barang- barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

B.     Dalil Tentang Teknologi
Pada dasarmya banyak ayat yang menjelaskan tentang teknologi dan perkembangannya, namun secara signifikan kita bisa merasionalisasikan ayat tentang teknlologi dari ayat berikut :
È@è% (#rãÝàR$# #sŒ$tB Îû ÅVºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4
“Katakanlah (Muhammad) Lakukalah nadzar (Penelitian dengan mengunakan metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi....”
Ada pula ayat berikut :
ߊ%s3tƒ ä-÷Žy9ø9$# ß#sÜøƒs öNèdt»|Áö/r& ( !$yJ¯=ä. uä!$|Êr& Nßgs9 (#öqt±¨B ÏmŠÏù !#sŒÎ)ur zNn=øßr& öNÍköŽn=tæ (#qãB$s% 4 öqs9ur uä!$x© ª!$# |=yds%s! öNÎgÏèôJ|¡Î/ öNÏd̍»|Áö/r&ur 4 žcÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇËÉÈ  
20. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

            Untuk di abad yang sekarang tepatnya abad ke-21 perkembangan teknologi sudah mulai berkembang, seperti di antaranya dengan adanya mesin cetak, telepon, HandPhon (HP), komputer dan internet yang telah memperkecil silaturahmi antar sesama manusia secara langsung.Tetapi bukan hanya itu saja, ada juga teknologi yang diciptakan untuk berperang, yang berupa pengembangan senjata penghancur yang semakin hebat sudah berlangsung sepanjang sejarah dari pentungan sampai senjata nuklir. Sering kita jumpai dimana-mana saat ini, Mulai dari kota hingga masuk ke pelosok desa. Namun, kebanyakan dari kita tidak menyadari efek samping teknologi. Seperti halnya yang sering menjadi gurauan teman-teman mahasiswa IAIN Jember bahwa salah satu contoh dari efek teknologi adalah mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Ini nampak sekali sebagai akibat dari teknologi yang mulai melenahkan silaturrahmi. Apalagi dengan adanya game online yang telah marak di pasarkan.
C.     Dampak Negatif Kemjuan Teknologi Bagi Anak Didik
Beberapa orang tua yang khawatir dengan kejamnya “dunia luar” sering lebih mendorong anak-anak untuk bermain di dalam rumah saja dengan menggunakan perangkat teknologi komunikasi. Jadi sangat penting bagi kita untuk mengulas efek positif maupun negatif teknologi komunikasi elektronik bagi kehidupan anak ditinjau dari
sudut psikologis pada berbagai aspek perkembangan anak, yaitu [1]:
1.      Efek Negatif bagi Perkembangan Fisik
Interaksi anak dengan teknologi  elektronik banyak mengurangi aktivitas gerak karena konsep dari teknologi adalah memudahkan kehidupan manusia sehingga akan membatasi aktivitas fisiknya. Dalam kegiatan bermain pun anak sudah banyak mengurangi aktivitas geraknya bila permainan tersebut dilakukan dengan perantara teknologi. Misalnya saat anak bermain dengan perangkat game, seperti  gameboy, Nintendo,  Play Station (PS), Xbox, Wii, dan sebagainya.
Walaupun beberapa produsen telah berusaha untuk memasukkan realisme gerak di dalam permainan tersebut, namun tetap saja energi gerak yang dilakukan tidak sebanding dengan aktivitas anak saat bermain di alam bebas. Anak yang kurang bergerak dalam aktivitas kesehariannya mengakibatkan rentan terjangkit obesitas atau kelebihan berat badan, sehingga dapat memicu ketidakseimbangan hormonal dan metabolisme yang bisa menggiring  terjadinya serangan jantung premature pada anak. Di samping itu perkembangan fisik anak pun banyak mengalami physical decline. Contohnya adalah problem visual seperti kelelahan mata, sakit kepala atau bahkan penglihatan menjadi kabur. Hal ini disebabkan karena anak lebih rentan daripada orang dewasa  terhadap cahaya dan radiasi yang dipancarkan dari perangkat elektronik.

2.  Efek Negatif bagi Perkembangan Sosial dan Emosi
Perkembangan emosi pada anak tidak lepas dari  interaksinya dengan lingkungan sosial.  Bila lingkungan sosial yang ada di sekeliling  anak berupa lingkungan sosial yang  “virtual” dan tidak pada kenyataannya, maka perkembangan emosi anak pun cenderung tidak adekuat. Hal ini disebabkan karena umpan balik dari lingkungan virtual dapat diatur sesuai dengan kehendak individu, sedangkan umpan balik dari lingkungan nyatabelum tentu sesuai dengan kehendak individu, sehingga individu pun harus mengembangkan ketrampilan sosial dan emosi untuk mengatasinya. Saat ini telah dikembangkan berbagai jejaring sosial yang dapat mendukung terciptanya suatu lingkungan sosial “virtual”. Pengaruh negatif dari jejaring sosial ini terhadap anak-anak  dapat dilihat pada beberapa hal sebagai berikut :
a.  Hilangnya Privasi.
Tidak sebagaimana orang dewasa, anak-anak akan cenderung mencantumkan identitas nyata dalam jejaring sosial yang mengakibatkan mereka sangat rentan kehilangan privasi serta kemungkinan  abuse terhadap foto atau video yang kurang appropriate yang mereka posting di halaman akun jejaring sosial.
b.  Cyber-Bullying.
Anak-anak belum cukup matang untuk memahami dampak dari informasi yang dimunculkan dalam jejaring sosial sehingga banyak terjadi kasus perkelahian yang diawali dari sekedar komentar atau update status namun dianggap sebagai ejekan atau bullying melalui jejaring sosial.
c.  Stranger-Danger.
Kebanyakan anak masih kurang menyadari (aware) terhadap bahaya dari orang tak dikenal atau orang yang mengenal mereka tetapi memalsukan identitas mereka dalam akun jejaring sosialnya. Menurut Pew Research Centre, 32% dari remaja online telah dihubungi oleh seseorang yang tidak ada hubungannya dengan mereka, dan 7% dari remaja  online  tersebut mengatakan bahwa mereka merasa takut atau tidak nyaman sebagai akibat dari  kontak dengan  orang yang tak dikenal secara  online. Di Indonesia
telah banyak terjadi kasus  remaja yang diculik dan kemudian diperkosa oleh orang tak dikenal melalui situs jejaring sosial.
d.  Cyber-Stalking.
Kejujuran anak-anak dalam situs jejaring sosialnya seperti melakukan posting tentang bagaimana rumah mereka, di mana sekolah mereka, siapa orang tua mereka, dan berbagai identitas lain, dapat menyebabkan orang asing yang berniat jahat sangat mudah untuk membuntuti atau bahkan membujuk mereka untuk bertemu muka dan akhirnya tercipta kesempatan untuk melakukan kejahatan terhadap anak tersebut. Beberapa interaksi anak dengan teknologi elektronik juga dapat berdampak pada perkembangan aspek emosi yang tidak adekuat. Bila teknologi elektronik seperi komputer dan koneksi internetnya digunakan tanpa kontrol atau pengawasan dari orang tua atau orang dewasa di sekitar anak, maka akan menyebabkan tingginya resiko untuk menjadi ketergantungan (addiction).  Ada berbagai kondisi emosi anak yang memungkinkan untuk berkembang menjadi suatu ketergantungan (addiction) terhadap penggunaan komputer antara lain :
a.  Kecemasan, yaitu apabila komputer dan internet digunakan untuk mengalihkan perhatian dari kecemasan anak, maka yang terjadi justru individu tersebut semakin tidak mampu mengatasi kecemasannya dan sebaliknya bahkan bisa jadi akan semakin kecanduan.
b.  Depresi, untuk sementara mungkin dapat dialihkan dengan aktivitas anak dalam mengakses internet, terutama pada website yang memberikan informasi tentang bagaimana cara mengatasi depresi. Namun apabila digunakan tanpa pengawasan yang baik, maka tanpa disadari oleh Si Anak tersebut justru akan semakin menyebabkan isolasi dari lingkungan sekitarnya. Hal ini bahkan memungkinkan anak menjadi bertambah tingkat depresinya.
Selain aspek emosi yang dapat menimbulkan kecenderungan anak terhadap ketergantungan (addiction), teknologi juga dapat berdampak pada perilaku kurang sabar pada anak. Hal ini disebabkan karena teknologi cenderung membuat segala sesuatu lebih mudah, cepat, dan  instant,  sehingga secara emosi anak-anak pun menjadi tidak terbiasa untuk bersabar.
 3.  Efek Negatif bagi Perkembangan Inteligensi
Ada beberapa ahli yang meneliti pengaruh teknologi dalam perkembangan kecerdasan anak, mengingat teknologi sudah tidak dapat dilepaskan dari aktivitas keseharian anak, baik di lingkungan rumah maupun sekolah. Anak-anak pada jaman sekarang diduga menggunakan otak mereka secara berbeda dengan anak-anak pada generasi sebelumnya. Ini berarti cara pengajaran maupun evaluasi yang dilakukan saat ini pun belum tentu efektif untuk menggambarkan kecerdasan mereka. Patricia Greenfield  setelah menelaah lebih dari 50 studi tentang dampak teknologi terhadap perkembangan anak, menemukan bahwa media seperti televisi dan  video games  dapat membatasi beberapa aspek ketrampilan mental mereka, meski di sisi lain dapat juga membantu meningkatkannya dengan cara tertentu.
Dampak negatif dalam inteligensi dibuktikan oleh Lady Susan Greenfield, ahli
syaraf dan profesor farmakologi  sinaptik pada  Lincoln College,  Oxford dan
Direktur Royal Institution. Dia berpendapat bahwa anak-anak yang menggunakan teknologi internet secara berlebihan akan memiliki kecenderungan untuk mengalami hambatan dalam rentang perhatian, kebutuhan melakukan stimulasi secara segera atau tidak sabar, dan “rasa kebingungan dalam identitas”. Selain itu, teknologi juga memiliki efek pada penalaran kritis, karena hampir semua informasi telah tersedia sehingga anak-anak pun menjadi kurang terampil, dan cenderung berkonsentrasi hanya pada satu hal untuk jangka waktu yang lama. Hal ini akan menyulitkan anak-anak untuk memecahkan masalah yang membutuhkan waktu pendek dan kompleks. 

4.  Efek Negatif bagi Perkembangan Moral
Dampak dalam perkembangan moral  terutama terjadi karena  pemaparan pada situs-situs  yang banyak mengandung unsur pornografi dan kekerasan. Banyak kasus tentang kekerasan dan kejahatan seksual pada anak  yang baik pelaku maupun korbannya adalah anak-anak akibat beredarnya berbagai situs internet yang tidak dikontrol baik oleh para orang tua maupun orang dewasa lain yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak di Indonesia. Efek negatif dalam perkembangan moral juga dapat terjadi karena adanya kesempatan untuk mengunduh isi situs tanpa izin. Tidak sedikit para orang tua yang mengajarkan kepada putra-putrinya untuk tidak mencuri dan bahkan mungkin memberikan hukuman bila ketahuan anaknya telah mencuri. Namun jika pencurian tersebut dilakukan anak dengan menggunakan perangkat teknologi, misalnya  mengunduh secara ilegal baik itu berupa lagu maupun film dengan berbagai cara, maka hukuman pun tidak akan dikenakan kepada mereka oleh para orang tua. 
Efek teknologi komunikasi elekronik  terhadap perkembangan moral secara umum telah diulas oleh Susan Willard dari University of Oregon melalui empat faktor utama yang muncul dalam interaksi antara anak dengan teknologi komputer, yakni [2]:  
a.  Lack of Affective Feedback and Remoteness from Harm.
Suatu perilaku dalam dunia nyata memiliki konsekuensi yang akan dirasakan langsung.  Misalkan pada saat seorang anak  bertemu anak lain dan melontarkan komentar negatif maka anak yang mengejek akan langsung menerima konsekuensi, mulai dari jawaban penentangan sampai  dengan perlawanan fisik jika anak yang diejeknya merasa tersinggung karena ejekan yang dilontarkan sudah sangat keterlaluan. Namun melalui komputer, perilaku negatif seperti tersebut di atas tidak akan secara langsung dirasakan dampaknya. Kondisi ini dapat menyebabkan anak mengembangkan perilaku moral yang tidak adekuat karena konsekuensi dan perilakunya sering tidak dirasakan secara langsung.



b.  Reduced Fear of Risk of Detection and Punishment.
Interaksi melalui komputer juga dapat dilakukan secara anonim atau dengan memalsukan identitas. Hal ini menyebabkan individu dengan mudah  dapat menghindar dari hukuman atau tanggung jawab atas perilaku keliru yang dilakukannya.
c.  New Environment Means New Rules.
Dunia maya melalui internet tampak seperti sebuah lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan nyata di sekitar anak. Oleh karena itu anak sering beranggapan bahwa di dunia maya mereka boleh saja menerapkan aturan-aturan baru yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan dunia nyata, seperti  perilaku  saling mengejek dan membuat lelucon yang tanpa disadari bisa melukai hati atau menjadi suatu penghinaan terhadap anak lain dianggap suatu hal yang wajar dalam dunia maya. 
d.  Perceptions of Social Injustice and Corruption.
Adanya internet menyebabkan individu yang merasa diperlakukan tidak adil berhak untuk memberikan perlawanan kembali melalui teknologi komputer, mulai dari menentang dengan mengemukakan pendapatnya, hacking, sampai dengan  membongkar segala hal yang dianggap rahasia namun berpotensi menimbulkan suatu ketidakadilan, sebagaimana kasus Wikileaks yang marak akhir-akhir ini. Jadi setiap individu memiliki peluang untuk melakukan perlawanan yang di dalam dunia nyata membutuhkan aturan tertentu untuk mengemukakan ketidaksetujuannya tersebut.


[1] Haugland, S.W, The Effect of Computer Software on Preschool Children’s Developmental Gains (New York : Allyn & Bacon, 1992), 15-30.
[2] Haugland & Wright, Young Children and Technology : A World of Discovery (New York: Allyn & Bacon, 1997), 74-81.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel