Makalah Sumber dan teknik pengumpulan data Kualitatif
Wednesday, 27 April 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Bila
dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural
setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan
berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi di jalan dan lain-lain. Bila
dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber
primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara
atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan
gabungan ketiganya.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa sumber penelitian kualitatif?
2. Apa saja teknik pengumpulan data kualitatif?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui
sumber penelitian kualitatif.
2. Untuk mengetahui apa saja teknik pengumpulan data
kualitatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sumber penelitian
kualitatif
Sumber dan Jenis data
Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penalotian
kualitatif ialah kata-kata, dan dan tindakan selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.
1.
Kata-kata dan tindakan
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancara
merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis
atau dengan perekaman video/audio, pengambilan foto atau film.
Pencatatan sumber data utama merupakan
penggabungan dari mendengar, melihat dan bertanya hal tersebut jelas akan
bervariasi dari satu waktu ke waktu lain. Dari satu situasi ke situasi lainnya.
Jika peneliti menjadi pengamat
berperan serta pada suatu latar penelitian tertentu, ketiga kegiatan tersebut
akan dimanfaatkan sebesar-besarnya bergantung pada suasana dan keadaan yang
dihadapi. Pada dasarnya kegiatan tersebuat adalah kegiatan yang bisa dilakukan
semua orang, namun pada penelitian kualitatif kegiatan kegiatan ini dilakukan
secara sadar, terarah dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang
diperlukan. Terarah karena memang dari pelbagai macam informasi yang tersedia
tidak selurunya akan digali oleh peneliti. Justru peneliti mempunyai
seperangkat tujuan penelitian yang diharapkan dapat memecahkan sejumlah masalah
penelitian.
Jadi seyogyanya seorang peneliti yang
baik merancang secara matang terlebiha dahulu apa taktik menjaring informasi
yang diperlukan. Jika hal tersebut telah dilakukan akan banyak bergantung pada
orang sebagai instrumen penelitian.
2.
Sumber Tertulis
Dilihat
dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat
dibagikan menjadi sumber buku, sumber ilmiah, sumber dari arsip, dokumen
pribadi dan dokumen resmi.
Buku, majalah ilmiah, Tesis atau
disertasi juga merupakan sumber ilmiah yang masuk dalam kategori sumber
tertulis. Majalah ilmiah sangat berarti bagi peneliti guna menjajaki keadaan
perseorangan atau masyarakat ditempat penelitian dilakukan.
Sumber tertulis lainnya tersedia pula
di lembaga Arsip Nasional atau ditempat-tempat arsip penting lainnya. Dari arsip
tersebut peneliti biasanya bisa memperoleh informasi tentang lingkaran keluarga
subjek yang sedang diteliti. Barangkali berupa riwayat hidup tokoh terkenal
yang berasal dari berbagai daerah tempat penelitian sehingga bisa berguna untuk
mempelajari orang dan lingkungan pemeran dalam buku.
Pada instansi pemerintah biasanya ada
dokumen resmi sekolah misalnya berupa
laporan rapat, bulletin resmi, peraturan tata terti, daftar kemajuan staf dan
pengajar dan pegawai tata usaha, kemajuan siswa. Ada peneliti yang mengabaikan
dokumen tersebut, dan hal itu yang keliru, yang jelas peneliti hendaknya secara
cermat, hati-hati, dan sabar menjajaki sumber tertulis
tersebut sehingga datanya menjadi kaya sekali.
3.
Foto
Foto banyak digunakan sebagai alat untuk keperluan penelitian
kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan
data deskriptif yang berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi
subyektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Foto yang dapat
dimanfaatkan tersebut yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan
oleh peneliti (Bogdan dan Biklen, 1982:102)
Foto dalam penelitian dapat memberikan gambaran tentang distribusi
penduduk, lokasi geografis, sistem persekolahan, dan lain-lain. Dianjurkan agar
foto dianalisis bersama sumber-sumber lainnya. Barangkali foto bertentangan
dengan apa yang dipersoalkan dalam
penelitian. Foto digunakan pula oleh peneliti untuk memahami bagaimana para
subjek memandang dunianya. Sesuatu yang berkesan suatu saat, baik, berguna,
mempunyai nilai historis cenderung diabadikan oleh foto dan sebagainya.
Penggunaan foto untuk melengkapi sumber data jelas besar sekali
manfaatnya. Hanya perlu diberi catatan khusus tentang keadaan foto yang
biasanya, apabila diambil secara sengaja, sikap dan keaadaan dalam foto menjadi
sesuatu yang sudah “dipoles” sehingga tidak menggambarkan keadaan sebenarnya.
Peneliti harus sadar hal itu, selain itu hubungan peneliti dengan subjek jangan
sampai terganggu dengan usaha pengambilan foto.
Ada beberapa catatan yang perlu diingat oleh peneliti jika
menggunakan foto sebagai sumber data tambahan. Pertama, peneliti hendaknya
mempunyai kemampuan khusus untuk itu, dengan kata lain, sebelum menggunakan
kamera sebaiknya ia sudah mengalami latihan khusus karena segi-segi teknis,
sudut pengambilan, dan persoalan teknis lainnya perlu dikuasai. Kamera yang
digunakan hendaknya kamera khusus sehingga foto tersebut menampakkan detail.
Peneliti juga harus mengingat etika penelitian, terutama jika foto akan disertakan
dalam suatu publikasi harus disepakati oleh subjek.
4.
Data statistik
Peneliti
kualitatif sering juaga menggunakan data statistic yang telah tersedia sebagai
sumber data tambahan bagi keperluannya. statistik misalnya dapat membantu
memberi gambaran tentang kecenderungan subjek pada latar penelitian.
Denikian
pula statistic dapat membantu peneliti mempelajari komposisi distribusi
penduduk dilihat dari segi usia, jenis kelamin, agama dan kepercayaan, mata
pencaharian, tingkat kehidupan social ekonomi, pendidikan dan lain semacamnya.
Mempelajari
statistic dapat membantu peneliti memahami persepsi subjeknya. Masuknya Koran
ke desa X misalnya telah meningkatkan kesadaran penduduk desa untuk secara
lebih intensif mempelajari program belajar paket A.
Walaupun
dapat membantu peneliti, hendanya peneliti menyadari bahwa statistic pada
umumnya berlandaskan paradigma yang mengutamakan dapatnya digeneralisasikan
sehingga dapat mengurangi makna subjek secara perseorangan dalam segala liku
kehidupannya yang unik namun utuh itu. Oleh karena itu peneliti juga jangan
terlalu banya mendasarkan pada statistik.
Keseluruhan sumber dan jenis data yang
diuraikan diatas pada dasarnya banyak bergantung pada peneliti untuk
menjaringnya sehingga yang diharapkan itu saja yang dapat tercapai. Denga kata
lain, peranan manusia sebagai alat atau instrument penelitian besar sekali
dalam penelitian kualitatif. [1]
B.
Teknik pengumpulan
data
1)
Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report,
atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi
(1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam
menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai
berikut:
a) Bahwa subyek (responden ) adalah orang yang
paling tahu tentang dirinya sendiri.
b) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan
dapat dipercaya.
c) Bahwa interpretasi subyek tentang
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa
yang dimaksudkan oleh peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur
maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face
to face) maupun dengan menggunakan telepon.
a.
Wawancara Terstruktur
Wawancara terstrukur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah
disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan
yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula,
pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data.
Supaya setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan
training kepada calon pewawancara.
Dalam melakukan wawancara, selain harus
membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga
dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material
lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Peneliti bidang
pembangunan misalnya, bila akan melakukan penelitian untuk mengetahui respon
masyarakat terhadap berbagai pembangunan yang telah diarahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka perlu membawa foto-foto atau brosur
tentang berbagai jenis pembangunan yang telah dilakukan. Misalnya pembangunan
gedung sekolah, bendungan untuk pengairan sawah-sawah, pembangunan pembangkit
tenaga listrik dan lain-lain.
b.
Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara
yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.
Wawancara tidak terstruktur atau terbuka,
sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malah untuk penelitian yang
lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti
berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang
ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan
atau variabel apa yang harus diteliti.
Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang
lebih lengkap, maka peneliti peneliti melakukan wawancara kepada pihak-pihak
yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam obyek. Misalnya akan melakukan penelitian
tentang iklim kerja perusahaan, maka dapat dilakukan wawancara dengan pekerja tingkat
bawah, supervisor, dan manajer. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti
belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti
lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.[2]
2)
Metode Angket
Angket (kuesioner) yaitu sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang
pribadinya atau hal-hal lain yang diketahuinya. Alat (instrumen) pengumpul
datanya disebut dengan angket, dan sumber datanya berupa orang yang disebut
dengan istilah responden.
Suharsimi arikunto (1992:126) membedakan angket sebagai berikut:
a) Berdasarkan cara menjawabnya
i.
Angket terbuka, yaitu angket yang memberi kesempatan
kepada responden untuk menjawab dengan menggunakan kalimatnya sendiri.
ii.
Angket tertutup, yaitu angket yang menyediakan berbagai
alternatif jawaban, dan responden tinggal memilih jawaban yang sesuai.
b) Berdasarkan jawaban yang diberikan
i.
Angket langsung, yaitu angket yang menanyakan tentang
keadaan responden sendiri, sehingga responden menjawab tentang keadaan dirinya
sendiri.
ii.
Angket tidak langsung, yaitu angket yang menanyakan
tentang keadaan orang lain diluar responden sendiri, sehingga responden
menjawab tentang keadaan orang lain.
c) Berdasarkan bentuknya
i.
Angket pilihan ganda, yaitu sama dengan yang dimakud
angket tertutup
ii.
Angket isian, yaitu sama dengan yang dimaksud angket
terbuka
iii.
Check list, yaitu sebuah daftar dimana responden tinggal
membubuhkan tanda check pada kolom yang sesuai.
iv.
Rating-scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan
yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan. Misalnya, mulai dari
tingkat sangat tidak setuju.[3]
(mundir hal 184-185).
3)
Observasi
Observasi(observation)ataupengamatanmerupakanteknikpengumpulan
data yang paling utamadalampenelitiankualitatif.Observasiberbedadenganinterviu,
cakupnobservasilebihluasdibandingdenganinterviu,
observasitidakterbatashanyapadamanusiasaja, benda-benda yang sekecilapapundalambentukapapundapatdiamatimelaluiobservasilangsungkelapangan.Dalammelakukanobservasidiperlukanseorangpeneliti
yang profesional, padateknikpengumpulan data
melaluiobservasiunsursubjektifitassangatbesar, hasil yang
diperolehmelaluiobservasisangattergantungdarikualitasseorangpeneliti.Seorangpeneliti
yang tidak profesional akan menghasilkan data yang kurangbaaik.
1.
PengertianObservasi
ObservasidalamKamusBahasa Indonesia berartipengamatanataupeninjauan
yang cermat.Sedangkanparaahlimemberikanpemahamanobservasisebagaiberikut:
·
Alwasilah C. (2003: 11) mengataakanbahwa,
observasiadalahpenelitianataupengamatansistematisdanterencanayangdiniatiuntukperolehan
data yang dikontrolvaliditasdanreliabilitasnya.
·
Nasution (2003: 56) mengungkapkanbahwa, observasiadalahdasar semua ilmu pengetahuan para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan
data, yaitu fakta mengenal dunia kenyataan
yang diperoleh melalui observasi.
·
Margono (2005: 158) mengungkapkanbahwa,
observasidiartikansebagaipengamatandanpencatatansecarasistematikterhadapgejala
yang tampakpadaobjekpenelitian.
Dari semua pendapat tersebut terdapat satu kesamaan pemahaman bahwa observasi adalah pengamatan terhadapat suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Secara langsung adalah terjun kelapangan terlibat seluruh
pancaindra.
Secara tidak langsung adalah pengamatan yang dibantu
melalui media visual/audiovisual, misalnya teleskop, handycam, dll.Namun yang
terakhir ini dalam penelitian kualitatif berfungsi sebagai alat bantu karena
yang sesungguhnya observasi adalah pengamatan langsung pada “natural setting”
bukan setting yang sudah direkayasa. Dengan demikian pengertian observasi penelitian kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek,
situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan
data penelitian.
2.
PentingnyaObservasidalamPenelitianKualitatif
Mengetahuikecenderunganprilakuseseorangterhadapsuatukegiatandapatdilakukandengancaramenyaksikansecaralangsung.
Dengancarainilahkitadapatmempercayaiapa yang
sesungguhnyaterjadikarenakitamelihatdenganmatakepalasendiri.
Setelahmelihaatkitabarupercayaakankebenaransuatuhal. Dengandemkian,
pengalamanlangsungmerupakanalat yang ampuhuntukmengujisuatukebenaran.Tidakkelirukaluatimbulungkapanbahwa
“pengalamanmerupakan guru yang terbaik”.
Dalamkontekspenelitiaankualitatif,
observasitidakuntukmengujikebenarantetapiuntukmengetahuikebenaran yang
berhubungandenganaspek/kategorisebagaiaspekstudi yang dikembangkanpeneliti.Dalampenelitiankualitatifobservasidipandangsebagainafasdarisuatupenelitian,
melaluiobservasilangsungpenelitidapatmemperoleh data yang diharapkan,
tetapipenelitiharusdilatihtelebihdahuluseblummelakukanobservasisehinggaakanmenontonsuatupertandingan
di TV yang hanyadapatmenikmatipermainantersebuttanpamakna. UntukhaliniNasution
(2003: 57) mengungkapkan: Setiap orang,
dapatmelakukanpengamatandanmengandakanpengamatansepanjanghidupkita. Namun,
untukkeperluanpenelitipengamatanituharusdilatih agar
dapatmelihaaatdanmengumpulkan data yang relevandenganmasalah yang
diteliti.Kegiatanmengobservasibukankegiatan yang mudah, karenamengandunghal-hal
yang pelik.
Hal-hal yang pelikdalamobservasi
yang dikemukakanNasution (2003) tidaklainkarenaobservasiberkaitandenganmasalahberikut:
a)
Pertama, tidakadapengamatandua orang sama. Betapapundilatih,
pengamatandua orang selaluadasajaperbedaannya.
b)
Kedua, mengadakanpengamatanbukan proses
pasifdimanakitahanyamencatatapa yang terjadisepertihalnyadengankamera,
seakan-akankitaberadadiluardanterpisahdaridunia yang kitaamati.
Mengadakanobservasimerupakan proses aktif.
Observasimempunyaikelebihandibandingkandenganteknikinterviu,
apa yang diperolehlewatinterviudarikenyaataandilapanganterpisahjarakdanwaktu,
sementaraitumelaluiobservasiperistiwa yang
sedangditelitidapatterlihatdanterekamlangsung.
Teknikobservasibisamerupakanbagiandaripenelitiankualitatifsamasepertiteknikpadapenelitiankuantitatif.
Walaupunistialahobservasimengacupadakegiatanmenontonapa yang terjadi,
observasijugameliputikegiatanmendengarkan; data
observasijugaseringdalambentukcontohmengenai kata-kata orang.
Alwasilah C. (2003:214)
menjelaskanperlunyaobservasidalampenelitiankualitatif, yaitu:
a)
Perilakurespondensecaraalamisesungguhnyaadalahmenifestasikodedanaturandalamsuatubudaya,
bukansekedarrutinitaskultural.
Inicenderungdianggapbiasa-biasasajaterutamaolehanggotamasyarakatsendiri.
Merekabarusadarakankodedanaturanitumanakaladdihadapkanpadapenelitidariluarbudayanyasendiri.
b)
Tugaspenelitikualitatifadalhmengeksplisitkanaturandankodeitusesuaidengankonteksketerjadiantinggkahlakudalampersepsiemikpararesponden.
c)
Budayaadalahpengetahuandanpengalamankolektifparaanggotanya.
Untukberfungsimksimaldalamsuatubudaya,setiapanggotamasyarakatharusmempraktikkanutinitasbudayanyasesuaidenganaturan-aturan
yang tadi. MisalnyadalambudayaakademikAmerika, rutinitasituantara lain
empathaal, yaitu: persentasidi depankelas, diskusikelompok, partisipasikelas,
danberkonsultasi.
3.
Kriteriadan Lingkup Observasi.
Observasidigunakandalamteknikkualitatifkarenasuatuobjekhanyadapatdiungkapdatanyaapabilapenelitimenyaksikannyasecaralangsung.
Disamping itu, peneliti ingin mengungkapkan gerak-gerik, sikap, suasana dan
kesan yang akan ditangkap setelah melakukan observasi. Suatu usaha pengamatan
dikatakan sebagai teknik observasi karena memiliki kriteria sebagaimana
dikatakan oleh Selitiz (Bungin, 2007:115) yaitu:
·
Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara
serius
·
Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah
ditetapkan
·
Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan
proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian
·
Pengamatan dapat dicek atau dikontrol mengenai keabsahannya.
Alwasilah C. (2002:211) menjelaskan:
peneliti dapat melakukan teknik observasi apabila (1) peristiwa itu dapat
diobservasi langsung, (2) diperlukan sudut pandang baru terhadap peristiwa itu,
(3) manakala responden tidak bersedia atau tidak mungkin diwawancarai.
Spradley (Alwasilah C. 2002:218)
mengajukan lima kriteria untuk memilih fokus observasi, yaitu:
1.
Minat pribadi (personal interest)
Bagi peneliti pemula fokus yang diobservasi bisa apa saja sesuai
dengan minat pribadi. Namun, dari semua aspek pertunjukan mungkin ada satu hal
yang sangat menarik perhatiannya dan akan menjadi fokus observasinya.
2.
Saran dari informan (sugestion by informants)
Setelah menginterviu informan atau responden, peneliti sering kali
mendapat petunjuk untuk melakukan observasi untuk memperkaya data. Informan
atau responden dapat diminta sarannya untuk membantu mengidentifikasi fokus
observasi.
3.
Minat teoritis (theoritical interest)
Setelah membaca banyak literatur terkait (review of the
literature) dengan tema penelitian, observer akan memiliki gambaran atau
kesimpulan teoritis ihwal tema tersebut. Berdasarkan kesimpulan itu, observer
akan berkecenderungan untuk menfokuskan observasi pada aspek tertentu.
4.
Etnografis strategis (strategic ethnografhy)
Ini merujuk pada situasi dimana fokus observasi diidentifikasi
setelah peneliti terjun ke lapangan. Misalnya setelah observer mengobservasi
kelas bahasa asing beberapa kali observer memutuskan untuk menfokuskan
observasi pada satu aspek saja, misalnya cara guru menilai.
5.
Ranah penghimpunan (organizing domain)
Dalam setiap kegiatan lazim ada
ranah yang bila dipahami, akan memudahkan pemahaman kegiatan secara
keseluruhan. Contoh tahapan dalam berbelanja, sebagai ranah atau rubik yang
memayungi tahapan-tahapan sebagai berikut: memasuki toko, memilih cart atau
kantong belanja, memilih gang (barisan rak), mengambil daging, mengambil susu,
mengambil buah-buahan, memilih counter untuk membayar, memindahkan belanjaan ke
mobil, dan meninggalkan toko.
Sesungguhnya peneliti dapat
memperolehinformasi dari cara komunikasi lain, misalnya wawancara dengan
peserta rapat, namun cara tersebut tidak dapat meyakinkan secara pasti apa yang
sesungguhnya,terutama yang berkaitan dengan situasi,kondidi dan emosi/perasaan
yanag berkembang. Peneliti ingin memastikan dan merasakan apa yang sesungguhnya
terjadi dari pengamatannya sendiri. Hasil pengamatan ini tidak hanya membuat
yakin pengamat tapi juga dapat merasakan apa yang sesungguhnya dirasakan oleh
objek.
E.
Manfaat Observasi
Menurut M.Q. Patton (1980 h.724-126) manfaat
pengamatan ialah:
·
Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak di amati
orang lain, khususnya korang yang berada didalam lingkunagan itu.
·
Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap
oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi
karena dapat merugikan nama lembaga.
·
Peneliti dapat menemukan hal-hal yang luar persepsi responden,
sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
·
Dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan
akan tetapi juga memperoleh kesan-kesa pribadi, misalnya merasakan suasana
situasi sosial.
F.
Unsur-unsur Observasi
Hal-hal yang akan diamati adalah
yang sesuai denangan tujuan. J. P. Spradley (1980) mengatakan bahwa dalam tiap
situasi sosial tedapat tiga komponen yang dapat di amati yaitu ruang (tempat),
pelaku (aktor), dan kegiatan (aktifitas). Ketiga dimensi dapat diperluas
sehingga apa yang diamati ialah:
1)
Ruang (tempat) dlam aspek fifiknya.
2)
Pelaku, yaitu semua orang yang terlibat dalamsituasi.
3)
Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang pada situasi itu.
4)
Objek, yaitu benda-benda yang tedapat di tempat itu.
5)
Perbuatan, tindakan-tindakan tertentu.
6)
Kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan.
7)
Waktu, urutan kegiatan.
8)
Tujuan, apa yang dicapai orang, makna perbuatan orang.
9)
Perasaan, emosi yang dirasakan dan dinyatakan.
G.
Macam Observasi
Ryerson, (http://www.ryerson.ca/~mioppe/ResearchProscess/) menyebutkan enam klarifikasi dari metode observasi:
1)
Observasi partisipan dan nonpartisipan, penentuannya tergantung
pada apa yang dikehendaki oleh peneliti untuk ambil bagian dari situasi yang
sedang dipelajarinya.
2)
Kentara (obstrusive) dan tidak kentara (unobstrusive)
melalui penelusuran fisik, tergantung pada apakah subjek yang dipelajatri bisa
mendeteksi observasi atau tidak jika menggunakan salah satu cara terebut.
3) Observasi dalam
setting alami atau buatan (contrived), setting alami biasanya digunakan
untuk mengobservasi kapan dan dimana perilaku tertentu dari subyek. Observasi buatan dilakukan dalam
rangka meningkatkan perilaku tertentu dari subyek. Dalam jenis ini, Parsudi
suparian (dalam patilima, 2005:71) menyatakan bahwa para pelaku yang akan
diamati dalam pengamatan diseleksi dan kondisi-kondisi dalam ruang atau tempat
kegiatan pelaku diamati dan dikendalikan oleh sipeneliti.
4) Observasi tersamar dan tak tersamar,
tergantung apakah subyek yang diobservasi sadar bahwa mereka sedang diteliti
atau tidak.
5) Observasi terstruktur dan tak terstruktur, yang
mengacu pada panduan atau satu daftar ceklis yang dgunakan untuk mengamati
aspek perilaku yang sedang dicatat.
6) Observasi langsung (direct) dan tak langsung
(indirect), tergantung pada perilaku yang diobservasi apakah sedang terjadi
atau telah terjadi. (djama’an satori ).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Mundir. 2013. Metode Penelitian Kualitatif
& Kuantitatif. Jember: Stain Jember Press.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Satori, Djama’an & Komariah, Aan. 2009. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.