Makalah Sumber dan teknik pengumpulan data Kualitatif



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya.

B.   Rumusan Masalah
1.      Apa sumber penelitian kualitatif?
2.      Apa saja teknik pengumpulan data kualitatif?
C.   Tujuan
1.      Untuk mengetahui sumber penelitian kualitatif.
2.      Untuk mengetahui apa saja teknik pengumpulan data kualitatif.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sumber penelitian kualitatif
Sumber dan Jenis data
Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penalotian kualitatif ialah kata-kata, dan dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
1.     Kata-kata dan tindakan
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancara merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau dengan perekaman video/audio, pengambilan foto atau film.
          Pencatatan sumber data utama merupakan penggabungan dari mendengar, melihat dan bertanya hal tersebut jelas akan bervariasi dari satu waktu ke waktu lain. Dari satu situasi ke situasi lainnya.
          Jika peneliti menjadi pengamat berperan serta pada suatu latar penelitian tertentu, ketiga kegiatan tersebut akan dimanfaatkan sebesar-besarnya bergantung pada suasana dan keadaan yang dihadapi. Pada dasarnya kegiatan tersebuat adalah kegiatan yang bisa dilakukan semua orang, namun pada penelitian kualitatif kegiatan kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang diperlukan. Terarah karena memang dari pelbagai macam informasi yang tersedia tidak selurunya akan digali oleh peneliti. Justru peneliti mempunyai seperangkat tujuan penelitian yang diharapkan dapat memecahkan sejumlah masalah penelitian.
          Jadi seyogyanya seorang peneliti yang baik merancang secara matang terlebiha dahulu apa taktik menjaring informasi yang diperlukan. Jika hal tersebut telah dilakukan akan banyak bergantung pada orang sebagai instrumen penelitian.

2.     Sumber Tertulis
Dilihat dari sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagikan menjadi sumber buku, sumber ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.
          Buku, majalah ilmiah, Tesis atau disertasi juga merupakan sumber ilmiah yang masuk dalam kategori sumber tertulis. Majalah ilmiah sangat berarti bagi peneliti guna menjajaki keadaan perseorangan atau masyarakat ditempat penelitian dilakukan.
          Sumber tertulis lainnya tersedia pula di lembaga Arsip Nasional atau ditempat-tempat arsip penting lainnya. Dari arsip tersebut peneliti biasanya bisa memperoleh informasi tentang lingkaran keluarga subjek yang sedang diteliti. Barangkali berupa riwayat hidup tokoh terkenal yang berasal dari berbagai daerah tempat penelitian sehingga bisa berguna untuk mempelajari orang dan lingkungan pemeran dalam buku.
          Pada instansi pemerintah biasanya ada dokumen resmi sekolah misalnya  berupa laporan rapat, bulletin resmi, peraturan tata terti, daftar kemajuan staf dan pengajar dan pegawai tata usaha, kemajuan siswa. Ada peneliti yang mengabaikan dokumen tersebut, dan hal itu yang keliru, yang jelas peneliti hendaknya secara cermat, hati-hati, dan sabar menjajaki sumber tertulis tersebut sehingga datanya menjadi kaya sekali.
3.     Foto
Foto banyak digunakan sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Foto yang dapat dimanfaatkan tersebut yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti (Bogdan dan Biklen, 1982:102)
Foto dalam penelitian dapat memberikan gambaran tentang distribusi penduduk, lokasi geografis, sistem persekolahan, dan lain-lain. Dianjurkan agar foto dianalisis bersama sumber-sumber lainnya. Barangkali foto bertentangan dengan  apa yang dipersoalkan dalam penelitian. Foto digunakan pula oleh peneliti untuk memahami bagaimana para subjek memandang dunianya. Sesuatu yang berkesan suatu saat, baik, berguna, mempunyai nilai historis cenderung diabadikan oleh foto dan sebagainya.
Penggunaan foto untuk melengkapi sumber data jelas besar sekali manfaatnya. Hanya perlu diberi catatan khusus tentang keadaan foto yang biasanya, apabila diambil secara sengaja, sikap dan keaadaan dalam foto menjadi sesuatu yang sudah “dipoles” sehingga tidak menggambarkan keadaan sebenarnya. Peneliti harus sadar hal itu, selain itu hubungan peneliti dengan subjek jangan sampai terganggu dengan usaha pengambilan foto.
Ada beberapa catatan yang perlu diingat oleh peneliti jika menggunakan foto sebagai sumber data tambahan. Pertama, peneliti hendaknya mempunyai kemampuan khusus untuk itu, dengan kata lain, sebelum menggunakan kamera sebaiknya ia sudah mengalami latihan khusus karena segi-segi teknis, sudut pengambilan, dan persoalan teknis lainnya perlu dikuasai. Kamera yang digunakan hendaknya kamera khusus sehingga foto tersebut menampakkan detail. Peneliti juga harus mengingat etika penelitian, terutama jika foto akan disertakan dalam suatu publikasi harus disepakati oleh subjek.
4.     Data statistik
Peneliti kualitatif sering juaga menggunakan data statistic yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya. statistik misalnya dapat membantu memberi gambaran tentang kecenderungan subjek pada latar penelitian.
Denikian pula statistic dapat membantu peneliti mempelajari komposisi distribusi penduduk dilihat dari segi usia, jenis kelamin, agama dan kepercayaan, mata pencaharian, tingkat kehidupan social ekonomi, pendidikan dan lain semacamnya.
Mempelajari statistic dapat membantu peneliti memahami persepsi subjeknya. Masuknya Koran ke desa X misalnya telah meningkatkan kesadaran penduduk desa untuk secara lebih intensif mempelajari program belajar paket A.
Walaupun dapat membantu peneliti, hendanya peneliti menyadari bahwa statistic pada umumnya berlandaskan paradigma yang mengutamakan dapatnya digeneralisasikan sehingga dapat mengurangi makna subjek secara perseorangan dalam segala liku kehidupannya yang unik namun utuh itu. Oleh karena itu peneliti juga jangan terlalu banya mendasarkan pada statistik.
          Keseluruhan sumber dan jenis data yang diuraikan diatas pada dasarnya banyak bergantung pada peneliti untuk menjaringnya sehingga yang diharapkan itu saja yang dapat tercapai. Denga kata lain, peranan manusia sebagai alat atau instrument penelitian besar sekali dalam penelitian kualitatif. [1]


B.    Teknik pengumpulan data

1)    Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut:
a)     Bahwa subyek (responden ) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
b)    Bahwa apa yang dinyatakan  oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
c)     Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.
a.     Wawancara Terstruktur
Wawancara terstrukur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Peneliti bidang pembangunan misalnya, bila akan melakukan penelitian untuk mengetahui respon masyarakat terhadap berbagai pembangunan yang telah diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka perlu membawa foto-foto atau brosur tentang berbagai jenis pembangunan yang telah dilakukan. Misalnya pembangunan gedung sekolah, bendungan untuk pengairan sawah-sawah, pembangunan pembangkit tenaga listrik dan lain-lain.
b.     Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malah untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti.
Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap, maka peneliti peneliti melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam obyek. Misalnya akan melakukan penelitian tentang iklim kerja perusahaan, maka dapat dilakukan wawancara dengan pekerja tingkat bawah, supervisor, dan manajer. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.[2]
2)    Metode Angket
Angket (kuesioner) yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal lain yang diketahuinya. Alat (instrumen) pengumpul datanya disebut dengan angket, dan sumber datanya berupa orang yang disebut dengan istilah responden.
Suharsimi arikunto (1992:126) membedakan angket sebagai berikut:
a)     Berdasarkan cara menjawabnya
                                                       i.            Angket terbuka, yaitu angket yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan menggunakan kalimatnya sendiri.
                                                     ii.            Angket tertutup, yaitu angket yang menyediakan berbagai alternatif jawaban, dan responden tinggal memilih jawaban yang sesuai.
b)    Berdasarkan jawaban yang diberikan
i.                   Angket langsung, yaitu angket yang menanyakan tentang keadaan responden sendiri, sehingga responden menjawab tentang keadaan dirinya sendiri.
ii.                 Angket tidak langsung, yaitu angket yang menanyakan tentang keadaan orang lain diluar responden sendiri, sehingga responden menjawab tentang keadaan orang lain.
c)     Berdasarkan bentuknya
i.                   Angket pilihan ganda, yaitu sama dengan yang dimakud angket tertutup
ii.                 Angket isian, yaitu sama dengan yang dimaksud angket terbuka
iii.              Check list, yaitu sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda check pada kolom yang sesuai.
iv.              Rating-scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan. Misalnya, mulai dari tingkat sangat tidak setuju.[3] (mundir hal 184-185).
3)    Observasi
Observasi(observation)ataupengamatanmerupakanteknikpengumpulan data yang paling utamadalampenelitiankualitatif.Observasiberbedadenganinterviu, cakupnobservasilebihluasdibandingdenganinterviu, observasitidakterbatashanyapadamanusiasaja, benda-benda yang sekecilapapundalambentukapapundapatdiamatimelaluiobservasilangsungkelapangan.Dalammelakukanobservasidiperlukanseorangpeneliti yang profesional, padateknikpengumpulan data melaluiobservasiunsursubjektifitassangatbesar, hasil yang diperolehmelaluiobservasisangattergantungdarikualitasseorangpeneliti.Seorangpeneliti yang tidak profesional akan menghasilkan data yang kurangbaaik.
1.     PengertianObservasi
ObservasidalamKamusBahasa Indonesia berartipengamatanataupeninjauan yang cermat.Sedangkanparaahlimemberikanpemahamanobservasisebagaiberikut:
·        Alwasilah C. (2003: 11) mengataakanbahwa, observasiadalahpenelitianataupengamatansistematisdanterencanayangdiniatiuntukperolehan data yang dikontrolvaliditasdanreliabilitasnya.
·        Nasution (2003: 56) mengungkapkanbahwa, observasiadalahdasar semua ilmu pengetahuan para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenal dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
·        Margono (2005: 158) mengungkapkanbahwa, observasidiartikansebagaipengamatandanpencatatansecarasistematikterhadapgejala yang tampakpadaobjekpenelitian.
Dari semua pendapat tersebut terdapat satu kesamaan pemahaman bahwa observasi adalah pengamatan terhadapat suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Secara langsung adalah terjun kelapangan terlibat seluruh pancaindra.
Secara tidak langsung adalah pengamatan yang dibantu melalui media visual/audiovisual, misalnya teleskop, handycam, dll.Namun yang terakhir ini dalam penelitian kualitatif berfungsi sebagai alat bantu karena yang sesungguhnya observasi adalah pengamatan langsung pada “natural setting” bukan setting yang sudah direkayasa. Dengan demikian pengertian observasi penelitian kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian.
2.     PentingnyaObservasidalamPenelitianKualitatif
Mengetahuikecenderunganprilakuseseorangterhadapsuatukegiatandapatdilakukandengancaramenyaksikansecaralangsung. Dengancarainilahkitadapatmempercayaiapa yang sesungguhnyaterjadikarenakitamelihatdenganmatakepalasendiri. Setelahmelihaatkitabarupercayaakankebenaransuatuhal. Dengandemkian, pengalamanlangsungmerupakanalat yang ampuhuntukmengujisuatukebenaran.Tidakkelirukaluatimbulungkapanbahwa “pengalamanmerupakan guru yang terbaik”.
Dalamkontekspenelitiaankualitatif, observasitidakuntukmengujikebenarantetapiuntukmengetahuikebenaran yang berhubungandenganaspek/kategorisebagaiaspekstudi yang dikembangkanpeneliti.Dalampenelitiankualitatifobservasidipandangsebagainafasdarisuatupenelitian, melaluiobservasilangsungpenelitidapatmemperoleh data yang diharapkan, tetapipenelitiharusdilatihtelebihdahuluseblummelakukanobservasisehinggaakanmenontonsuatupertandingan di TV yang hanyadapatmenikmatipermainantersebuttanpamakna. UntukhaliniNasution (2003: 57) mengungkapkan: Setiap orang, dapatmelakukanpengamatandanmengandakanpengamatansepanjanghidupkita. Namun, untukkeperluanpenelitipengamatanituharusdilatih agar dapatmelihaaatdanmengumpulkan data yang relevandenganmasalah yang diteliti.Kegiatanmengobservasibukankegiatan yang mudah, karenamengandunghal-hal yang pelik.
Hal-hal yang pelikdalamobservasi yang dikemukakanNasution (2003) tidaklainkarenaobservasiberkaitandenganmasalahberikut:
a)     Pertama, tidakadapengamatandua orang sama. Betapapundilatih, pengamatandua orang selaluadasajaperbedaannya.
b)    Kedua, mengadakanpengamatanbukan proses pasifdimanakitahanyamencatatapa yang terjadisepertihalnyadengankamera, seakan-akankitaberadadiluardanterpisahdaridunia yang kitaamati. Mengadakanobservasimerupakan proses aktif.
Observasimempunyaikelebihandibandingkandenganteknikinterviu, apa yang diperolehlewatinterviudarikenyaataandilapanganterpisahjarakdanwaktu, sementaraitumelaluiobservasiperistiwa yang sedangditelitidapatterlihatdanterekamlangsung. Teknikobservasibisamerupakanbagiandaripenelitiankualitatifsamasepertiteknikpadapenelitiankuantitatif. Walaupunistialahobservasimengacupadakegiatanmenontonapa yang terjadi, observasijugameliputikegiatanmendengarkan; data observasijugaseringdalambentukcontohmengenai kata-kata orang.
Alwasilah C. (2003:214) menjelaskanperlunyaobservasidalampenelitiankualitatif, yaitu:
a)     Perilakurespondensecaraalamisesungguhnyaadalahmenifestasikodedanaturandalamsuatubudaya, bukansekedarrutinitaskultural. Inicenderungdianggapbiasa-biasasajaterutamaolehanggotamasyarakatsendiri. Merekabarusadarakankodedanaturanitumanakaladdihadapkanpadapenelitidariluarbudayanyasendiri.
b)    Tugaspenelitikualitatifadalhmengeksplisitkanaturandankodeitusesuaidengankonteksketerjadiantinggkahlakudalampersepsiemikpararesponden.
c)     Budayaadalahpengetahuandanpengalamankolektifparaanggotanya. Untukberfungsimksimaldalamsuatubudaya,setiapanggotamasyarakatharusmempraktikkanutinitasbudayanyasesuaidenganaturan-aturan yang tadi. MisalnyadalambudayaakademikAmerika, rutinitasituantara lain empathaal, yaitu: persentasidi depankelas, diskusikelompok, partisipasikelas, danberkonsultasi.
3.     Kriteriadan Lingkup Observasi.
Observasidigunakandalamteknikkualitatifkarenasuatuobjekhanyadapatdiungkapdatanyaapabilapenelitimenyaksikannyasecaralangsung. Disamping itu, peneliti ingin mengungkapkan gerak-gerik, sikap, suasana dan kesan yang akan ditangkap setelah melakukan observasi. Suatu usaha pengamatan dikatakan sebagai teknik observasi karena memiliki kriteria sebagaimana dikatakan oleh Selitiz (Bungin, 2007:115) yaitu:
·        Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius
·        Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan
·        Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian
·        Pengamatan dapat dicek atau dikontrol mengenai keabsahannya.
Alwasilah C. (2002:211) menjelaskan: peneliti dapat melakukan teknik observasi apabila (1) peristiwa itu dapat diobservasi langsung, (2) diperlukan sudut pandang baru terhadap peristiwa itu, (3) manakala responden tidak bersedia atau tidak mungkin diwawancarai.
Spradley (Alwasilah C. 2002:218) mengajukan lima kriteria untuk memilih fokus observasi, yaitu:
1.     Minat pribadi (personal interest)
Bagi peneliti pemula fokus yang diobservasi bisa apa saja sesuai dengan minat pribadi. Namun, dari semua aspek pertunjukan mungkin ada satu hal yang sangat menarik perhatiannya dan akan menjadi fokus observasinya.
2.     Saran dari informan (sugestion by informants)
Setelah menginterviu informan atau responden, peneliti sering kali mendapat petunjuk untuk melakukan observasi untuk memperkaya data. Informan atau responden dapat diminta sarannya untuk membantu mengidentifikasi fokus observasi.
3.     Minat teoritis (theoritical interest)
Setelah membaca banyak literatur terkait (review of the literature) dengan tema penelitian, observer akan memiliki gambaran atau kesimpulan teoritis ihwal tema tersebut. Berdasarkan kesimpulan itu, observer akan berkecenderungan untuk menfokuskan observasi pada aspek tertentu.
4.     Etnografis strategis (strategic ethnografhy)
Ini merujuk pada situasi dimana fokus observasi diidentifikasi setelah peneliti terjun ke lapangan. Misalnya setelah observer mengobservasi kelas bahasa asing beberapa kali observer memutuskan untuk menfokuskan observasi pada satu aspek saja, misalnya cara guru menilai.
5.     Ranah penghimpunan (organizing domain)
Dalam setiap kegiatan lazim ada ranah yang bila dipahami, akan memudahkan pemahaman kegiatan secara keseluruhan. Contoh tahapan dalam berbelanja, sebagai ranah atau rubik yang memayungi tahapan-tahapan sebagai berikut: memasuki toko, memilih cart atau kantong belanja, memilih gang (barisan rak), mengambil daging, mengambil susu, mengambil buah-buahan, memilih counter untuk membayar, memindahkan belanjaan ke mobil, dan meninggalkan toko.
Sesungguhnya peneliti dapat memperolehinformasi dari cara komunikasi lain, misalnya wawancara dengan peserta rapat, namun cara tersebut tidak dapat meyakinkan secara pasti apa yang sesungguhnya,terutama yang berkaitan dengan situasi,kondidi dan emosi/perasaan yanag berkembang. Peneliti ingin memastikan dan merasakan apa yang sesungguhnya terjadi dari pengamatannya sendiri. Hasil pengamatan ini tidak hanya membuat yakin pengamat tapi juga dapat merasakan apa yang sesungguhnya dirasakan oleh objek.
E. Manfaat Observasi
Menurut M.Q. Patton (1980 h.724-126) manfaat pengamatan ialah:
·        Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak di amati orang lain, khususnya korang yang berada didalam lingkunagan itu.
·        Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.
·        Peneliti dapat menemukan hal-hal yang luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
·        Dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesa pribadi, misalnya merasakan suasana situasi sosial.
F. Unsur-unsur Observasi
Hal-hal yang akan diamati adalah yang sesuai denangan tujuan. J. P. Spradley (1980) mengatakan bahwa dalam tiap situasi sosial tedapat tiga komponen yang dapat di amati yaitu ruang (tempat), pelaku (aktor), dan kegiatan (aktifitas). Ketiga dimensi dapat diperluas sehingga apa yang diamati ialah:
1)    Ruang (tempat) dlam aspek fifiknya.
2)    Pelaku, yaitu semua orang yang terlibat dalamsituasi.
3)    Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang pada situasi itu.
4)    Objek, yaitu benda-benda yang tedapat di tempat itu.
5)    Perbuatan, tindakan-tindakan tertentu.
6)    Kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan.
7)    Waktu, urutan kegiatan.
8)    Tujuan, apa yang dicapai orang, makna perbuatan orang.
9)    Perasaan, emosi yang dirasakan dan dinyatakan.
G. Macam Observasi
Ryerson, (http://www.ryerson.ca/~mioppe/ResearchProscess/) menyebutkan enam klarifikasi dari metode observasi:
1)    Observasi partisipan dan nonpartisipan, penentuannya tergantung pada apa yang dikehendaki oleh peneliti untuk ambil bagian dari situasi yang sedang dipelajarinya.
2)    Kentara (obstrusive) dan tidak kentara (unobstrusive) melalui penelusuran fisik, tergantung pada apakah subjek yang dipelajatri bisa mendeteksi observasi atau tidak jika menggunakan salah satu cara terebut.
3)    Observasi dalam setting alami atau buatan (contrived), setting alami biasanya digunakan untuk mengobservasi kapan dan dimana perilaku tertentu dari subyek. Observasi buatan dilakukan dalam rangka meningkatkan perilaku tertentu dari subyek. Dalam jenis ini, Parsudi suparian (dalam patilima, 2005:71) menyatakan bahwa para pelaku yang akan diamati dalam pengamatan diseleksi dan kondisi-kondisi dalam ruang atau tempat kegiatan pelaku diamati dan dikendalikan oleh sipeneliti.
4)    Observasi tersamar dan tak tersamar, tergantung apakah subyek yang diobservasi sadar bahwa mereka sedang diteliti atau tidak.
5)    Observasi terstruktur dan tak terstruktur, yang mengacu pada panduan atau satu daftar ceklis yang dgunakan untuk mengamati aspek perilaku yang sedang dicatat.
6)    Observasi langsung (direct) dan tak langsung (indirect), tergantung pada perilaku yang diobservasi apakah sedang terjadi atau telah terjadi. (djama’an satori ).


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan















Daftar Pustaka

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Mundir. 2013. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Jember: Stain Jember Press.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Satori, Djama’an & Komariah, Aan. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


[1] Lexy J Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) 112-117.
[2] Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta) 137-141
[3] Mundir. 2013. Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. (Jember: Stain Jember Press) 184-185.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel