Perhelatan Indonesia Cyber Army 2014

Jakarta - Perhelatan ICA 2014 atau Indonesia Cyber Army 2014 telah digelar 29-30 Oktober 2014 di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Para peserta kompetisi ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. ICA 2014 merupakan kegiatan resmi kompetisi Capture The Flag/hacking competition dan Digital Forensics competition yang digelar oleh para akademisi (APTIKOM, ACAD-CSIRT), pemerintah (Direktorat Keamanan Informasi, KOMINFO) dan swasta. Kali ini ICA 2014 merupakan kegiatan ketiga setelah ICA 2012 di Medan, ICA 2013 di Samarinda. Kompetisi ini semakin memikat para peserta yang berasal dari berbagai perguruan tinggi Teknologi Informasi yang tersebar di 5 Pulau, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Bali. Total ada lebih dari 100 peserta, 40 tim dan berasal dari 25 kampus yang berbeda. Sebagai perbandingan, ICA 2012 diikuti 20 tim dan ICA 2013 diikuti oleh 30 tim.
Kompetisi digelar dalam 2 bagian besar yakni CTF/hacking, kegiatan ini berguna untuk mengetahui skill peserta dalam teknik security untuk menjebol server lawan. Kegiatan kedua adalah digital forensic investigator, peserta diberi soal-soal yang harus dipecahkan untuk mencari jejak digital forensic yang telah didapat dan mencari petunjuk utama dalam memecahkan permasalah cyber security. Hasil dari kompetisi ini didapatkan pemenang. Untuk CTF, juara 3 adalah Universitas Tanjung Pura, Pontianak, juara 2 Universitas Andalas, Padang dan juara 1 adalah Universitas Bina Darma, Palembang. Sedang pemenang Digital Forensics Investigator adalah juara 3 UII, Yogyakarta, juara 2 Stikom Bali dan Juara 1 adalah Universitas Bina Darma, Palembang. Adapun juri dalam ICA 2014 kali ini adalah AKBP Muhammad Nuh Al-Azhar, MSc., CHFI, CEI dari Puslabfor, Bareskrim, Mabes Polri dan Dr. Desmond Davendran, FORESEC, Malaysia. Para pemenang telah mendapatkan piala, sertifikat dan sejumlah tabungan dari Ditkaminfo, Kominfo. Tujuan dari kompetisi ini menurut Agus Setiawan, ketua panitia ICA 2014, adalah mencari bibit tim cyber security nasional yang tangguh di bidangnya, dan memiliki wadah menyalurkan keahliannya. Menurut saya sendiri, kegiatan ini sangat menarik dan unik karena diharapkan nantinya Indonesia menjadi center of cyber security engineer.
Kalau India jadi pusat programmer (pembuat perangkat lunak) maka Indonesia bisa menjadi pusat cyber security engineer (ahli cyber security) sejalan dengan MEA, Masyarakat Ekonomi Asean 2015, dan tentu untuk keberjayaan Indonesia pada umumnya. Riki Arif Gunawan dari Ditkaminfo juga mengatakan bibit-bibit Nasional ini akan jadi orang-orang yang tangguh nanti industri masing-masing seperti Pemerintahan, Akademik dan Swasta. ICA 2015 sendiri rencananya akan digelar di Bali, dengan peserta yang lebih luas. Akan diundang berbagai kampus di ASEAN, dengan permasalahan yang lebih rumit, juri yang professional di bidangnya dan tentu saja dengan peserta Nasional yang lebih banyak dan mumpuni di bidang Cyber Security. Sampai jumpa!
* Penulis, IGN Mantra merupakan peneliti Cyber Security & Cyber Warfare di ACAD-CSIRT dan Perbanas Institute.
** Source: Detik.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel