Turunnya Tuhan Dari Singgasana



Oleh: Muhammad Alvian

Sebelumnya mohon maaf untuk anda sekalian para pembaca, atas postingan ngawur yang saya tulis ini. Saya hanya menulis atas kehadiran tuhan dalam diri saya, yang mana tuhan berusaha eksis dalam dunia kita semua, termasuk dalam tulisan ini. Maka perkenankan tuhan hadir disini, walau tentunya ada iblis yang tak henti -hentinya mengusik diri.

Menurut dr. Ahmad Tafsir, Selain empiris(Indera) kita juga mengenal konsep Akal dan Hati. Menurutnya manusia mampu mencapai puncak kebenaran jika ia mampu mensinergikan antara Indera, Akal, dan Hati. Hal ini sangat relevan dengan pendapat dr KH. Muhammad Fadli (salah satu guru KH. Ahmad Dahlan) menurut beliau "Jangan pernah mengedepankan Akal karena Akal mampu menyesatkan".

Lantas bagaimana kontestasi Akal, Hati, dan Indera? Khususnya dalam dunia filsafat. Siapakah yang memiliki kedaulatan tertinggi? Dan siapakah yg mampu mensinergikan ketiga elemen tersebut hingga saat ini? Mari kita bahas kengawuran saya kali ini, bisakah saya memberi gambaran koalisi besar tiap elemen tersebut? Semoga anda tidak puas.

Kita mulai dari Zaman Yunani yang memiliki paradigma kuat dalam keagamaan, memiliki kekuatan theology yang tak tergoyahkan. pada zaman ini dalam dunia filsafat kita lebih mengenalnya sebagai zaman penciptaan alam semesta karena dirintis oleh filosof pertama yang berjuluk bapak filsafat yakni Thales. Dimulai dari abad ke 6SM ia menggagas pemikirannya tentang asal dan unsur inti penciptaan alam semesta. Pada masa ini ada beberapa tokoh filosof seperti Anaximander, parmanides, phytagoras, socrates, plato, aristoteles dll. Namun substansi atau intisari dari pembahasan kita kali ini adalah teori/paham relativisme.

Paham relativisme ini meyakini bahwa suatu kebenaran itu sifatnya relatif. Berkat pemikiran ini, Akal melesat tinggi diatas yang lain. Akal memiliki koalisi yang sangat besar dari pada sebelumnya, keyakinan agama (hati) mulai jatuh dari singgasananya. Dan Akal benar - benar berdaulat atas segalanya.

Akal cukup lama untuk berkuasa atas semesta, hingga tiba pahlawan Abad Yunani yang mampu mengekang kuasa akal dari semesta. Pahlawan tersebut yakni Socrates dengan metode dialog yang ia cetuskan pada masa itu mampu mengekang kuasa akal. Ia juga filosof pencetus teori deduksi induksi yang dikembangkan oleh muridnya yakni Plato.

Pada abad pertengahan, hati kembali menjadi penguasa inti. Akal dihabisi hingga dimutilasi, seolah olah ia mati dan tak akan bangkit kembali. Siapapun yang menentang kuasa agama maka ia wajib dihabisi.

Sayangnya kita tak pernah habis pahlawan, pahlawan yang kali ini muncul adalah Descartes. Ia mengeluarkan pemikiran yang menggegerkan semesta, yakni teori skeptis atau ragu - ragu. Jadi semua wajib kita ragukan termasuk seluruh dogma agama. Mulai dari titik inilah kedaulatan hati kembali diturunkan, dan tuhan - tuhan kembali dipaksa turun dari singgasananya.

Mohon maaf tulisan pertama saya cukup sampai disini, karena tuhan sudah pergi, dan kita akan bertemu dilain hari.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel