Tentang Panggung
Friday, 27 September 2019
Pangungku kecil
Panggungmu besar
Panggungku kecil tapi tidak mengecilkan
Panggungmu besar tapi kau besar besarkan
Kecilnya panggungku aku tata rapi memakai pondasi
Besarnya panggungmu engkau banggakan hingga tak diperhatikan
Panggungku kecil tapi kubuat nyaman
Panggungmu besar tapi kau acuhkan
Aku masih terngiang sekian tahun silam nyanyian diatas panggungmu sambil menertawakan panggungku
Panggungku diam dan mulai berpikir untuk tenang
Aku sempat mati suri di atas panggungku hingga tak kurawat lagi
Dan itu mungkin karena ulah panggungmu yang tidak bisa menghargai
Panggungku mulai resah dan bisa memprediksi bahwa tak lama lagi kau akan rasakan ini
Nyatanya....
Panggungmu lupa siapa pendiri
Panggungmu lupa siapa orang tuamu, kakakmu bahkan adikmu.
Mirisnya lagi panggungmu mulai reok tak berpenyangga lagi.
Saat pertunjukan itu berjalan,
Panggung panggung lain menertawakanmu karena sempat panggung mereka dilemparimu batu
Tapi aku berdiri gagah memberimu tepuk tangan sebagai penghormatan atas karyamu yang fenomenal
Panggungku yang mati ternyata masih banyak yang peduli,
satu persatu dari mereka menaiki panggung kecil ini
Sementara disebelah sana terlihat panggumu yang reok berantakan
Bagaimana aku bisa setega itu?
tak lama kemudian Panggungmu kebakaran
Bagaimana aku bisa diam?
Sementara kau adalah bagian dariku
Berdirilah dan bangkit jangan tutup telingamu
Ayo, aku bantu kau berdiri
Terimalah sorak tepuk dan lemparan
sebagai ajaran dari tuhan
Usahamu tak akan sia sia,
Jika mau "berubah".
Aku lupakan semua jerih payahmu menggoyah panggungku
Dan aku masih pula menyebutmu "adikku"
Panggungmu besar
Panggungku kecil tapi tidak mengecilkan
Panggungmu besar tapi kau besar besarkan
Kecilnya panggungku aku tata rapi memakai pondasi
Besarnya panggungmu engkau banggakan hingga tak diperhatikan
Panggungku kecil tapi kubuat nyaman
Panggungmu besar tapi kau acuhkan
Aku masih terngiang sekian tahun silam nyanyian diatas panggungmu sambil menertawakan panggungku
Panggungku diam dan mulai berpikir untuk tenang
Aku sempat mati suri di atas panggungku hingga tak kurawat lagi
Dan itu mungkin karena ulah panggungmu yang tidak bisa menghargai
Panggungku mulai resah dan bisa memprediksi bahwa tak lama lagi kau akan rasakan ini
Nyatanya....
Panggungmu lupa siapa pendiri
Panggungmu lupa siapa orang tuamu, kakakmu bahkan adikmu.
Mirisnya lagi panggungmu mulai reok tak berpenyangga lagi.
Saat pertunjukan itu berjalan,
Panggung panggung lain menertawakanmu karena sempat panggung mereka dilemparimu batu
Tapi aku berdiri gagah memberimu tepuk tangan sebagai penghormatan atas karyamu yang fenomenal
Panggungku yang mati ternyata masih banyak yang peduli,
satu persatu dari mereka menaiki panggung kecil ini
Sementara disebelah sana terlihat panggumu yang reok berantakan
Bagaimana aku bisa setega itu?
tak lama kemudian Panggungmu kebakaran
Bagaimana aku bisa diam?
Sementara kau adalah bagian dariku
Berdirilah dan bangkit jangan tutup telingamu
Ayo, aku bantu kau berdiri
Terimalah sorak tepuk dan lemparan
sebagai ajaran dari tuhan
Usahamu tak akan sia sia,
Jika mau "berubah".
Aku lupakan semua jerih payahmu menggoyah panggungku
Dan aku masih pula menyebutmu "adikku"