Rasionalisme


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Rasionalisme adalam paham yang mengajarkan bahwa akal adalah hal yang paling penting untuk memperoleh suatu pengetahuan. Rasioanalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Yang mana di dalam bidang agama rasionalisme merupakan lawan dari autoritas, dan di dalam bidang filsafat adalam lawan dari empirisme.
Maka dari itu, sangat penting kita kaji lebih dalam apa itu yang dimaksud dengan rasionalisme, agar tidak terjadi miss communication dalam pemikiran kita.

B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah mengenai makalah kami yang membahas tentang Rasionalisme ini adalah:
1.    Apa yang dimaksud dengan rasionalisme?
2.    Apa yang melatarbelakangi munculnya rasionalisme?
3.    Siapa saja tokoh rasionalisme?

C.  Tujuan Pembahasan
1.    Memahami apa yang dimaksud dengan rasionalisme.
2.    Mengetahui apa yang melatarbelakangi munculnya rasionalisme.
3.    Mengetahui siapa saja tokoh rasionalisme.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Definisi Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Menurut aliran rasionalis, suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.
Aliran rasionalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama rasionalisme adalah lawan dari autoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. sedangkan dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan.[1]
Sebagai lawan empirisme, rasionalisme berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang dari penemuan akal. Contoh yang paling jelas adalah pemahaman kita tentang Matematika (Matematika tidak mungkin salah, kebenarannya universal).

B.  Latar Belakang Munculnya Rasionalisme
Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan dari segala pemikiran tradisional (skolastik) yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan.
Descartes menginginkan cara yang baru dalam berpikir, maka diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan. Cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada). Jelasnya, bertolak dari keraguan untuk mendapatkan kepastian.[2]
Maka dari itu, Descartes dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertrand Russel, anggapan itu memang benar. Kata Bapak diberikan kepasa Descartes karena dialah orang pertama pada zaman modern yang membangun filsafat yang berdiri sendiri atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah.

C.  Tokoh-Tokoh Rasionalisme
Dalam pembahasan mengenai pengetahuan, rasionalisme menempati tepat yang penting. Biasanya paham ini dikaitkan dengan kaum rasionalis abad ke-17 dan abad ke-18, yaitu Descartes (1596-1650 M), Spinoza (1632-1677 M), Leibniz (1646-1716 M), dan Wolf, meski sebenarnya akar-akarnya dapat ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik seperti Plato, Aristoteles, dan lainnya. Paham ini beranggapan ada prinsip-prinsip dasar dunia tertentu. Dari prinsip-prinsip ini diperoleh pengetahuan deduksi yang ketat tentang dunia. Prinsip-prinsip pertama ini bersumber dalam budi manusia dan tidak dijabarkan dari pengalaman, bahkan pengalaman-pengalaman empiris bergantung pada prinsip-prinsip ini.
Prinsip-prinsip ini kemudian oleh Descartes dikenalkan dengan istilah substansi, yang tak lain adalah ide bawaan (innate ideas) yang sudah ada dalam jiwa sebagai kebenaran yang clear and distinct, tidak bisa diragukan lagi. Ada tiga ide bawaan yang diajarkan oleh Descartes, yaitu:
1.    Pemikiran. Saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berpikir, maka harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.
2.    Tuhan sebagai wujud yang sama sekali sempurna. Karena saya mempunyai ide ‘sempurna’, mesti ada suatu penyebab sempurna untuk ide itu, karena suatu akibat tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak bisa lain daripada Tuhan.
3.    Keluasan. Saya mengerti materi sebagai keluas-an atau ekstensi (extension), sebagaimana hal itu dilukiskan dalam dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur. Pengakuannya tentang adanya tiga prinsip dasar ini karena ketiganya tidak bisa lagi diragukan ‘keberadaan’nya.
Sementara Leibniz menyebutkan substansi dengan “monade” sebagai principles of nature and the grace founded on reason. Ia memaknai monade ini dengan “the true otoms of nature”. Atom di sini tidak sebagaimana dalam ajaran Demokritos dan Epikuros, tetapi “jiwa-jiwa”, sehingga monade yang ia maksudkan adalah “pusat-pusat kesadaran”. Begitulah Leibniz, di antara tokoh-tokoh rasionalisme yang juga mengakui adanya prinsip-prinsip rasional yang bersifat a priory.
Akhirnya rasionalisme dapat dilihat pada C. Wolf. Ia membagi lapangan pengetahuan menjadi tiga bidang:
1.    Kosmologi
Pengetahuan yang berangkat dari premis, misalnya: dunia ini terbatas dalam ruang dan waktu, dan pada hakikatnya terdiri dari satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dari prinsip ini kemudian pengetahuan tentang dunia dideduksikan.
2.    Psikologi
Pengetahuan yang berhubungan dengan jiwa. Pengetahuan ini berangkat dari premis bahwa ruh itu adalah substansi yang tidak terbagi-bagi, bathiniah, sederhana, dan seterusnya.
3.    Teologi
Dalam pengetahuan ini, Wolf mengemukakan prinsip bahwa Tuhan adalah realitas yang sesungguhnya yang paling sempurna. Dari prinsip ini kemudian dideduksikan wujud-Nya dan hubungan-Nya dengan dunia, dan seterusnya.




BAB III
PENUTUP

Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah hal yang terpenting untuk memperoleh pengetahuan dan mengetes sejauh mana pengetahuan yang didapatkan.
Ada beberapa tokoh rasionalis, yaitu Descartes, Spinoza, Leibniz, dan Wolf. Dan ada juga tokoh rasionalis klasik, yaitu Aristoteles, Plato, dan lainnya.
Aliran rasionalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama rasionalisme adalah lawan dari autoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. sedangkan dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan.


DAFTAR PUSTAKA

Syadali, Ahmad dan Mudzakir. 2004. Filsafat Umum. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Achmadi, Asmoro. 1997. Filsafat Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo.



[1] Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2004), 106.
[2] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum (Jakarta: PT RajaGrafindo, 1997), 111.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel