Rasionalisme
Sunday, 9 September 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Rasionalisme
adalam paham yang mengajarkan bahwa akal adalah hal yang paling penting untuk
memperoleh suatu pengetahuan. Rasioanalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang
agama dan dalam bidang filsafat. Yang mana di dalam bidang agama rasionalisme
merupakan lawan dari autoritas, dan di dalam bidang filsafat adalam lawan dari
empirisme.
Maka dari itu,
sangat penting kita kaji lebih dalam apa itu yang dimaksud dengan rasionalisme,
agar tidak terjadi miss communication dalam pemikiran kita.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah mengenai makalah kami yang membahas tentang Rasionalisme ini
adalah:
1.
Apa yang dimaksud dengan rasionalisme?
2.
Apa yang melatarbelakangi munculnya rasionalisme?
3.
Siapa saja tokoh rasionalisme?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Memahami apa yang dimaksud dengan rasionalisme.
2.
Mengetahui apa yang melatarbelakangi munculnya
rasionalisme.
3.
Mengetahui siapa saja tokoh rasionalisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham filsafat yang
mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh
pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa
pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami
objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh
dengan cara berpikir. Menurut aliran rasionalis, suatu pengetahuan diperoleh
dengan cara berpikir.
Aliran rasionalisme ada dua
macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam bidang agama rasionalisme
adalah lawan dari autoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik
ajaran agama. sedangkan dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan
dari empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan.[1]
Sebagai lawan empirisme, rasionalisme
berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang dari penemuan
akal. Contoh yang paling jelas adalah pemahaman kita tentang Matematika
(Matematika tidak mungkin salah, kebenarannya universal).
B.
Latar Belakang Munculnya Rasionalisme
Latar belakang munculnya rasionalisme
adalah keinginan untuk membebaskan dari segala pemikiran tradisional
(skolastik) yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu menangani
hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam Aristoteles dalam
pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh khayalan-khayalan.
Descartes menginginkan cara yang baru
dalam berpikir, maka diperlukan titik tolak pemikiran pasti yang dapat
ditemukan dalam keragu-raguan. Cogito
ergo sum (saya berpikir maka saya ada). Jelasnya, bertolak dari keraguan
untuk mendapatkan kepastian.[2]
Maka dari itu, Descartes dianggap
sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertrand Russel, anggapan itu memang
benar. Kata Bapak diberikan kepasa Descartes karena dialah orang pertama
pada zaman modern yang membangun filsafat yang berdiri sendiri atas keyakinan
diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah.
C. Tokoh-Tokoh Rasionalisme
Dalam pembahasan mengenai pengetahuan,
rasionalisme menempati tepat yang penting. Biasanya paham ini dikaitkan dengan
kaum rasionalis abad ke-17 dan abad ke-18, yaitu Descartes (1596-1650 M),
Spinoza (1632-1677 M), Leibniz (1646-1716 M), dan Wolf, meski sebenarnya
akar-akarnya dapat ditemukan pada pemikiran para filsuf klasik seperti Plato,
Aristoteles, dan lainnya. Paham ini beranggapan ada prinsip-prinsip dasar dunia
tertentu. Dari prinsip-prinsip ini diperoleh pengetahuan deduksi yang ketat
tentang dunia. Prinsip-prinsip pertama ini bersumber dalam budi manusia dan
tidak dijabarkan dari pengalaman, bahkan pengalaman-pengalaman empiris
bergantung pada prinsip-prinsip ini.
Prinsip-prinsip ini kemudian oleh
Descartes dikenalkan dengan istilah substansi, yang tak lain adalah ide bawaan (innate ideas) yang sudah ada dalam jiwa
sebagai kebenaran yang clear and distinct,
tidak bisa diragukan lagi. Ada tiga ide bawaan yang diajarkan oleh
Descartes, yaitu:
1. Pemikiran.
Saya memahami diri saya sebagai makhluk yang
berpikir, maka harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.
2. Tuhan
sebagai wujud yang sama sekali sempurna.
Karena saya mempunyai ide ‘sempurna’, mesti ada suatu penyebab sempurna untuk
ide itu, karena suatu akibat tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang
sempurna itu tidak bisa lain daripada Tuhan.
3. Keluasan.
Saya mengerti materi sebagai keluas-an atau ekstensi (extension), sebagaimana hal itu dilukiskan dalam dan dipelajari
oleh ahli-ahli ilmu ukur. Pengakuannya tentang adanya tiga prinsip dasar ini
karena ketiganya tidak bisa lagi diragukan ‘keberadaan’nya.
Sementara Leibniz menyebutkan substansi
dengan “monade” sebagai principles of
nature and the grace founded on reason. Ia memaknai monade ini dengan “the
true otoms of nature”. Atom di sini tidak sebagaimana dalam ajaran Demokritos
dan Epikuros, tetapi “jiwa-jiwa”, sehingga monade yang ia maksudkan adalah
“pusat-pusat kesadaran”. Begitulah Leibniz, di antara tokoh-tokoh rasionalisme
yang juga mengakui adanya prinsip-prinsip rasional yang bersifat a priory.
Akhirnya rasionalisme dapat dilihat pada
C. Wolf. Ia membagi lapangan pengetahuan menjadi tiga bidang:
1. Kosmologi
Pengetahuan
yang berangkat dari premis, misalnya: dunia ini terbatas dalam ruang dan waktu,
dan pada hakikatnya terdiri dari satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Dari prinsip ini kemudian pengetahuan tentang dunia dideduksikan.
2. Psikologi
Pengetahuan
yang berhubungan dengan jiwa. Pengetahuan ini berangkat dari premis bahwa ruh
itu adalah substansi yang tidak terbagi-bagi, bathiniah, sederhana, dan
seterusnya.
3. Teologi
Dalam
pengetahuan ini, Wolf mengemukakan prinsip bahwa Tuhan adalah realitas yang
sesungguhnya yang paling sempurna. Dari prinsip ini kemudian dideduksikan
wujud-Nya dan hubungan-Nya dengan dunia, dan seterusnya.
BAB
III
PENUTUP
Rasionalisme adalah paham yang
mengatakan bahwa akal (reason) adalah hal yang terpenting untuk memperoleh
pengetahuan dan mengetes sejauh mana pengetahuan yang didapatkan.
Ada beberapa tokoh rasionalis, yaitu
Descartes, Spinoza, Leibniz, dan Wolf. Dan ada juga tokoh rasionalis klasik,
yaitu Aristoteles, Plato, dan lainnya.
Aliran
rasionalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang
filsafat. Dalam bidang agama rasionalisme adalah lawan dari autoritas
dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. sedangkan dalam
bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan
sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Syadali, Ahmad
dan Mudzakir. 2004. Filsafat Umum. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Achmadi,
Asmoro. 1997. Filsafat Umum. Jakarta:
PT RajaGrafindo.