Macam-macam Jumlah
Wednesday, 12 September 2018
JUMLAH DAN MACAM-MACAMNYA
MAKALAH
Ditulis Dan
Dipresentasikan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Nahwu
Tathbiqy Yang Dibimbing Oleh Abdul Muqit, M.Pd
Disusun oleh kelompok 1:
1.
Zuro’atus sa’adah (T20152060)
2.
Rudi (T20152061)
3.
Nur Khamidah (T20152067)
INSITITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMUN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
September 2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
Alhamdulillahirobbil’alaminsegala
puji bagi Allah SWT., Tuhan semesta alam yang telah mencurahkan ni’mat-Nya
kepada kita semua, sehingga dengan pertolongan-Nya kita dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “jumlah wa anwanguha” ini.
Ucapan
terimakasih kepada Bapak Dosen dan teman-teman yang telah memberikan saran dan
bantuannya didalam proses pembuatan
makalah ini. Makalah ini sengaja dibuat sebagai salah satu belajar
mengenai jumlah didalam ilmu nahwu dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah
NAHWU TAHTBIQY.
Didalam
penyusunan makalah ini, mungkin masih terdapat beberapa kesalahan yang belum
kami mengerti. Oleh karena itu, Kami mohon maaf apabila di dalam penyusunan
makalah ini banyak sekali kekurangan-kekurangan, dan kami sangat besar hati dan
berlapang dada apabila Bapak Dosen, teman-teman dan para pembaca memberikan
saran dan kritiknya kepada kami, demi perbaikan pembuatan makalah yang
selanjutnya.
Wassalamu’alikum Wr. Wb.,
Jember, September 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL......................................................................... i
KATA
PENGNTAR.......................................................................... ii
DAFTAR
ISI..................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 1
C. Tujuan..................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
PengertianJumlah................................................................. 2
2.2
PengertianJumlahIsmiyah..................................................... 3
2.3
PengertianJumlahFi’liyah..................................................... 5
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam Pendidikan Bahasa Arab banyak ilmu-ilmu yang perlu diketahui
seperti Ilmu Nahwu, Ilmu Shorof dan Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa
Arab. Dalam ilmu nahwu banyak materi-materi yang disajikan. Oleh karena itu
penulis mengangkat sebuah materi yang berjudul ”JUMLAH DAN MACAM-MACAMNYA”,
yang mana materi ini salah satu materi penting yang mana harus diketahui dalam
ilmu Nahwu. Materi ini juga merupakan materi yang penting ketika kita ingin
mempelajari kitab-kitab kuning. Makalah ini juga disusun karena merupakan tugas
kelompok yng diberikan oleh Bapak Dosen yang bersangkutan dalam mata kuliah
NAHWU TATHBIQY.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Jumlah?
2.
Apa saja macam-macam jumlah?
3.
Apa yang dimaksud jumlah ismiyah?
4.
Apa yang dimaksud jumlah fi’liyah?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetauhi pengertian dari Jumlah dan pembagiannya.
2.
Untuk mengetahui maksud dari Jumlah Ismiyah.
3.
Untuk mengetahui maksud dari Jumlah Fi’liyah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Jumlah
Jumlah (kalimat) merupakan susunan dari dua kata
yang mempunyai arti. Jumlah didalam bahasa
arab terbagi menjadi dua yaitu jumlah fi’liyah dan jumlah ismiyah. Jumlah
Ismiyah dan jumlah fi’liyah dapat disebut juga dengan jumlah mufidah (kalimat
sempurna).
Jumlah mufidah (kalimat sempurna) yaitu susunan kalimat yang mengandung
pengertian tertentu yang dapat dipahami oleh lawan bicara tanpa menimbulkan
pertanyaan lagi.
Dalam membuat jumlah mufidah biasanya terdiri dari susunan dua kata ataupun
lebih. Contoh:
Ø Taman itu indah الحديقة جميلة
Ø Sekolah itu luas المدرسة واسع
Ø Qur’an itu telah di
baca قرء القرءان
Ø Saya duduk diatas
kursi جلست على الكرسى
Dari beberapa contoh-contoh di atas pada kalimat (al hadiqah jamilah)
taman itu indah terdiri dua suku kata isim. Seseorang yang membaca atau
mendengar kalimat tersebut dapat dipastikan sudah faham dengan kalimat
tersebut karena ungkapan ini mengandung
pengertian yang jelas tanpa menimbulkan pertanyaan lagi oleh karena itu di
sebut kalimat sempurna, dan begitupula pada contoh-contoh yang lainnya.
Seperti halnya yang telah
kita ketahui sebelumnya bahwasanya jumlah fi’liyah dan ismiyah disebut sebagai
jumlah mufidah. Kemudian, apa yang dimaksud dengan jumlah ismiyah dan jumlah
fi’liyah tersebut?? Berikut Penjelasannya.
2.2.Pengertian Jumlah Ismiyah
كل جملة تتر كب من مبتد ا وخبرتسمى جملة اسمية
Jumlah Ismiyah merupakan setiap kalimat yang tersusun dari mubtada dan
khabar. Mubtada’ adalah Isim yang
terletak di awal Jumlah yang di baca Rofa’. Sedangkan Khobar
adalah Isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi
kalimat yang sempurna (jumlah al mufidah)
Selainitu, Jumlah ismiyah
merupakan setiap susunan kalimat yang ditandai dengan diawali dengan kalimat Isim. Kalimat Isim merupakan lafadz yang mempunyai arti sendiri
tanpa disertai oleh zaman yang biasanya dikenal dengan kata
benda. Contohnya: (masjid) مسجد , (sekolah) مدرسة
2.2.1 Tanda-tanda kata
benda ((الاسم
Suatu kalimat dapat diketahui bahwa itu merupakan
kalimat isim yaitu apabila suatu kalimat tersebut mempunyai tanda-tanda seperti
dibawah ini:
a. Menerima AL, contoh: اْلمَدْرَسَةُ , المصباح, الكتاب
b. Menerima tanwin, contoh: مَدْرَسَةٌ, زيد,مكتب
d. Kemasukan huruf
nida’ ,contoh: يا احمد
c. Musnad Ilaih yang berupa fa’il dan mubtada’ , contoh: جاء محمد
e. Bisa di dahului oleh
huruf jar.
Huruf jar yaitu
(didalam) في, (ke) الي, (dari) من, ( عن, (diatas) علي , (seperti) الكاف, (dengan) الباء. Contoh: (didalam masjid) في المسجد (ke rumah)الي بيت ,(dari kelas) من فصل.
Contoh jumlah Ismiyah:
Ø المَسْجِدُ كَبِيْرٌ (masjid itu besar)
Ø العلم نور (ilmu itu adalah
cahaya)
Ø الدَارُ وَاسِعَةٌ (rumah itu luas
)
Dari beberapa contoh di atas kita ambil salah satu yakni darilafadz al
masjidu kabiirun. Almasjidu dapat dikatakan sebagai kalimat isim karena
mempunyai tanda yaitu dapat menerima imbuhan Al.Dan lafadz Almasjidu disini
disebut sebagai mubtada’, dan lafadz kabiirun adalah khobar.
2.2.2. Kaidah-kaidah
DalamJumlahismiyahterdapatkaidah-kaidah yang harus diperhatikan diantaranya:
v Dibaca Rofa’
Tanda Rofa’ pada Isim adalah dhommah, wawudan alif.
Contoh:البَيْتُ صَغِيْرٌ rumah itu kecil), al
muslimuuna mahiiruunaالمُسْلِمُوْنَ
مَهِيْرُوْنَ ( orang-orang muslim itu
pintar), al tholibaani ‘alimaaniالطَالِبَانِ عَاِلمَانِ ( dua murid itu
pintar).
v
Mubtada’ harus berupa Isim
Ma’rifat.
Yang di maksud Isim
Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya. Isim ma’rifat
bisa berupa:
·
Isim alam ( nama sesuatu)
contoh: اَحْمَد , اِنْدُوْنِيْسِيَا
·
isim dhomiir munfasil yaitu isim yang digunakan sebagai kata ganti orang.
Yaitu: هو (dia Laki-laki 1), هما ( dia laki-laki 2),هم ( mereka laki-laki banyak), هي ( dia perempuan 1), هما ( dia perempauan 2), هنّ ( mereka pr), انت ( kamu laki-laki 1), انتما ( kamu laki-laki 2), انتم (kalian laki-laki), انت (kamu 1 perempuan), انتما (kamu 2 perempuan),انتنّ ( kalian perempuan), انا (saya), نحن ( kami / kita).
Contoh: هُوَ طَوِيْلٌ ( dialaki-laki 1 tinggi), اَنْتَ مُدَرِسٌ ( kamu laki-laki 1 guru)
·
Isim yang kemasukan al. Contoh: الفصل جميل ( kelas itu indah)
v
Khobar berupa isim nakiroh(isim
yang maknanya masih bersifat umum) dan ditandai dengan tanwin.Contoh:) البِلَاطَ نَظِيْف lantai itu bersih)
v
Mubtada’ dan khobar
harus bersesuaian dalam hal muannas dan muzakar serta mufrod,
musanna dan jama’nya. Contoh: فَاطِمَةُ جَمِيْلَةٌ (fathimah itu cantik)الزيدان قائمان ( dua zaid berdiri ).
2.3. Pengertian Jumlah
Fi’liyyah
Jumlah fi’liyyah merupakan susunan dua kalimat atau lebih yang diawali
dengan fi’il (kata kerja) . Fi’il merupakan suatu kalimat yang menunjukkan arti
serta bersamaan dengan zaman (madhi,hal, atupun mustaqbal). Contohnya: جاء , يقوم , ضرب.
Adapun contoh dari jumlah fi’liyah yaitu:جَلَسْتُ عَلَى الْكُرْسِي(saya telah duduk diatas kursi) جَاءَ زْدٌ , (zaid telah berdiri), dll.
2.3.1. Tanda-tanda
fi’il
Adapun tanda-tanda yang terdapat dalam kalimat fi’il yaitu dapat dimasuki
oleh huruf dibawah ini:
1.
قد نحو قد قام زيد
2.
س نحو سيقول
3.
سوف نحو سوف تعلمون
4.
تاء التاءنيث مع التسكين نحو قامت هند
5.
ضمير رفع متحرك نحو جلست على الكرسي
2.3.2.
Kalimat Fi’il jika ditinjau dari pelakunya :
Kalimat Fi’il apabila dilihat dari
keadaan pelakunya terbagi menjadi dua macam yaitu: Fi’il Mabni ma’lum
(kata kerja aktif) dan fi’il mabni majhul (kata kerja pasif).
a.
Fi’il mabni ma’lum (kata kerja aktif)
Susunan Fi’il Mabni ma’lum adalah susunan
kalimat yang fi’ilnya disebutkan di dalam
sebuah kalam, baik fa’il itu berupa dhomir ataupun dzohir.
Contoh:
ضَرَبَ مُحَمَّدٌ عَمْرًا (Muhammad
telah memukul umar)
Dari kata tersebut pelaku (fa’il)
dari pekerjaan tersebut telah kita ketahui yakni Umar.
b.
Fi’il mabni majhul (kata kerja pasif)
Mabni majhul adalah
ialah kalimat yang tidak dsebutkan fa’ilnya dalam kalam, kemudian Maf’ul bih
menggantikan kedudukan fa’il (dalam menyaandarkan fi’il pada maf’ul)
Contoh: سُرِقَ الْماَلَ (harta itu telah dicuri)
Dari contoh tersebut
tidak dapat kita ketahui pelaku dari pencurian tersebut.
c.
Cara membuat fi’il mabni majhul
v Dari fi’il madhi
Untuk membuat fi’il mabni majhul dari fi’il madhi
yaitu dengan menggunakan patokan:
ضم اوله وكسر ما قبل اخره
Yaitu dengan mendhummahkan huruf awalnya dan
mengkasrahkan huruf sebelum akhir. Contoh:
ضَرَبَ menjadi ضُرِبَ
Adapun perincian lebih lanjut seperti dibawah
ini:
·
Fi’il tsulasi dan
ruba’i.
Untuk fi’il madhi tsulasi dan ruba’i maka huruf
awal harus dibaca dhomah dan huruf sebelum akhir dibaca kasroh.
·
Fi’il madhi diawali
dengan ta’ tambahan.
·
Fi’il madhi diawali
dengan hamzah washol.
·
Apabila berupa fi’il
sudasi, maka huruf alif tersebut diubah dengan ya’, sedangkan hamzah dan huruf
yang ketiga dibaca dhomah.
v Dari fi’il mudhori’
ضم اوله وفتح ما قبل اخره
Yaitu dengan
mendhummahkan huruf awalnya dan memfathahkan
huruf sebelum akhir. Contoh: يَضْرِبُ
menjadi يُضْرَبُ . Adapun Penjelasan lebnih lanjut sebagai
berikut:
·
Fi’il stulasi dan
ruba’i awalnya diharokati dhummah dan huruf sebelum akhir dibaca fathah
·
Fi’il mudhori’ yang
fi’ilnya ada ta’ tambahan.
·
Fi’il mudhori’ yang
fi’il madhinya dimulai hamzah washol.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : Jumlah mufidah merupakan
susunan dua kalimat atau lebih yang mempunyai arti tertentu yang jelas tanpa
menimbulkan pertanyaan bagi setiap pembaca ataupun pendengar. Dalam kalimat
sempurna terdapat dua jumlah yaitu jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah. Jumlah fi’liyyah
adalah susunan kata yang diawali dengan fi’il, sedangkan jumlah Ismiyyah adalah
susunan kata yang diawali dengan isim.
Suatu kalimat dapat diketahui kalimat isim ataupun
kalimat fi’il melalui tanda-tanda yang ada pada keduanya. Diantara tanda-tanda
kalimat isim diantaranya:
a. Menerima AL, contoh: اْلمَدْرَسَةُ , المصباح, الكتاب
b. Menerima tanwin, contoh: مَدْرَسَةٌ, زيد,مكتب
d. Dapat dimasuki huruf
nida’ ,contoh: يا احمد
c. Musnad Ilaih yang berupa fa’il dan mubtada’ , contoh: جاء محمد
e. Bisa di dahului oleh
huruf jar.
Huruf jar yaitu
(didalam) في, (ke) الي, (dari) من, ( عن, (diatas) علي , (seperti) الكاف, (dengan) الباء. Contoh: (didalam masjid) في المسجد (ke rumah)الي بيت ,(dari kelas) من فصل.
Sedangkan tanda-tanda
kalimat fi’il yaitu apabila dapat dimasuki oleh huruf-huruf:
1.
قد نحو قد قام زيد
2.
س نحو سيقول
3.
سوف نحو سوف تعلمون
4.
تاء التاءنيث مع التسكين نحو قامت هند
5.
ضمير رفع متحرك نحو جلست على الكرسي
DAFTAR PUSTAKA
Moch Anwar. 1995.
Ilmu Nahwu: Terjemah Matan Al Ajurumiyyah Dan Imriti Berikut Penjelasannya.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Abu An’im. 2009. Sang
Pangeran Nahwu Al Ajurumiyyah Pengantar Memahami Dan Mahir Matan Al
Ajurumiyyah. Jawa Barat: Mu’jizat Group.
Achmad Sunarto.
Terjemah Al Ajurumiyyah Makna Pegon Dan Terjemah Indonesia. Surabaya:
AL-MIFTAH.