Macam-macam Jumlah


JUMLAH DAN MACAM-MACAMNYA
MAKALAH
Ditulis Dan Dipresentasikan Dalam Rangka Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Nahwu Tathbiqy Yang Dibimbing Oleh Abdul Muqit, M.Pd


Disusun oleh kelompok 1:
1.      Zuro’atus sa’adah       (T20152060)
2.      Rudi                            (T20152061)
3.      Nur Khamidah                        (T20152067)



INSITITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMUN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
September 2016

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
Alhamdulillahirobbil’alaminsegala puji bagi Allah SWT., Tuhan semesta alam yang telah mencurahkan ni’mat-Nya kepada kita semua, sehingga dengan pertolongan-Nya kita dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “jumlah wa anwanguha”  ini.
Ucapan terimakasih kepada Bapak Dosen dan teman-teman yang telah memberikan saran dan bantuannya didalam proses pembuatan  makalah ini. Makalah ini sengaja dibuat sebagai salah satu belajar mengenai jumlah didalam ilmu nahwu dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah NAHWU TAHTBIQY.
Didalam penyusunan makalah ini, mungkin masih terdapat beberapa kesalahan yang belum kami mengerti. Oleh karena itu, Kami mohon maaf apabila di dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan-kekurangan, dan kami sangat besar hati dan berlapang dada apabila Bapak Dosen, teman-teman dan para pembaca memberikan saran dan kritiknya kepada kami, demi perbaikan pembuatan makalah yang selanjutnya.
Wassalamu’alikum Wr. Wb.,



Jember, September 2016

Penyusun        
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................... i
KATA PENGNTAR.......................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang....................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................. 1
C.     Tujuan..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  PengertianJumlah................................................................. 2
2.2  PengertianJumlahIsmiyah..................................................... 3
2.3  PengertianJumlahFi’liyah..................................................... 5
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 9







BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Dalam Pendidikan Bahasa Arab banyak ilmu-ilmu yang perlu diketahui seperti Ilmu Nahwu, Ilmu Shorof dan Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa Arab. Dalam ilmu nahwu banyak materi-materi yang disajikan. Oleh karena itu penulis mengangkat sebuah materi yang berjudul ”JUMLAH DAN MACAM-MACAMNYA”, yang mana materi ini salah satu materi penting yang mana harus diketahui dalam ilmu Nahwu. Materi ini juga merupakan materi yang penting ketika kita ingin mempelajari kitab-kitab kuning. Makalah ini juga disusun karena merupakan tugas kelompok yng diberikan oleh Bapak Dosen yang bersangkutan dalam mata kuliah NAHWU TATHBIQY.

B.   Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Jumlah?
2.      Apa saja macam-macam jumlah?
3.      Apa yang dimaksud jumlah ismiyah?
4.     Apa yang dimaksud jumlah fi’liyah?

C.   TUJUAN
1.      Untuk mengetauhi pengertian dari Jumlah dan pembagiannya.
2.      Untuk mengetahui maksud dari Jumlah Ismiyah.
3.      Untuk mengetahui maksud dari Jumlah Fi’liyah.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Jumlah
Jumlah (kalimat) merupakan susunan dari dua kata yang mempunyai arti. Jumlah didalam bahasa arab terbagi menjadi dua yaitu jumlah fi’liyah dan jumlah ismiyah. Jumlah Ismiyah dan jumlah fi’liyah dapat disebut juga dengan jumlah mufidah (kalimat sempurna).
Jumlah mufidah (kalimat sempurna) yaitu susunan kalimat yang mengandung pengertian tertentu yang dapat dipahami oleh lawan bicara tanpa menimbulkan pertanyaan lagi.
Dalam membuat jumlah mufidah biasanya terdiri dari susunan dua kata ataupun lebih. Contoh:
Ø  Taman itu indah  الحديقة جميلة
Ø  Sekolah itu luas     المدرسة واسع
Ø  Qur’an itu telah di baca قرء القرءان   
Ø  Saya duduk diatas kursi  جلست على الكرسى  

Dari beberapa contoh-contoh di atas pada kalimat (al hadiqah jamilah) taman itu indah terdiri dua suku kata isim. Seseorang yang membaca atau mendengar kalimat tersebut dapat dipastikan sudah faham dengan kalimat tersebut  karena ungkapan ini mengandung pengertian yang jelas tanpa menimbulkan pertanyaan lagi oleh karena itu di sebut kalimat sempurna, dan begitupula pada contoh-contoh yang lainnya.
            Seperti halnya yang telah kita ketahui sebelumnya bahwasanya jumlah fi’liyah dan ismiyah disebut sebagai jumlah mufidah. Kemudian, apa yang dimaksud dengan jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah tersebut?? Berikut Penjelasannya.







2.2.Pengertian Jumlah Ismiyah

كل جملة  تتر كب من مبتد ا وخبرتسمى جملة اسمية

Jumlah Ismiyah merupakan setiap kalimat yang tersusun dari mubtada dan khabar. Mubtada’ adalah Isim yang terletak di awal Jumlah yang di baca Rofa’. Sedangkan Khobar adalah Isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna (jumlah al mufidah)
Selainitu, Jumlah ismiyah merupakan setiap susunan kalimat yang ditandai dengan diawali dengan kalimat Isim. Kalimat Isim merupakan lafadz yang mempunyai arti sendiri tanpa disertai oleh zaman yang biasanya dikenal dengan kata benda. Contohnya: (masjid) مسجد , (sekolah) مدرسة

2.2.1 Tanda-tanda kata benda ((الاسم
            Suatu kalimat dapat diketahui bahwa itu merupakan kalimat isim yaitu apabila suatu kalimat tersebut mempunyai tanda-tanda seperti dibawah ini:
a. Menerima AL, contoh: اْلمَدْرَسَةُ , المصباح, الكتاب
b. Menerima tanwin, contoh: مَدْرَسَةٌ, زيد,مكتب
d. Kemasukan huruf nida’ ,contoh: يا احمد
c. Musnad Ilaih yang berupa fa’il dan mubtada’ , contoh: جاء محمد
e. Bisa di dahului oleh huruf jar.
Huruf  jar yaitu (didalam) في, (ke)  الي, (dari) من, ( عن, (diatas) علي , (seperti)  الكاف, (dengan) الباء. Contoh: (didalam masjid) في المسجد (ke rumah)الي بيت ,(dari kelas) من فصل.

Contoh jumlah Ismiyah:
Ø  المَسْجِدُ كَبِيْرٌ     (masjid itu besar)
Ø  العلم نور        (ilmu itu adalah cahaya)
Ø  الدَارُ وَاسِعَةٌ     (rumah itu luas )

Dari beberapa contoh di atas kita ambil salah satu yakni darilafadz al masjidu kabiirun. Almasjidu dapat dikatakan sebagai kalimat isim karena mempunyai tanda yaitu dapat menerima imbuhan Al.Dan lafadz Almasjidu disini disebut sebagai mubtada’, dan lafadz kabiirun adalah khobar.



            2.2.2. Kaidah-kaidah
DalamJumlahismiyahterdapatkaidah-kaidah yang harus diperhatikan diantaranya:
v  Dibaca Rofa
Tanda Rofa’ pada Isim adalah dhommah, wawudan  alif.
Contoh:البَيْتُ صَغِيْرٌ rumah itu kecil), al muslimuuna mahiiruunaالمُسْلِمُوْنَ مَهِيْرُوْنَ ( orang-orang muslim itu pintar), al tholibaani ‘alimaaniالطَالِبَانِ عَاِلمَانِ   ( dua murid itu pintar).

v  Mubtada’ harus berupa  Isim Ma’rifat.
Yang di maksud Isim Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya. Isim ma’rifat bisa berupa:
·                  Isim alam ( nama sesuatu) contoh: اَحْمَد , اِنْدُوْنِيْسِيَا
·                isim dhomiir munfasil yaitu isim yang digunakan sebagai kata ganti orang. Yaitu: هو (dia Laki-laki 1),  هما ( dia laki-laki 2),هم ( mereka laki-laki banyak),   هي  ( dia perempuan 1), هما  ( dia perempauan 2),   هنّ ( mereka pr),    انت  ( kamu laki-laki 1),   انتما  ( kamu laki-laki 2),  انتم (kalian laki-laki),  انت (kamu 1 perempuan),  انتما (kamu 2 perempuan),انتنّ ( kalian perempuan),  انا (saya),    نحن  ( kami / kita).
Contoh: هُوَ طَوِيْلٌ ( dialaki-laki 1 tinggi),  اَنْتَ مُدَرِسٌ ( kamu laki-laki 1 guru) 

·         Isim yang kemasukan al. Contoh:    الفصل جميل ( kelas itu indah)

v  Khobar berupa isim nakiroh(isim yang maknanya masih bersifat umum) dan ditandai dengan tanwin.Contoh:) البِلَاطَ نَظِيْف lantai itu bersih)
v  Mubtada’ dan khobar harus bersesuaian dalam hal muannas dan muzakar serta mufrod, musanna dan jama’nya. Contoh:  فَاطِمَةُ جَمِيْلَةٌ  (fathimah itu cantik)الزيدان قائمان  ( dua zaid berdiri ).


2.3. Pengertian Jumlah Fi’liyyah
Jumlah fi’liyyah merupakan susunan dua kalimat atau lebih yang diawali dengan fi’il (kata kerja) . Fi’il merupakan suatu kalimat yang menunjukkan arti serta bersamaan dengan zaman (madhi,hal, atupun mustaqbal). Contohnya: جاء  , يقوم  , ضرب.
Adapun contoh dari jumlah fi’liyah yaitu:جَلَسْتُ عَلَى الْكُرْسِي(saya telah duduk diatas kursi) جَاءَ زْدٌ  , (zaid telah berdiri), dll.

2.3.1. Tanda-tanda fi’il
Adapun tanda-tanda yang terdapat dalam kalimat fi’il yaitu dapat dimasuki oleh huruf dibawah ini:

1.                   قد نحو قد قام زيد
2.                   س نحو سيقول
3.        سوف نحو سوف تعلمون    
4.             تاء التاءنيث مع التسكين نحو قامت هند 
5.             ضمير رفع متحرك نحو جلست على الكرسي 







2.3.2. Kalimat Fi’il jika ditinjau dari pelakunya :
Kalimat Fi’il apabila dilihat dari  keadaan pelakunya terbagi menjadi dua macam yaitu: Fi’il Mabni ma’lum (kata kerja aktif) dan fi’il mabni majhul (kata kerja pasif).


a.      Fi’il mabni ma’lum (kata kerja aktif)
 Susunan Fi’il Mabni ma’lum adalah susunan kalimat yang fi’ilnya disebutkan di dalam  sebuah kalam, baik fa’il itu berupa dhomir ataupun dzohir.
Contoh: ضَرَبَ مُحَمَّدٌ عَمْرًا   (Muhammad telah memukul umar)
            Dari kata tersebut pelaku (fa’il) dari pekerjaan tersebut telah kita ketahui yakni Umar.

b.      Fi’il mabni majhul (kata kerja pasif)
Mabni majhul adalah ialah kalimat yang tidak dsebutkan fa’ilnya dalam kalam, kemudian Maf’ul bih menggantikan kedudukan fa’il (dalam menyaandarkan fi’il pada maf’ul)
Contoh: سُرِقَ الْماَلَ     (harta itu telah dicuri)
Dari contoh tersebut tidak dapat kita ketahui pelaku dari pencurian tersebut.

c.       Cara membuat fi’il mabni majhul
v  Dari fi’il madhi
Untuk membuat fi’il mabni majhul dari fi’il madhi yaitu dengan menggunakan patokan:
ضم اوله وكسر ما قبل اخره                                                                    
Yaitu dengan mendhummahkan huruf awalnya dan mengkasrahkan huruf sebelum akhir. Contoh: ضَرَبَ menjadi   ضُرِبَ
Adapun perincian lebih lanjut seperti dibawah ini:
·         Fi’il tsulasi dan ruba’i.
Untuk fi’il madhi tsulasi dan ruba’i maka huruf awal harus dibaca dhomah dan huruf sebelum akhir dibaca kasroh.
·         Fi’il madhi diawali dengan ta’ tambahan.
·         Fi’il madhi diawali dengan hamzah washol.
·         Apabila berupa fi’il sudasi, maka huruf alif tersebut diubah dengan ya’, sedangkan hamzah dan huruf yang ketiga dibaca dhomah.

v  Dari fi’il mudhori’
Untuk membuat fi’il mabni majhul dari fi’il udhori’ yaitu dengan menggunakan patokan:
ضم اوله وفتح ما قبل اخره                                                                     
Yaitu dengan mendhummahkan huruf awalnya dan memfathahkan  huruf sebelum akhir. Contoh: يَضْرِبُ menjadi   يُضْرَبُ   . Adapun Penjelasan lebnih lanjut sebagai berikut:

·         Fi’il stulasi dan ruba’i awalnya diharokati dhummah dan huruf sebelum akhir dibaca fathah
·         Fi’il mudhori’ yang fi’ilnya ada ta’ tambahan.
·         Fi’il mudhori’ yang fi’il madhinya dimulai hamzah washol.














BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : Jumlah mufidah merupakan susunan dua kalimat atau lebih yang mempunyai arti tertentu yang jelas tanpa menimbulkan pertanyaan bagi setiap pembaca ataupun pendengar. Dalam kalimat sempurna terdapat dua jumlah yaitu jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah. Jumlah fi’liyyah adalah susunan kata yang diawali dengan fi’il, sedangkan jumlah Ismiyyah adalah susunan kata yang diawali dengan isim.
            Suatu kalimat dapat diketahui kalimat isim ataupun kalimat fi’il melalui tanda-tanda yang ada pada keduanya. Diantara tanda-tanda kalimat isim diantaranya:
a. Menerima AL, contoh: اْلمَدْرَسَةُ , المصباح, الكتاب
b. Menerima tanwin, contoh: مَدْرَسَةٌ, زيد,مكتب
d. Dapat dimasuki huruf nida’ ,contoh: يا احمد
c. Musnad Ilaih yang berupa fa’il dan mubtada’ , contoh: جاء محمد
e. Bisa di dahului oleh huruf jar.
Huruf  jar yaitu (didalam) في, (ke)  الي, (dari) من, ( عن, (diatas) علي , (seperti)  الكاف, (dengan) الباء. Contoh: (didalam masjid) في المسجد (ke rumah)الي بيت ,(dari kelas) من فصل.
Sedangkan tanda-tanda kalimat fi’il yaitu apabila dapat dimasuki oleh huruf-huruf:
1.                   قد نحو قد قام زيد
2.                   س نحو سيقول
3.        سوف نحو سوف تعلمون    
4.             تاء التاءنيث مع التسكين نحو قامت هند 
5.             ضمير رفع متحرك نحو جلست على الكرسي 




DAFTAR PUSTAKA
Moch Anwar. 1995. Ilmu Nahwu: Terjemah Matan Al Ajurumiyyah Dan Imriti Berikut Penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Abu An’im. 2009. Sang Pangeran Nahwu Al Ajurumiyyah Pengantar Memahami Dan Mahir Matan Al Ajurumiyyah. Jawa Barat: Mu’jizat Group.
Achmad Sunarto. Terjemah Al Ajurumiyyah Makna Pegon Dan Terjemah Indonesia. Surabaya: AL-MIFTAH.
Te











Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel