PERUMUSAN MASALAH DALAM METODE PENELITIAN KUALITATIF




BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
Penelitian jenis apa pun titik tolaknya tidak lain bersumber pada masalah. Tanpa masalah  penelitian  itu tidak dapat di laksanakan. Masalah itu akan  memulai pemikiran suatu penelitian , sudah harus di pikirkan dan di rumuskan  secara jelas, sederhana, dan tuntas. Hal itu disebabkan oleh seluruh unsur penelitian lainnya berpangkal pada perumusan masalah tersebut. Di pihak lain kadang-kadang perumsan masalah di anggap sepele atau di pandang  enteng oleh peneliti, calon peneiti atau mahasiswa yang akan mempersiapkan skripsi, tesis atau disertasinya. Hal itu dapat dilihat pada usulan penelitian atau  proposal penelitian yang perumusan  masalahnya tidak mantap sama sekali. Oleh karena itu, uraian dalam bab ini akan memberikan banyak contoh perumusan masalah dengan maksud agar pembaca memperoleh pengalaman praktis dari para peneliti kawakan. Sesudah analisis hasil pengalaman para peneliti, kemudian dikemukakan prinsip-prinsip perumusan masalah. Pada bagian ini dikemukakan juga tatacara perumusan masalh sehingga atas dasar itu para pembaca diharapkan kelak secara mantap dapat merumuskan masalah penelitiannya sendiri.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cara menemukan dan merumuskan masalah?
2.      Apa pengertian perumusan masalah?
3.      Apa fungsi rumusan masalah kualitatif ?
4.      Apa kriteria perumusan masalah ?
5.      Bagaimana teknik-teknik perumusan masalah beserta contohnya ?
C.    Tujuan penulisan
1.      Untuk mengetahui cara menemukan dan merumuskan masalah
2.      Memahami pengertian perumusan masalah
3.      Mengetahui fungsi rumusan masalah
4.      Mengetahui kriteria-kriteria perumusan masalah
5.      Mengetahui teknik-teknik perumusan masalah


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Penemuan dan Perumusan Masalah Penelitia
Ada beberapa cara untuk menemukan dan merumuskan masalah penelitian. Perlu ditegaskan lagi bahwa ketidak sesuaian antarara  yang harapakan dengan yang terjadi hanyalah salah satu bentuk masalah penelitian.
Menurut Silverman (1985: 4-9) ada lima dasar penemuan dan perumusan masalah penelitian. Pertama adalah masalah penelitian berdasarkan pada kepedulian seseorang terhadap teori.Peneliti melakukan penelitian karna dia beranggapan atau menemukan ada masalah dengan teori dan konsep tertentu. Sehubungan dengan itu, dia mempunyai masalah yang hendak ia jawab dengan melakukan penelitian yang berhubungan dengan teori dan konsep tertentu. Sebagai contoh Joel Khan melakukn penelitian di sungai Pua, Kabupaten Agam Provinsi Sumatra Barat, karna ada masalah yang dia temukan pada teori Marxis. Dia ingin memodifikasi penemuan tersebut berdasarkan penelitianya (lih.Khan, 1982).
Kedua, menurut Silverman, masalah penelitian berdasarkan atau adanya persoalan metodologis. Hal yang dia maksud adalah peneliti melakukan penelitian karna dia memandang ada masalah yang berkaitan dengan metode peneliti yang sbelumnya telah di lakukan oleh peneliti lain. Dalam hal ini peneliti mempunyai masalah yang hendak ia jawab yang berhubungan dengan metode tertentu. Mungkin penelitian sebelumya menggunakan metode penelitian kuantitatif sehingga hasil penelitian tersebut dipertanyakan oleh si peneliti. Mungkin saja dia igin melakukan study mengenai hal yang sama dengan menggunakan metode penelitian kualitatif  untuk menjawab dan menelaah hal yang sama.
Ketiga, kata berdasarkan atas adanya realitas yang teka-teki (a puzzel datum). Hal ini berarti, seorang peneliti melakukan penelitian bukan karna ada masalah teori dan metodologis, melainkan karna ada masalah yang berkaitan dengan realitas tertentu yang seorang peneliti belum mengetahui jawabanya  atau suatu hal belum ada jawabanya. Menurut pandangan Gidden(2002: 641) katanya, masalah tersebut ada bukan  hanya karena adanya kekurangan pengetahuan tentang suatu hal, tetapi juga karena ada jurang pemahaman atau pengetahuan mengenai realitas tertentu. Artinya, jawaban mengenai masalah tersebut masih diperdebatkan.Gidden menganjurkan para ahli sosiologi untuk meneliti realitas yang masih teka-teki ini.
Beberapa contoh penelitian dilakukan karena adanya realitas yang teka –teki adalah sebagai berikut.Afrizal (2005) melakukan penelitian berdasarkan ada banyak konflik agraria yang terjadi setelah masa reformasi Indonesia dan belum jelasnya mengenai penyebab konflik tersebut. Sciortino(1995) meneliti realitas sosial bidan-bidan Puskesmas di Jawa dan ingin tahu tugas-tugas harian para bidan, bagai mana mereka berhubungan dengan dokter, bagaimana mereka berhubungan dengan pasien, dan sebagainya berdasarkan suatu pemahamanya dari bacaan belum adnya pengetahuan yang memadai tentang realitas sosial para bidan yang ada di Puskesmas.
Keempat, disamping ketiga dasar perumusaan masalah yang membuat orang melakukan penelitian yang didiskusikan diatas, masalah penelitian juga dapat berasal dari adanya jurang antara das sein dan das sollen.Ini adlah masalah dalam artian perbedaan antara yang diharapkan dengan kenyataan.Masalah penelitian bersumber dari masalah masalah sosial termasuk kedalam kategori ini..Contohnya, masalah penelitian dapat berupa seharusnya angka kemiskinan rendah, tetapi yang terjadi angka kemiskinan tinggi. Masalah penelitian yang keempat ini adalah masalah sosial yang pan sebagai kajian sosiologi terapan dan sekema Hibah  Bersaing penelitian  DP2M Dikti. Dalam hal ini, masalah penelitianya adalah belum adanya atau belum sempurnanya pemecahan suatu masalah.[1]
B.     Pengertian Rumusan Masalah
Rumusan masalah berbeda dengan masalah.Kalau masalah itu merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dan yang terjadi. Maka perumusan masalah itu adalah suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabanya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan perumusan masalah, karena setiap perumusan masalah harus didasarkan pada suatu masalah.[2]
Masalah, merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi, penyimpangan antara teori dengan praktik, penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, dan penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan, dan penyimpangan antara pengalaman masa lampau dengan yang terjadi sekarang. Yang diharapkan keuntungan Rp.10.000.000 tetapi yang terjadi hanya Rp.5.000.000, sehingga timbul masalah. Yang diharapkan iklim kerja kondusif, tetapi yang terjadi tidak menyenangkan. Yang diharapkan masyarakatnya agamis, tetapi yang terjadi justru jauh dari nilai-nilai agama. Pada gambar berikut. Besar kecilnya masalah terlihat dari besar kecilnya sudut yang di tengah.

                                                                    Yang terjadi

                                                        Masalah      
                                                                                         Yang di harapkan

Gambar .1
 Masalah merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi.[3]
           
C.    Fungsi Perumusan Masalah Penelitian Kualitatif
Guna perumusan masalah penelitian dalam penelitian kualitatif adalah untuk menyelesaikan masalah dengan melakukan penelitian. Bagian perumusan masalah dalam proposal penelitian kualitatif, dengan demikian merupakan ruang untuk memfokusakan penelitian, sehingga seorang peneliti mempunyai acuan yang jelas ketika melakukan penelitian dan para seponsor dan pembimbing mengetahui pokok persoalan yang akan diteliti.
Disamping itu perumusan masalah memberikan informasi kepada peneliti dan apa yang harus dan tidak harus dikumpulkn, walaupun focus penelitian dapat berkembang di lapangan (Miles dam Huberman 1992: 38-46). Dengan demikian, perumusan masalah mestilah juga berisikan diskusu mengenai bagai mana masalah akan dijawab dalam penelitian, tidak cukup hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian saja.[4]

D.    Kriteria Perumussan Masalah
Pada dasarnya, suatu penelitian harus mempunyai masalah yang akan diteliti.Dan menurut beberapa ahli kriteria perumusan msalah akan di uraikan sebagai berikut.
1.      Fraenkel dan Wallen (1990:20) mengemukakan sebagai berikut:
a)      Masalah harus fleksibel, artinya perumusan masalah tersebut harus dapat dijawab melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga, dan waktu.
b)      Rumusan masalah harus jelas, artinya semua orang memberikan persepsi yang sama rerhadap masalah tersebut.
c)      Rumusan masalh harus signifikan, artinya jawaban masalah yang diberikan harus memberikan kontribusi terhadp pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan ini.
d)     Rumusan masalah harus etis, artinya masalah tersebut tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama.

2.      Tucman (1988;25) mengemukakan bahwa perumusan yang baik adalah sebagai berikut:

a)      Adanya hubungan antar dua fariabel atau lebih.
b)      Masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya atau alternative lain yang mengandung pertanyaan.
c)      Rumusan masalah hendaknya memberi petunjuk tentang kemungkinan mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tekandung dalam rumusan masalah tersebut
d)     Rumusan masalah hendaknya padat[5]


E.     Teknik-teknik  perumusan masalah
Berikut ini akan di kemukakan langkah-langkah perumusan masalah penelitian. Adapun teknik-teknik perumusan masalah adalah sebagai berikut ini.
Langkah 1: Tentukan focus penelitia
Langkah 2 : Cari berbagai kemungkinan factor yang ada kaitanya dengan focus tersebut                                                 yang dalam hal ini disebut subfokus .
Langkah 3 : Dari antara focus-fokus yang terkait adakan pengkajian mana yang sangat menarik  untuk  ditelaah, kemudian tentukan mana yang akan dipilih.
Langkah 4: Kaitkan secara logis factor-faktor subfokus yang dipilih dengan focus penelitian.
Contoh Teknik Perumusan Masalah
Langkah 1:
            Sebelum menentukan focus penelitian tentu saja seorang peneliti harus mememiliki topic penelitian terlebih dahulu. Dalam hal ini missal tipok permasalahanya adalah Kegiatan Bebas Seks di Kalangan Remaja. Bedasarkan topik tersebut focus penelitianya adalah kegiatan bebes seksual.

Langkah 2:
            Peneliti tertarik ingin meneliti berbagai kemungkinan penyebab terjadinya kegiatan bebas seks dikalangan remaja.Berdasarkan hal itu peneliti mencari berbagai kemungkinan terjadinya kegiatan bebas seks tersebut.
            Faktor-faktor berupa sub-subfokus tersebut adalah adalah pengaruh film porno, cinta muda, pengaruh lingkungan remaja, nilai etika dan norma-norma agama yang longgar, kebebasan pergaulan remaja, pengaruh kehidupan malam remaja di café dll, tidak adanya pendidikan seksual di rumah atau di sekolaah. Upaya pencarian berbagai subfokus itu berdasarkan pada hasil penelaahan hasil pustaka, media massa, cerita dengan para remaja dan lain lain.
Langkah 3:
            Kedelapan focus dan subfokus yang dikemukankan semuanya menarik untuk di teliti,naun peneliti hanya ingin meneliti ketujuh factor yang telah di sebutkan pertama, sedangkan yang terakhir yaitu tidak adanya pendidikan seksual di rumah atau di sekolah tidak diteliti.
Langkah 4:
            Langkah ini adaalah pengaitan setiap factor yang di pilih dengan focus penelitian .Dengan demikian rumusan masalah penelitian tersebut dapatlah di dilakukan. Namun demukian ada dua cara perumusan masalah tentu saja sebagai peneliti menetapkan cara mana yang akan ditempuh apakah cara diskusi atau secara proporsional.Selain itu, dalam penelitian-penelitian yang umum digunakan pertanyaan-pertanyaan: apakah, bagaimana, dan mengapa,. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka selaku peneliti memilih cara proporsional. Dengan demikian perumusan masalah penelitian menjadi:
1.      Di kalangan remaja yang melakukan kegiatann bebas seks apakah biasanya mereka menonton film porno?
2.      Bagaimana peranan cinta muda pada kehidupan bebas seks di kalangan remaja?
3.      Bagaimanakah peranan cinta muda dalam kegiatan bebas seks di kalangan remaja?
4.      Apakah kegiatan bebas seks yang di lakukan remaja karena adanyaa pengaruh lingkungan pergaulan bebas?
5.      Bagaimanakah peranan etika moral dan agama di kalamgan remaja yang melakukan kegiatan seks bebas ?
6.      Apakah pengaruh kehidupan malam di café bagi remaja berakibat pada kehidupan bebas seks mereka ?
7.      Bagaimana kegiatan bermain internet dengan menonton kegiatan seks berakibat pada kehidupan seks bebas di kalangan remaja?
Dati rumusan masalah tersebut jelas merupakan kaitan dua factor yaitu antara focusdengan kemungkinan-kemungkinan penyebabnya. Jika selaku peneliti seseorang ingin merumuskannya secara diskusi sehingga lebih memperjelas setiap factor yang di pilih sebagai kemungkinan penyebab kehidupan bebas seks dikalangan remaja tentu saja hal itu biasa dilakukan. Perlu di tambahkan bahwa sewaktu sudahberada di lapangan penelitian, ketika peneliti berwawan cara dengan kaum remaja yang terlibat kehidupan bebas seks tersebut lalu menemukan kemungkinan-kemungkinan penyebab lainya, hal demikian tentu saja sangatlah di perlukan. Misalnya hanya dengan memilih dua buah factor saja dan memperoleh banyak kemungkinan penyebab sewaktu berada di lapangan tentu saja hal itu dapatlah dilakukan.[6]


Bab III
Penutup
3.      Kesimpulan
1.      Menurut Silverman (1985: 4-9) ada empat dasar penemuan dan perumusan masalah penelitian. Pertama adalah masalah penelitian berdasarkan pada kepedulian seseorang terhadap teori. Kedua, menurut Silverman, masalah penelitian berdasarkan atau adanya persoalan metodologis. Ketiga, kata berdasarkan atas adanya realitas yang teka-teki (a puzzel datum). Keempat, disamping ketiga dasar perumusaan masalah yang membuat orang melakukan penelitian yang didiskusikan diatas, masalah penelitian juga dapat berasal dari adanya jurang antara das sein dan das sollen
2.      Masalah, merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi, penyimpangan antara teori dengan praktik, penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, dan penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan, dan penyimpangan antara pengalaman masa lampau dengan yang terjadi sekarang.
3.      Guna perumusan masalah penelitian dalam penelitian kualitatif adalah untuk menyelesaikan masalah dengan melakukan penelitian. perumusan masalah memberikan informasi kepada peneliti dan apa yang harus dan tidak harus dikumpulkn, walaupun focus penelitian dapat berkembang di lapangan.
4.      Kriteria perumusan masalah menurut Fraenkel dan Wallen harus fleksible, jelas dan tidak menghabiskan banyak waktu dan dana, signifikan, dan etis. Sedangkan menurut  Tucman perumusan masalah harus ada hubungannya antar dua fariabel atau lebih, hendaknya di rumuskan dalam bentuk kalimat yang mengandung pertanyaan, hendaknya memberi petunjuk tentang kemungkinan mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tekandung dalam rumusan masalah tersebut.
5.      Teknik-teknik dalam perumasan masalah yaitu menentukan fokus penelitian, mencari berbagai kemungkinan factor yang ada kaitannya dengan fokus. Lalu diantara fokus-fokus tersebut adakan pengkajian yang sangat menarik untuk ditelaah, kaitan secara logis faktor-faktor sub fokus yang dipilih dengan fokus penelitian.

ss
Daftar Pustaka
Moleong J. Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R&D. Bandung. Alfabeta
Afrizal.2015. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Kasiram. 2010. Metodologi Penelitian. Malang: UIN Maliki Press
Sugiyono.2015.memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta


[1]Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif(Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2015), 107.
[2]Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif R&B,(Bandung: Alvabeta,2014), 35
[3] Prof.Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), 29
[4]Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2015),115
[5]Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif,(Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2008), 244
[6]Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung, Remaja Rosdakarya,2012),  119

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel