PERUMUSAN MASALAH DALAM METODE PENELITIAN KUALITATIF
Friday, 13 May 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penelitian jenis apa pun titik
tolaknya tidak lain bersumber pada masalah. Tanpa masalah penelitian
itu tidak dapat di laksanakan. Masalah itu akan memulai pemikiran suatu penelitian , sudah
harus di pikirkan dan di rumuskan secara
jelas, sederhana, dan tuntas. Hal itu disebabkan oleh seluruh unsur penelitian
lainnya berpangkal pada perumusan masalah tersebut. Di pihak lain kadang-kadang
perumsan masalah di anggap sepele atau di pandang enteng oleh peneliti, calon peneiti atau
mahasiswa yang akan mempersiapkan skripsi, tesis atau disertasinya. Hal itu
dapat dilihat pada usulan penelitian atau
proposal penelitian yang perumusan
masalahnya tidak mantap sama sekali. Oleh karena itu, uraian dalam bab
ini akan memberikan banyak contoh perumusan masalah dengan maksud agar pembaca
memperoleh pengalaman praktis dari para peneliti kawakan. Sesudah analisis
hasil pengalaman para peneliti, kemudian dikemukakan prinsip-prinsip perumusan
masalah. Pada bagian ini dikemukakan juga tatacara perumusan masalh sehingga
atas dasar itu para pembaca diharapkan kelak secara mantap dapat merumuskan
masalah penelitiannya sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara
menemukan dan merumuskan masalah?
2. Apa pengertian
perumusan masalah?
3. Apa fungsi rumusan
masalah kualitatif ?
4. Apa kriteria
perumusan masalah ?
5. Bagaimana teknik-teknik
perumusan masalah beserta contohnya ?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui
cara menemukan dan merumuskan masalah
2. Memahami pengertian
perumusan masalah
3. Mengetahui fungsi rumusan
masalah
4. Mengetahui
kriteria-kriteria perumusan masalah
5. Mengetahui
teknik-teknik perumusan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penemuan dan Perumusan Masalah
Penelitia
Ada beberapa
cara untuk menemukan dan merumuskan masalah penelitian. Perlu ditegaskan lagi
bahwa ketidak sesuaian antarara yang
harapakan dengan yang terjadi hanyalah salah satu bentuk masalah penelitian.
Menurut Silverman (1985: 4-9) ada lima dasar penemuan dan perumusan
masalah penelitian. Pertama adalah masalah penelitian berdasarkan pada
kepedulian seseorang terhadap teori.Peneliti melakukan penelitian karna dia
beranggapan atau menemukan ada masalah dengan teori dan konsep tertentu.
Sehubungan dengan itu, dia mempunyai masalah yang hendak ia jawab dengan
melakukan penelitian yang berhubungan dengan teori dan konsep tertentu. Sebagai
contoh Joel Khan melakukn penelitian di sungai Pua, Kabupaten Agam Provinsi
Sumatra Barat, karna ada masalah yang dia temukan pada teori Marxis. Dia ingin
memodifikasi penemuan tersebut berdasarkan penelitianya (lih.Khan, 1982).
Kedua,
menurut Silverman, masalah penelitian berdasarkan atau adanya persoalan
metodologis. Hal yang dia maksud adalah peneliti melakukan penelitian karna dia
memandang ada masalah yang berkaitan dengan metode peneliti yang sbelumnya telah
di lakukan oleh peneliti lain. Dalam hal ini peneliti mempunyai masalah yang
hendak ia jawab yang berhubungan dengan metode tertentu. Mungkin penelitian
sebelumya menggunakan metode penelitian kuantitatif sehingga hasil penelitian
tersebut dipertanyakan oleh si peneliti. Mungkin saja dia igin melakukan study
mengenai hal yang sama dengan menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menjawab dan menelaah hal yang sama.
Ketiga,
kata berdasarkan atas adanya realitas yang teka-teki (a puzzel datum). Hal ini
berarti, seorang peneliti melakukan penelitian bukan karna ada masalah teori
dan metodologis, melainkan karna ada masalah yang berkaitan dengan realitas
tertentu yang seorang peneliti belum mengetahui jawabanya atau suatu hal belum ada jawabanya. Menurut
pandangan Gidden(2002: 641) katanya, masalah tersebut ada bukan hanya karena adanya kekurangan pengetahuan
tentang suatu hal, tetapi juga karena ada jurang pemahaman atau pengetahuan
mengenai realitas tertentu. Artinya, jawaban mengenai masalah tersebut masih
diperdebatkan.Gidden menganjurkan para ahli sosiologi untuk meneliti realitas
yang masih teka-teki ini.
Beberapa contoh
penelitian dilakukan karena adanya realitas yang teka –teki adalah sebagai
berikut.Afrizal (2005) melakukan penelitian berdasarkan ada banyak konflik
agraria yang terjadi setelah masa reformasi Indonesia dan belum jelasnya
mengenai penyebab konflik tersebut. Sciortino(1995) meneliti realitas sosial
bidan-bidan Puskesmas di Jawa dan ingin tahu tugas-tugas harian para bidan, bagai
mana mereka berhubungan dengan dokter, bagaimana mereka berhubungan dengan
pasien, dan sebagainya berdasarkan suatu pemahamanya dari bacaan belum adnya
pengetahuan yang memadai tentang realitas sosial para bidan yang ada di
Puskesmas.
Keempat,
disamping ketiga dasar perumusaan masalah yang membuat orang melakukan
penelitian yang didiskusikan diatas, masalah penelitian juga dapat berasal dari
adanya jurang antara das sein dan das sollen.Ini adlah masalah dalam artian
perbedaan antara yang diharapkan dengan kenyataan.Masalah penelitian bersumber
dari masalah masalah sosial termasuk kedalam kategori ini..Contohnya, masalah
penelitian dapat berupa seharusnya angka kemiskinan rendah, tetapi yang terjadi
angka kemiskinan tinggi. Masalah penelitian yang keempat ini adalah masalah
sosial yang pan sebagai kajian sosiologi terapan dan sekema Hibah Bersaing penelitian DP2M Dikti. Dalam hal ini, masalah
penelitianya adalah belum adanya atau belum sempurnanya pemecahan suatu
masalah.[1]
B.
Pengertian Rumusan Masalah
Rumusan masalah
berbeda dengan masalah.Kalau masalah itu merupakan kesenjangan antara yang
diharapkan dan yang terjadi. Maka perumusan masalah itu adalah suatu pertanyaan
yang akan dicarikan jawabanya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat
kaitan erat antara masalah dan perumusan masalah, karena setiap perumusan
masalah harus didasarkan pada suatu masalah.[2]
Masalah,
merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi,
penyimpangan antara teori dengan praktik, penyimpangan antara aturan dengan
pelaksanaan, dan penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan, dan
penyimpangan antara pengalaman masa lampau dengan yang terjadi sekarang. Yang
diharapkan keuntungan Rp.10.000.000 tetapi yang terjadi hanya Rp.5.000.000,
sehingga timbul masalah. Yang diharapkan iklim kerja kondusif, tetapi yang
terjadi tidak menyenangkan. Yang diharapkan masyarakatnya agamis, tetapi yang
terjadi justru jauh dari nilai-nilai agama. Pada gambar berikut. Besar kecilnya
masalah terlihat dari besar kecilnya sudut yang di tengah.
Yang
terjadi
Masalah
Yang
di harapkan
Gambar .1
Masalah merupakan
kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi.[3]
C.
Fungsi Perumusan Masalah Penelitian Kualitatif
Guna perumusan
masalah penelitian dalam penelitian kualitatif adalah untuk menyelesaikan
masalah dengan melakukan penelitian. Bagian perumusan masalah dalam proposal
penelitian kualitatif, dengan demikian merupakan ruang untuk memfokusakan
penelitian, sehingga seorang peneliti mempunyai acuan yang jelas ketika
melakukan penelitian dan para seponsor dan pembimbing mengetahui pokok
persoalan yang akan diteliti.
Disamping itu
perumusan masalah memberikan informasi kepada peneliti dan apa yang harus dan
tidak harus dikumpulkn, walaupun focus penelitian dapat berkembang di lapangan
(Miles dam Huberman 1992: 38-46). Dengan demikian, perumusan masalah mestilah
juga berisikan diskusu mengenai bagai mana masalah akan dijawab dalam
penelitian, tidak cukup hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian saja.[4]
D.
Kriteria Perumussan Masalah
Pada dasarnya,
suatu penelitian harus mempunyai masalah yang akan diteliti.Dan menurut
beberapa ahli kriteria perumusan msalah akan di uraikan sebagai berikut.
1.
Fraenkel dan Wallen (1990:20) mengemukakan sebagai berikut:
a)
Masalah harus fleksibel, artinya perumusan masalah tersebut harus
dapat dijawab melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana,
tenaga, dan waktu.
b)
Rumusan masalah harus jelas, artinya semua orang memberikan
persepsi yang sama rerhadap masalah tersebut.
c)
Rumusan masalh harus signifikan, artinya jawaban masalah yang
diberikan harus memberikan kontribusi terhadp pengembangan ilmu dan pemecahan
masalah kehidupan ini.
d)
Rumusan masalah harus etis, artinya masalah tersebut tidak
berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan
agama.
2.
Tucman (1988;25) mengemukakan bahwa perumusan yang baik adalah
sebagai berikut:
a)
Adanya hubungan antar dua fariabel atau lebih.
b)
Masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya atau
alternative lain yang mengandung pertanyaan.
c)
Rumusan masalah hendaknya memberi petunjuk tentang kemungkinan
mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tekandung dalam
rumusan masalah tersebut
d)
Rumusan masalah hendaknya padat[5]
E.
Teknik-teknik perumusan
masalah
Berikut ini
akan di kemukakan langkah-langkah perumusan masalah penelitian. Adapun
teknik-teknik perumusan masalah adalah sebagai berikut ini.
Langkah 1: Tentukan focus penelitia
Langkah 2 : Cari berbagai kemungkinan factor yang ada kaitanya
dengan focus tersebut
yang dalam hal ini
disebut subfokus .
Langkah 3 : Dari antara focus-fokus yang terkait adakan pengkajian
mana yang sangat menarik untuk ditelaah, kemudian tentukan mana yang akan
dipilih.
Langkah 4: Kaitkan secara logis factor-faktor subfokus yang dipilih
dengan focus penelitian.
Contoh Teknik Perumusan Masalah
Langkah 1:
Sebelum menentukan focus penelitian tentu saja seorang peneliti
harus mememiliki topic penelitian terlebih dahulu. Dalam hal ini missal tipok
permasalahanya adalah Kegiatan Bebas Seks di Kalangan Remaja. Bedasarkan
topik tersebut focus penelitianya adalah kegiatan bebes seksual.
Langkah 2:
Peneliti tertarik
ingin meneliti berbagai kemungkinan penyebab terjadinya kegiatan bebas seks
dikalangan remaja.Berdasarkan hal itu peneliti mencari berbagai kemungkinan
terjadinya kegiatan bebas seks tersebut.
Faktor-faktor
berupa sub-subfokus tersebut adalah adalah pengaruh film porno, cinta muda,
pengaruh lingkungan remaja, nilai etika dan norma-norma agama yang longgar,
kebebasan pergaulan remaja, pengaruh kehidupan malam remaja di café dll, tidak
adanya pendidikan seksual di rumah atau di sekolaah. Upaya pencarian berbagai
subfokus itu berdasarkan pada hasil penelaahan hasil pustaka, media massa,
cerita dengan para remaja dan lain lain.
Langkah 3:
Kedelapan focus
dan subfokus yang dikemukankan semuanya menarik untuk di teliti,naun peneliti
hanya ingin meneliti ketujuh factor yang telah di sebutkan pertama, sedangkan
yang terakhir yaitu tidak adanya pendidikan seksual di rumah atau di sekolah
tidak diteliti.
Langkah 4:
Langkah ini
adaalah pengaitan setiap factor yang di pilih dengan focus penelitian .Dengan
demikian rumusan masalah penelitian tersebut dapatlah di dilakukan. Namun
demukian ada dua cara perumusan masalah tentu saja sebagai peneliti menetapkan
cara mana yang akan ditempuh apakah cara diskusi atau secara
proporsional.Selain itu, dalam penelitian-penelitian yang umum digunakan
pertanyaan-pertanyaan: apakah, bagaimana, dan mengapa,. Berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka selaku peneliti memilih cara proporsional.
Dengan demikian perumusan masalah penelitian menjadi:
1.
Di kalangan remaja yang melakukan kegiatann bebas seks apakah
biasanya mereka menonton film porno?
2.
Bagaimana peranan cinta muda pada kehidupan bebas seks di kalangan
remaja?
3.
Bagaimanakah peranan cinta muda dalam kegiatan bebas seks di
kalangan remaja?
4.
Apakah kegiatan bebas seks yang di lakukan remaja karena adanyaa pengaruh
lingkungan pergaulan bebas?
5.
Bagaimanakah peranan etika moral dan agama di kalamgan remaja yang
melakukan kegiatan seks bebas ?
6.
Apakah pengaruh kehidupan malam di café bagi remaja berakibat pada
kehidupan bebas seks mereka ?
7.
Bagaimana kegiatan bermain internet dengan menonton kegiatan seks
berakibat pada kehidupan seks bebas di kalangan remaja?
Dati rumusan masalah tersebut jelas merupakan kaitan dua factor yaitu
antara focusdengan kemungkinan-kemungkinan penyebabnya. Jika selaku peneliti
seseorang ingin merumuskannya secara diskusi sehingga lebih memperjelas setiap
factor yang di pilih sebagai kemungkinan penyebab kehidupan bebas seks
dikalangan remaja tentu saja hal itu biasa dilakukan. Perlu di tambahkan bahwa
sewaktu sudahberada di lapangan penelitian, ketika peneliti berwawan cara
dengan kaum remaja yang terlibat kehidupan bebas seks tersebut lalu menemukan
kemungkinan-kemungkinan penyebab lainya, hal demikian tentu saja sangatlah di
perlukan. Misalnya hanya dengan memilih dua buah factor saja dan memperoleh
banyak kemungkinan penyebab sewaktu berada di lapangan tentu saja hal itu
dapatlah dilakukan.[6]
Bab
III
Penutup
3.
Kesimpulan
1.
Menurut Silverman (1985: 4-9) ada empat
dasar penemuan dan perumusan masalah penelitian. Pertama adalah masalah
penelitian berdasarkan pada kepedulian seseorang terhadap teori. Kedua, menurut Silverman, masalah penelitian berdasarkan atau adanya persoalan
metodologis. Ketiga, kata berdasarkan
atas adanya realitas yang teka-teki (a puzzel datum). Keempat, disamping ketiga dasar perumusaan masalah yang membuat
orang melakukan penelitian yang didiskusikan diatas, masalah penelitian juga
dapat berasal dari adanya jurang antara das sein dan das sollen
2.
Masalah, merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa
yang terjadi, penyimpangan antara teori dengan praktik, penyimpangan antara
aturan dengan pelaksanaan, dan penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan,
dan penyimpangan antara pengalaman masa lampau dengan yang terjadi sekarang.
3.
Guna perumusan masalah penelitian dalam penelitian kualitatif
adalah untuk menyelesaikan masalah dengan melakukan penelitian. perumusan
masalah memberikan informasi kepada peneliti dan apa yang harus dan tidak harus
dikumpulkn, walaupun focus penelitian dapat berkembang di lapangan.
4. Kriteria perumusan masalah menurut Fraenkel
dan Wallen harus fleksible, jelas dan tidak menghabiskan banyak waktu dan dana,
signifikan, dan etis. Sedangkan menurut
Tucman perumusan masalah harus ada hubungannya antar dua fariabel atau
lebih, hendaknya di rumuskan dalam bentuk kalimat yang mengandung pertanyaan,
hendaknya memberi petunjuk tentang kemungkinan mengumpulkan data untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang tekandung dalam rumusan masalah tersebut.
5. Teknik-teknik dalam perumasan masalah yaitu
menentukan fokus penelitian, mencari berbagai kemungkinan factor yang ada
kaitannya dengan fokus. Lalu diantara fokus-fokus tersebut adakan pengkajian
yang sangat menarik untuk ditelaah, kaitan secara logis faktor-faktor sub fokus
yang dipilih dengan fokus penelitian.
ss
Daftar Pustaka
Moleong J. Lexy. 2011. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kualitatif
Kuantitatif Dan R&D. Bandung.
Alfabeta
Afrizal.2015. Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Kasiram. 2010. Metodologi Penelitian. Malang: UIN Maliki Press
Sugiyono.2015.memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta
[1]Afrizal, Metode Penelitian
Kualitatif(Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2015), 107.
[2]Sugiyono,
Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif R&B,(Bandung:
Alvabeta,2014), 35
[3] Prof.Dr.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), 29
[4]Afrizal, Metode Penelitian
Kualitatif (Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2015),115
[5]Kasiram,
Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif,(Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2008),
244
[6]Lexy J. Moleong, Metodologi
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung, Remaja Rosdakarya,2012), 119