Pertumbuhan dan perkembangan akhlak tasawuf di Indonesia beserta tokoh dan ajarannya



MAKALAH
“ AKHLAK TASAWUF “
Pertumbuhan dan perkembangan akhlak tasawuf di Indonesia beserta tokoh dan ajarannya
Pembimbing: DR. Muhammad zaini








Oleh :
Mochamad Husen Robiul Hidayatulloh      (084142089)
Sitta Maratus Solikah                                   (084142115)
Lusi Ramadhani                                            (084142101)





INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI JEMBER
JURUSAN TARBIYAH
SEPTEMBER 2015



BAB I
1.      PENDAHULUAN
a.      Latar belakang
Tasawuf merupakan bagian yang  dari kajian islam di Indonesia. Sejak masuknya islam di Indonesia , unsur  tasawuf telah mewarnai kehidupan keagamaan  masyarakat, bahkan hingga saat ini pun , nuansa  tsawuf masih kelihatan menjadi bagian yang tak terpisahkan  dari  pengalaman keagaman  sebagian kaum muslimin Indonesia. Hal ini terbukti dengan semakin maraknya kajian islam di bidang ini dan juga melalui gerakan tarekat muktabarah yang masih berpengaruh di kalangan masyarakat. Hawash abullah menyebutkan beberapa bukti tentang peranan para sufi dalam penyebaran islam pertama kalinya di nusantara. Ia menyebutkan tokoh sufi Syekh Abdullah Arif yang menyebarkan islam pertama kali di nusantara yaitu di aceh sekitar abad ke-12 M. Beliau adalah seorang pendatang ke nusantara bersama banyak mubalig lainnya yang di antaranya bernama syekh Ismail Zaffi. Lebih jauh lagi, Hawash Abdullah menegaskan bahwa kalau mau meneliti secara jujur, kita akan berkesimpulan bahwa pada tahun-tahun pertama masuknyaislam ke nusantara, para sufilah bukan lainnya yang paling banyak jasanya. Hampir semua daerah yang pertama memeluk islam bersedia menukar kepercayaan asalnya dari Animisme, Dinamisme, Budhaisme, Hinduisme karena tertarik kepada ajaran tasawuf.
b.      Rumusan masalah
Adapun dasar masalah yang akan kami paparkan lewat makalah ini yaitu mengenaipertumbuhan dan perkembangan tasawuf di Indonesia beserta tokoh-tokoh dan ajarannya. 
1)      Apa yg menyebabkan tasawuf tersebar di Indonesia ?
2)      Siapakah tokoh-tokoh yang menjadi pelopor tumbuhnya tasawuf di Indonesia ?
3)      Bagaiman ajaran-ajaran para tokoh-tokoh tasawuf di  Indonesia ?

c.       Tujuan penulisan
Maksud dari kami membuat makalah ini untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proses kami dalam menempuh mata kuliyah yang bersangkutan ini dan untuk memenuhi tugas-tugas dosen pembimbing agar hasil proses belajar kami dalam mata kuliyah ini bisa di anggap tuntas , memenuhi syarat , dan sempurna.










BAB II
2.      SEJARAH PERKEMBANGAN
Diskusi tentang keberadaan tasawuf di nusantara , tidak bisa lepas dari pengkajian proses islamisasi di kawasan ini. Sebab, tidaklah berlebihan kalau dikatakan, bahwa tersebar luasnya islam di Indonesia sebagian besar  adalah karena jasa para sufi.[1]Akan tetapi belakangan ini, sufisme yang melandasi ethos kerja mereka itu, kelihatannya hampir terlupakan kecuali di kalangan tertentu saja. Dari sekian banyak naskah-naskah lama yang berasal dari Sumatra, baik yang di tulis dalam bahasa arab maupun bahasa melayu , adalah berorientasi sufisme. Hal ini menunjukkan bahwa pengikt tasawuf  menjadi unsure yang cukup dominan dalam masyarakat pada masa itu. Kenyataan lain dapat pula di tunjuk bagaimana peranan ulama dalam struktur kekuasaan kerajaan-kerejaan islamdi Aceh saampaipada masa walisongo di jawa. Kepemimpian raja atau sultan slalu di damping dan di dukung oleh charisma ulama tasawuf. Di kawasan Sumatra bagian utara saja setidaknya ada empat sufi terkemuka, antara lain Hamzah fansuri kira-kira pada abad 17 M di Barus, kota kecil di barat pantai Sumatra, di utara Sibolga.  Beliau adalah sufi terkenal melalui karya tulisnya yaitu “Asrar al-Arifin” dan “Syarab al-Asyikin” serta beberapa kumpulan syair (puisi) sufistiknya. Dari keseluruhan karya tulisnya ini, diketahui bahwa beliau adalah penganut dan pengembang doktrinwahdat Al-wujud karya esoteric ibnu arabi.
 Kawasan Aceh sbagai sentra penyiaran islam yang awal di nusantara menjadi markasnya ulama dan para sufi besar pada masa kekuasaan sultan Aluddin Ri’ayat Syah, sultan Iskandar Muda sampai masa kekuasaan sultan Tajulalam Syaifuddin Syah. Sejak berdirinya kerajaan islam pasai, kawasan itu menjadi titik sentral penyiaran agama islam ke berbagai daerah di Sumatra dan pesisir utara pulau jawa.[2]Islam tersebar di ranah minangkabauatasa upaya Syeikh Burhanuddin Ulakan (w. 1693 M) murid dari Abdr Ro’uf Singkel, yang terkenal sebagai syeikh Tarekat Syattariyah. Sampai sekarang kebesaran nama syeikh dari Ulakan ii sbagai sufi besar, tetapi di abadikan masyarakat pesisir Minangkabau melalui upacara “ basapa ” di Ulakan pada setiap bulan shafar. Ulama-ulama besar yang muncul kemudian di daerah ini pada umumnya berasal dari didikan  Syeikh Ulakan, seperti  Tuanku Nan Renceh, Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Pasaman, Tuanku Lintau, dan lain-lain. Orang-orang Minagkaabau yang suka mrantau menyebarkan agama islam ke berbagai daerah di Sumatra  bagiaan tengah dan selatan, Kalimantan, Sulawesi dan daerah sekitarnya. Penyebaran islam ke pulau Jawa, juga berasal dari kerajaan pasai terutama atas jasa Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishak dan Ibrahim Asmoro, yang ketiganya adalah abituren Pasai. Melalui keuletan mereka itulah berdirinya kerajaan islam Demak yang kemudian menguasi Banten dan Batavia melalui Raden Syarief Hidayatullah.Perkembangan islam di Jawa untuk selanjutnya, umumnya di gerakkan oleh ulama yang di ketahui dan di kenal sebagai Wali Songo atau Wali Sembilan. Dari sebutan itu saja sudah cukup alas an untuk mengatakan, bahwa mereka itu adalah penghayat tasawuf yng sudah sampai pada derajat wali.Bukti di perkuat lagi dengan adanya hikayat Jawa (Babat Jawa) yang mengisahkan drama pertentangan antara Sunan Giri dan unan Kalijaga di satu pihak melawan Syeikh Siti Jenar di pihak lain, adalah petunjuk lain yang kuat bagaimana kehidupan tasawuf yang berkembang pada masa itu.Para Wali itu bukan saja berperan kuat pada pusat kekuasaan kesultanan, dank arena posisi itu mereka mendapat gelar Susuhunan aau biaa di sebut sunan.Dari peranan politk itu mereka dapat meminjam keukasaan sultan dan kelompok elit keratin dalam menyebarkan dan memantapkan penghayatan islam sesuai dengan keyakinan sufisme yang mereka anut.

3.      TOKOH-TOKOH PELOPOR TASAWUF
Adapun para tokoh-tokoh sufistik, tokoh-tokoh tasawuf, yang menjadi pelopor bertumbuh kembangya tasawuf di Indonesia :
a.       HAMZAH FANSURI ( W. 1016 H/1607 M )
Nama hamzah fansuri di nusantara bagi kalangan dan sarjana penyidik keislaman takasing lagi. Hamper semua penulis sejarah islam mencatat bahwa  Syeikh Hamzah fansury dan muridnya Syeikh Syamsuddin sumatrani termasu tokoh sufi yang sepaham dengan Al-hallaj. Syeikh Hamzah Fansury di akui sbagai salah seorang pujangga islam yang sangat populer  pada zamannya hingga kini namanya menghiasi lembaran-lembaran sejarah kesusatraan melayu dan Indonesia. 
b.      NURUDDIN AR-RANIRI  ( W. 1068 / 1658 M )
Ar Raniri dilahirkan di Ranir, sebuah kota pelabuhan tua di pantai Gujarat, India. Nama lengkapnya adalah Nuruddin bin hasanjin Al-Hamid Asy-Syafi,I Asy-Syafi,I Ar Raniri. Tahun kelahirannya tidak di ketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan besar menjelang  akhir Abad ke 16. Ia mengikuti langkah keluarganya dalam hal pendidikannya. Pendidikan pertamanya di peroleh di Ranir  dan kemudian melanjutkannya ke wilayah Hadhramaut.[3] Sewaktu masih di negri asalnya, ia sudah banyak menguasai ilmu agama. Di antaraguru yang paling banyak mempengaruhnya adalah Abu Nafs Sayyid Imam bin Abdullah bin Syaiban, seorang guru tarekat rifa’iyyah keturunan hadhramaut Gujarat, India.[4]
c.       SYEIKH ABDUR RAUF AS-SINKILI (1024-1105 H)
Abdur Rauf As Sinkili adalah seorang Ulama dan mufti besar di kerajaan  Aceh pada abad ke-17 ( 1606-1637 M. ). Nama lengkapnya adalah Syeikh Abdur Rauf bin Ali Fansuri. Sejarah mencatat bahwa beliau adalah murid dari dua ulama sufi yang menetap di Makkah dan Madinah itu. Beliau sempat menerima bai’at Tarekat Asy-syathariyah, di samping ilmuilmu sufi yang lain, termasuk sekte dan bidang ruang lingkup ilmu pengetahuan yang ada.[5]
d.      ABD SHAMAD AL-PALIMBANI ( W. 1203 H/1788 M )
Riwayat hidup Al-Palimbani tidak begitu banyak di ketahui , karena alam tulisan-tulisan yang ada sekarang, ia hampir tidak memberikan keterangan tentang dirinya. Walaupun demikian, kehidupan Al-Palimbai tidak sepenuhnya berada dalam kegelapan, karena di dalam tulisan-tulisannya, beliau selalu mencantumkan tempat dan tanggal. Abd Shamad Al-Palimbani adalah seorang ulama sufi  kelahiran Palembang pada abad ke-18, kira-kira tiga atau empat tahun setelah tahun 1700 Mdan meninggal kira-kira  tidak lama setalah tahun 1203 H /1788 M. beliau adalah putra dari Syeikh Abd Jalil in Syeikh Abdul Wahabbin Syeikh Ahmad Al-Mahdani ari Yaman, Seorang ulama sufi di San’a , dan juga pernah di angkat menjadi mufti besar di negri Kedah.
e.       SYEIKH YUSUF AL-MAKASSARI ( 1037-1111/1627-1699)
Syeikh Yusuf Al Makassari adalah seorang tokoh sufi agung di Sulawesi. Beliau di lahirkan pada tanggal 08 syawal 1036 H .yang berarti tidak berapa lama setelahkedatangan tiga orang  penyiar islam ke Sulawesi yaitu Datuk RI Bandang dan kawan-kawannya dari Minangkabau . dalam salah satu karangannya , beliau menulis ujung namanya dengan bahasa Arab ” Al-Makassari ”yaitu nama kota di Sulawesi Selatan (Ujung pandang).[6] Naluri Fithrah pribadi Syeikh Yusuf sejak kecil telah menampakkan diri  cinta akan pengetahuan keislaman. Dalam tempo yang relatif singkat, beliau telah  tamat mempelajari Al Quran 30 juz dan ilmu-ilmu yang lainnya.
f.       NAWAWI AL-BANTANI ( 1813-1897 M )
Abu Abdu Al-Mu’thi Muhammad bin Umar bin An-Nawawi Al-Jawi[7] di lahirkan pada tahun 1230 H/ 1813 M di desa Tanara sekarang masuk wilayah kecamatan Tirtayasa, kabupaten Serang provinsi Jawa Barat Indonesia. Sebelum melakukan perjalanan ke Makkah beliau sempat berguru kepada ayahnya sendiri Kyai H.Umar, seorang penghulu dari Tanara.Beliau sempat berguru kepada Kyai H Sahal, seorang ulama ternama di banten pada masa itu.Dan kemudian beliau melanjutkan pendidikanya di Makkah selama tiga tahun.
g.      HAMKA ( 1908 – 1981 M )
Haji Abdul Malik Karim Amirullah dilahirkan di tanah Sirah, Sungai Batang di tepi Danau Maninnjau, tepatya  pada 13 Muharram 1362 H, bertepatan dengan 16 Februari 1908 M. ayahnya adalah Abdul Karim Amirullah yang termasuk keturunan Abdul Arief, Tuanku Pauh Pariaman atau Tuanku nan Tuo, salah seorang pahlawan Paderi. Beliau adaah salah seorang ulama yang memainkan peranan penting dalam kebangkitan kembali pembaharuan di Minangkabau, dan sebagai guru utama Jalal Ad-Din. Kondisi social keagamaan apda masa HAMKA menuntut adanya pikiran-pikiran baru yang membawa umat pada ajaran Al-quran dan hadits yang lurus , yang tidak bercampur dengan adat istiadat.

4.      AJARAN-AJARAN PARA TOKOH  PELOPOR TASAWUF
a.       HAMZAH FANSURI
1)      Allah, Allah adalah dzat yang mutlak dan Qadim sebab dia adalah yang pertama dan pencipta alm semesta. Allah lebih dekat dari paa leher manusia sendiri, dan bahwa Allah tidak bertempat , sekalipun sering di katakana bahwa Ia ada di mana-mana. Ketia menjelaskan ayat “fainama tuwallu fa tsamma wajhu’llah”Para sufi menafsirkan “wajah Allah” sebagai sifat-sifat Tuhan seperti Pengasih Penyayang, Jalal, dan Jamal. Dalam salah satu sya’irnya:

“Mahbubmu itu tiada berha’il
Pada aina ma tuwallu jhangan kau ghafil
Fa tsamma wajhullah sampurna wasil
Inilah jaln orang yang kamil”

2)      Hakikat wujud dan penciptaan .menurutnya wujud itu hanyalah satu walaupun kelihatannya banyak. Dari wujud yang satu ini ada yang merupakan kulit ( mazh-har kenyataan lahir ) dan ada yang berupa isi (kenyataan batin). Semua benda yang ada sebenarnya manifestasi dari yang hakiki yang di sebut Al-Haqq Ta’ala  ia menggambarkan wujud tuhan bagaikan lautan yang bergerak, sedangkan alam semesta merupakan gelombag lautan wujud tuhan.
3)      Manusia. Walaupun manusa sbagai tingkat terakhir dari penjelmaan, ia adalah tingkat yang paling penting dan merupakan penjelmaan yang paling penuh dan sempurna. Ia adalah aliran atau pancaran langung dari dzat yang mutlak. Ini menunjukan adanya semacam kesatuan antara Allah dan Manusia.

b.      NURUDDIN AR RANIRI
1)      Tentang Tuhan
Pendirian Ar-Raniri dalam masalah ketuhanan pada umumnya bersifat kompromis.Ia berupaya menyatukan paham mutakallimin dengan paham para sufi yang di wakili Ibnu Arabi. Ia berpendapat bahwa unggkapan wujud Allah Alam Esa berarti bahwa ala mini merupakan sisi lahiriyah dari hakikatnya yang batin yaitu Allah, namun , ungkapan itu pda hakikatnya adalah bahwa ala mini tidak ada, yang ada hanyalahwujud Allah Yang Esa.
2)      Tentang Alam
Ar-Raniri berpandangan bahwa alam ini di ciptakan Allah mellalui Tajalli.Ia menolak teori Al-Faidh (emanasi) Al-Farabi karena akan membawa kepad pengakuan bahwa alam ini Qadim, sehingga dapat jatuh kepada kemusyrikan.
3)      Tentang Manusia
Manusia menurut Ar-Raniri, merupakan makhluk Allah yang paling sempurna di dunia ini.Sebab manusia merupakan khalifah Allah yang di jadikan sesuai Cita-Nya. Juga karena ia merupakan mazhhar (tempat dan keyataan asma dan sifat Allah paling lengkap dan menyeluruh).


4)      Tentang Wujudiyah
Inti ajaran wujudiyah menurut Ar-Raniri, berpusat pada Wahdatul wujud yang di salah artikan oleh kaum wujudiyah dengan arti kemanunggalan Allah dengan alam. Menurutnya, pendapat Hamzah Fansuri tentang hal ini dapat membawa kefakiran . Ar-Raniri berpendapat jika benar tuhan dan makhluk hakikatnya satu , dapat di katakan bahwa manusia adalah tuhan dan tuhan adalah manusia maka jadilah seluruh makhluk adalah tuhan.

c.       SYEIKH ABDUR ROUF AS-SINKILI
·         Kesesatan ajaran tasawuf wujudiyah. Sebelum As-Slinki masuk, Aceh sudah terlebih dahulu mengenal ajaran tasawuf yaitu tasawuf wujudiyah yang kemudian dikenal dengan sebutan wahdatul wujud, ajaran ini di anggap sesat oleh AR-Raniri dan penganutnya dianggap murtad, maka dari itu terjadilah proses penghukuman bagi mereka. Menurut As-Slinki tidakan ini terlalu emosional. As-Slinki menanggapi persoalan ini dengan penuh kebijaksanaan.
·         Rekonsiliasi antar tasawuf dan SyariatAS-Slinki merekonsiliasi antar tasawuf dan syariat,ajaran tasawufnya saa dengan Syamsuddin dan Nuruddin, yaitu menganut paham satu-satunya yaitu wujud hakiki, yakni Allah. Sedangkan alam ciptaannya bukanlah merupakan wujud hakiki melainkan byangan dari yang hakiki.
·         Dikir, Dalam pandangan As-Slinki dzikir merupaan  wujud untuk melepaskan diri dari sifat lalai dan lupa. Dengan hati slalu mengingat Allah.
·         Martabat perwujudan Tuhan, beliau menyimpulkan ada tiga martabat perwujudan tuhan. Pertama Martabat Ahadiyyah tau Ta’ayyun, yaitu alam pada waktu itu masih merupakan hakikat ghaib yang masih berada dalam imu tuhan. KeduaMartabat wahdah atau Taayyun awwal, yaitu sudah tercipta Haqiqah Muhammadiyah yang potensial bagi terciptanya alam. Ketiga  Martabat Wahdiyyah atau Ta’ayyun Tsaani, yang di sebut juga dengan A’yan Tsabitah, an dari sinilah alam tercipta.
d.      ABD  SHAMAD AL-PALIMBANI
·         Tentang Nafsu
Al-Palimbani berpandangan bahwasannya ada tujuh  tingkatan Jiwa yaitu Ammarah, Lauwamah, Mulhammah, Muthma’innah, Rhadiyah, Mardiyyah dan Kamilah yang berakir dengan kemampuan mngarugi dan menggumuli keidupan dunia yang penuh kesesatan.
·         Tentang Martabat Tujuh
Al-PAlimbani mengutip Martabat Tujuh, menurutnya martabat yang pertama adalah martabat ahadiyyatul  ahdiyah yakni memandang dengan hatinya akan semata-mata Wujud Zat esensi Allah Taala degan tiada ihtibar antara Sifat , Asma ,  dan af’al Nya. KeduaMartabat Al-Wahidah, yakni ibarat ilmu Allah  dengan Wujud Zat  dan segala sifat dan segala yang maujud atas jalan penghipunan dengan tiada beda . KetigaMartabat Al-Wahidiyyah yakni ibarat ilmu Allah taala mengenai Zat , Sifat , dan makhlik atas jalan perceraiannya. KeempatMartabat aam Arwah  yakni ibarat keadaan suatu yang halus yang semata-mata, yang beum menerima susun  dan belum berbeda setengahnya. Kelima alam mitsal yakni ibarat keadaan suatu yng halus ,yang tidak menerima susun yang tiada dapat di ceraikan setengahnya dari setengahnya dan tidak menerima pesuk dan tiada menerima bertampal. KeenamMartabat Alam al-Asjal yakni ibarat sesuatunyant di susun empat perkara yakni Api,Angi,Tanah, dan Air skalian yang kasar menerima besusun dan bercerai berai setengahnya dari setengahnya. KetujuhMartabat alam Al-jJami’ah yakni martabat yang menghimpunkan martabat yang enam.
·         Tentang Syariat
Seperti paratokoh sufi lainnya Al-Palimbani juga percaya bahwa tuhan hanya dapat di dekati melalui keyakinan yang benar pada keesaan tuhan yang mutlak dan kepatuhan kepada ajaran-ajaran Syari’at.
·         Tentang Ma’rifat
Yang ahrusdi capai seorang sufi ialah  memandang Allah secara langsung , dengan mata hati yang telah bebas dan bersih dari segala noda  goda’an dunia.

e.       SYEIKH YUSUF AL_MAKASSARI
·         Syariat dan Hakikat, beliau mengungkapakan paradigma sufistiknya bertolak dari asumsi dasar ajaran meliputi dua aspek lahir (Syariat) dan batin (Hakikat) kedua aspe ini harus di pandang  dan di amalkan sbagai suatu kesatuan.[8]
·         Insan Kamil dan proses penyucia jiwa
Dalam proses penyucian jiwa, hidup kita harus di arahkan untuk menuju Allah. Gejolak hawa nafsu hars di kendalikan  melalui tertib hidup dan disiplin diri atas dasar orientasi ketuhanan yang senantiasa melindungi manusia.
·         Transendensi Tuhan
Syeikh Yusuf menjelskan bahwa Tuhan turun, sementara manusia naik,suatu proses yang membawa keduanya  semakin dekat.
f.       AN_NAWAWI AL_BANTANI
·         Tarekat
Orang-orang yang mengikuti tarekat hendaknya perkataan dan perbuatanya sesuai dengan Syariat nabi,  jika tidak  demikian , tentulah tarekatnya seperti banyak yang terjadi pada murid-murid Syekh Isma’il Minangkabau. Mereka mencela dzikir Allah, mencela orang yng tidak masuk dalam syariat.
·         Ghibah
Di haruskan melarang siapapun melakukan Ghibah melalui lisannya jika tdk memungkinkan melarang dengan tangan , jika tidak memungkinkan  pasrahkan lah dan doakanlah dia supaya dia mendapatkan rahmat dan hidayah dari Allah.
·         Sifat Manusi
Dalam diri manusia terdapat unsur sifat yaitu kebinatangan, kemanusia’an dan ketuhanan.Semuanya berkumpul dalam hati.
BAB III
5.      KESIMPULAN
§  Masuknya tasawuf di Indonesia tidak dapat lepas dari pengkajian proses islamisasi di kawasan ini, sebab, tidaklah berlebihan kalau di katakana bahwa tersebarnya islam di Nusantara sebagian besar adalah karena jasa kaum sufi. Pada tahap perama, penyebaran islam masih relative terbatas  di kota-kota pelabuhan. Akan tetapi, dalam yang itdak terlalu lama, islam mulai memasuki wilaya pesisir dan pedesaan. Pada tahap ini para pedagang dan para ulama yang sekaligus guru tarekat beserta murid-murid mereka memegang peranan penting  di dalam penyebaran tersebut. Mereka pada umumnya memperoleh wewenang  dari penguasa local.
§  Adapun mengenai para tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia mereka tidak sepenuhnya berasal dari tanah air sendiri melainkan dari luarnegri misalkan Timur tengah mskipun ada juga yang memang asli dari Indonesia seperti yang sudah saya paparkan di atas tadi misalkan, Hazah Fansuri, Abd Shamad Alpalimbani, dan Syeikh Yusuf Al-Makassari.
§  Dan mengenai ajaran-ajaran dari para tokoh di atas, mereka memepunyai tujuan yang sama yaitu ingin menjadi hamba Allah yang suci, bersih dan hakiki melainkan dalam menempuh hal-hal yang seoerti itu , mereka mempunyai jalan dan guru masing-masing sehingga menimbulkan sedikit perbadaan di antara mereka nengenai jalan tasawuf.

6.      Kritik dan Saran
·          
·          
·          
·          
·          









DFTAR PUSTAKA
Solihin ,M.2014. Ilmu Taswuf.Bandung : Pustaka Setia.
Anwar , Rohison . 2014. Ilmu Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia.
Nata , Abuddin . 2011 .Akhlak Tasawuf. Jakarta Utara : Raja Grafindo Persada.
Fauqi Hajjaj , M .2011 dan . Tasawuf Islam Akhlaq.Jakarta : Amzah.
Siregar , A. Rivay . 2002 .Dari Sufisme Klasik Ke Neo Sufisme. Jakarta : Raja Grafindo.
Jamil , M. H. 2007 . Cakrawala tasawuf.Jakarta :  Gaung Persada Press Jakarta.





























































[1]A.H. Jhon Islam in Shout East Asia  , London,   1965:  166
[2]A.H jhon , op. cit . : 5

[3]Ibid ., hlm . 171.
[4] Ahmad daudi, Allah dan manusia dalam konsepsi Nuruddin Ar Raniri, Rajawali, Jakarta, 1983, hlm. 36.
[5] Abdullah Perkembangan ilmu tasawuf  , hlm . 50 .



[6] Al Ghazali, Ihyak ulumuddin, juz III , Indonesia: Dar Ihya Al kutub Al-Arabiyah, hlm 186.
[7] Dalam sejarah lama, kata “Al-Jawi”  di kenal sebagai orang-orang yang berasal dari Indonesia,
[8] Abu Hamid, Syekh Yusuf Seorang Ulama,sufi dan pejuang,  Yayasan Obor,Jakarata, 1994, hlm. 173.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel