Pertumbuhan dan perkembangan akhlak tasawuf di Indonesia beserta tokoh dan ajarannya
Wednesday, 27 April 2016
MAKALAH
“ AKHLAK TASAWUF “
Pertumbuhan dan perkembangan akhlak tasawuf di Indonesia beserta
tokoh dan ajarannya
Pembimbing: DR. Muhammad zaini
Oleh :
Mochamad Husen Robiul Hidayatulloh (084142089)
Sitta Maratus Solikah (084142115)
Lusi Ramadhani (084142101)
JURUSAN TARBIYAH
SEPTEMBER 2015
BAB I
1.
PENDAHULUAN
a.
Latar belakang
Tasawuf merupakan bagian yang
dari kajian islam di Indonesia. Sejak masuknya islam di Indonesia , unsur
tasawuf telah mewarnai kehidupan
keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat
ini pun , nuansa tsawuf masih kelihatan
menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari pengalaman keagaman sebagian kaum muslimin Indonesia. Hal ini
terbukti dengan semakin maraknya kajian islam di bidang ini dan juga melalui
gerakan tarekat muktabarah yang masih berpengaruh di kalangan masyarakat.
Hawash abullah menyebutkan beberapa bukti tentang peranan para sufi dalam
penyebaran islam pertama kalinya di nusantara. Ia menyebutkan tokoh sufi Syekh
Abdullah Arif yang menyebarkan islam pertama kali di nusantara yaitu di aceh
sekitar abad ke-12 M. Beliau adalah seorang pendatang ke nusantara bersama
banyak mubalig lainnya yang di antaranya bernama syekh Ismail Zaffi. Lebih jauh
lagi, Hawash Abdullah menegaskan bahwa kalau mau meneliti secara jujur, kita
akan berkesimpulan bahwa pada tahun-tahun pertama masuknyaislam ke nusantara,
para sufilah bukan lainnya yang paling banyak jasanya. Hampir semua daerah yang
pertama memeluk islam bersedia menukar kepercayaan asalnya dari Animisme,
Dinamisme, Budhaisme, Hinduisme karena tertarik kepada ajaran tasawuf.
b.
Rumusan masalah
Adapun dasar
masalah yang akan kami paparkan lewat makalah ini yaitu mengenaipertumbuhan dan
perkembangan tasawuf di Indonesia beserta tokoh-tokoh dan ajarannya.
1)
Apa yg menyebabkan tasawuf tersebar di Indonesia ?
2)
Siapakah tokoh-tokoh yang menjadi pelopor tumbuhnya tasawuf di
Indonesia ?
3)
Bagaiman ajaran-ajaran para tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia ?
c.
Tujuan penulisan
Maksud dari
kami membuat makalah ini untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proses kami dalam
menempuh mata kuliyah yang bersangkutan ini dan untuk memenuhi tugas-tugas
dosen pembimbing agar hasil proses belajar kami dalam mata kuliyah ini bisa di
anggap tuntas , memenuhi syarat , dan sempurna.
BAB II
2.
SEJARAH PERKEMBANGAN
Diskusi tentang keberadaan tasawuf di nusantara , tidak bisa lepas
dari pengkajian proses islamisasi di kawasan ini. Sebab, tidaklah berlebihan
kalau dikatakan, bahwa tersebar luasnya islam di Indonesia sebagian besar adalah karena jasa para sufi.[1]Akan
tetapi belakangan ini, sufisme yang melandasi ethos kerja mereka itu,
kelihatannya hampir terlupakan kecuali di kalangan tertentu saja. Dari sekian
banyak naskah-naskah lama yang berasal dari Sumatra, baik yang di tulis dalam
bahasa arab maupun bahasa melayu , adalah berorientasi sufisme. Hal ini
menunjukkan bahwa pengikt tasawuf
menjadi unsure yang cukup dominan dalam masyarakat pada masa itu.
Kenyataan lain dapat pula di tunjuk bagaimana peranan ulama dalam struktur
kekuasaan kerajaan-kerejaan islamdi Aceh saampaipada masa walisongo di jawa.
Kepemimpian raja atau sultan slalu di damping dan di dukung oleh charisma ulama
tasawuf. Di kawasan Sumatra bagian utara saja setidaknya ada empat sufi
terkemuka, antara lain Hamzah fansuri kira-kira pada abad 17 M di Barus, kota
kecil di barat pantai Sumatra, di utara Sibolga. Beliau adalah sufi terkenal melalui karya
tulisnya yaitu “Asrar al-Arifin” dan “Syarab al-Asyikin” serta
beberapa kumpulan syair (puisi) sufistiknya. Dari keseluruhan karya tulisnya
ini, diketahui bahwa beliau adalah penganut dan pengembang doktrinwahdat
Al-wujud karya esoteric ibnu arabi.
Kawasan Aceh sbagai sentra
penyiaran islam yang awal di nusantara menjadi markasnya ulama dan para sufi
besar pada masa kekuasaan sultan Aluddin Ri’ayat Syah, sultan Iskandar Muda
sampai masa kekuasaan sultan Tajulalam Syaifuddin Syah. Sejak berdirinya
kerajaan islam pasai, kawasan itu menjadi titik sentral penyiaran agama islam
ke berbagai daerah di Sumatra dan pesisir utara pulau jawa.[2]Islam
tersebar di ranah minangkabauatasa upaya Syeikh Burhanuddin Ulakan (w. 1693 M)
murid dari Abdr Ro’uf Singkel, yang terkenal sebagai syeikh Tarekat Syattariyah.
Sampai sekarang kebesaran nama syeikh dari Ulakan ii sbagai sufi besar, tetapi
di abadikan masyarakat pesisir Minangkabau melalui upacara “ basapa ” di Ulakan
pada setiap bulan shafar. Ulama-ulama besar yang muncul kemudian di daerah ini
pada umumnya berasal dari didikan Syeikh
Ulakan, seperti Tuanku Nan Renceh,
Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Pasaman, Tuanku Lintau, dan lain-lain. Orang-orang
Minagkaabau yang suka mrantau menyebarkan agama islam ke berbagai daerah di
Sumatra bagiaan tengah dan selatan, Kalimantan,
Sulawesi dan daerah sekitarnya. Penyebaran islam ke pulau Jawa, juga berasal
dari kerajaan pasai terutama atas jasa Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishak dan
Ibrahim Asmoro, yang ketiganya adalah abituren Pasai. Melalui keuletan mereka itulah
berdirinya kerajaan islam Demak yang kemudian menguasi Banten dan Batavia
melalui Raden Syarief Hidayatullah.Perkembangan islam di Jawa untuk
selanjutnya, umumnya di gerakkan oleh ulama yang di ketahui dan di kenal
sebagai Wali Songo atau Wali Sembilan. Dari sebutan itu saja sudah cukup alas
an untuk mengatakan, bahwa mereka itu adalah penghayat tasawuf yng sudah sampai
pada derajat wali.Bukti di perkuat lagi dengan adanya hikayat Jawa (Babat Jawa)
yang mengisahkan drama pertentangan antara Sunan Giri dan unan Kalijaga di satu
pihak melawan Syeikh Siti Jenar di pihak lain, adalah petunjuk lain yang kuat
bagaimana kehidupan tasawuf yang berkembang pada masa itu.Para Wali itu bukan
saja berperan kuat pada pusat kekuasaan kesultanan, dank arena posisi itu
mereka mendapat gelar Susuhunan aau biaa di sebut sunan.Dari peranan politk itu
mereka dapat meminjam keukasaan sultan dan kelompok elit keratin dalam
menyebarkan dan memantapkan penghayatan islam sesuai dengan keyakinan sufisme
yang mereka anut.
3.
TOKOH-TOKOH PELOPOR TASAWUF
Adapun para
tokoh-tokoh sufistik, tokoh-tokoh tasawuf, yang menjadi pelopor bertumbuh
kembangya tasawuf di Indonesia :
a.
HAMZAH FANSURI ( W. 1016 H/1607 M )
Nama hamzah
fansuri di nusantara bagi kalangan dan sarjana penyidik keislaman takasing lagi.
Hamper semua penulis sejarah islam mencatat bahwa Syeikh Hamzah fansury dan muridnya Syeikh
Syamsuddin sumatrani termasu tokoh sufi yang sepaham dengan Al-hallaj. Syeikh
Hamzah Fansury di akui sbagai salah seorang pujangga islam yang sangat populer pada zamannya hingga kini namanya menghiasi
lembaran-lembaran sejarah kesusatraan melayu dan Indonesia.
b.
NURUDDIN AR-RANIRI ( W. 1068
/ 1658 M )
Ar Raniri
dilahirkan di Ranir, sebuah kota pelabuhan tua di pantai Gujarat, India. Nama
lengkapnya adalah Nuruddin bin hasanjin Al-Hamid Asy-Syafi,I Asy-Syafi,I Ar
Raniri. Tahun kelahirannya tidak di ketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan
besar menjelang akhir Abad ke 16. Ia
mengikuti langkah keluarganya dalam hal pendidikannya. Pendidikan pertamanya di
peroleh di Ranir dan kemudian
melanjutkannya ke wilayah Hadhramaut.[3]
Sewaktu masih di negri asalnya, ia sudah banyak menguasai ilmu agama. Di
antaraguru yang paling banyak mempengaruhnya adalah Abu Nafs Sayyid Imam bin
Abdullah bin Syaiban, seorang guru tarekat rifa’iyyah keturunan hadhramaut
Gujarat, India.[4]
c.
SYEIKH ABDUR RAUF AS-SINKILI (1024-1105 H)
Abdur Rauf As
Sinkili adalah seorang Ulama dan mufti besar di kerajaan Aceh pada abad ke-17 ( 1606-1637 M. ). Nama
lengkapnya adalah Syeikh Abdur Rauf bin Ali Fansuri. Sejarah mencatat bahwa
beliau adalah murid dari dua ulama sufi yang menetap di Makkah dan Madinah itu.
Beliau sempat menerima bai’at Tarekat Asy-syathariyah, di samping ilmuilmu sufi
yang lain, termasuk sekte dan bidang ruang lingkup ilmu pengetahuan yang ada.[5]
d.
ABD SHAMAD AL-PALIMBANI ( W. 1203 H/1788 M )
Riwayat hidup
Al-Palimbani tidak begitu banyak di ketahui , karena alam tulisan-tulisan yang
ada sekarang, ia hampir tidak memberikan keterangan tentang dirinya. Walaupun
demikian, kehidupan Al-Palimbai tidak sepenuhnya berada dalam kegelapan, karena
di dalam tulisan-tulisannya, beliau selalu mencantumkan tempat dan tanggal. Abd
Shamad Al-Palimbani adalah seorang ulama sufi
kelahiran Palembang pada abad ke-18, kira-kira tiga atau empat tahun
setelah tahun 1700 Mdan meninggal kira-kira
tidak lama setalah tahun 1203 H /1788 M. beliau adalah putra dari Syeikh
Abd Jalil in Syeikh Abdul Wahabbin Syeikh Ahmad Al-Mahdani ari Yaman, Seorang ulama
sufi di San’a , dan juga pernah di angkat menjadi mufti besar di negri Kedah.
e.
SYEIKH YUSUF AL-MAKASSARI ( 1037-1111/1627-1699)
Syeikh Yusuf Al
Makassari adalah seorang tokoh sufi agung di Sulawesi. Beliau di lahirkan pada
tanggal 08 syawal 1036 H .yang berarti tidak berapa lama setelahkedatangan tiga
orang penyiar islam ke Sulawesi yaitu
Datuk RI Bandang dan kawan-kawannya dari Minangkabau . dalam salah satu
karangannya , beliau menulis ujung namanya dengan bahasa Arab ” Al-Makassari
”yaitu nama kota di Sulawesi Selatan (Ujung pandang).[6]
Naluri Fithrah pribadi Syeikh Yusuf sejak kecil telah menampakkan diri cinta akan pengetahuan keislaman. Dalam tempo
yang relatif singkat, beliau telah tamat
mempelajari Al Quran 30 juz dan ilmu-ilmu yang lainnya.
f.
NAWAWI AL-BANTANI ( 1813-1897 M )
Abu Abdu
Al-Mu’thi Muhammad bin Umar bin An-Nawawi Al-Jawi[7] di
lahirkan pada tahun 1230 H/ 1813 M di desa Tanara sekarang masuk wilayah
kecamatan Tirtayasa, kabupaten Serang provinsi Jawa Barat Indonesia. Sebelum
melakukan perjalanan ke Makkah beliau sempat berguru kepada ayahnya sendiri
Kyai H.Umar, seorang penghulu dari Tanara.Beliau sempat berguru kepada Kyai H
Sahal, seorang ulama ternama di banten pada masa itu.Dan kemudian beliau
melanjutkan pendidikanya di Makkah selama tiga tahun.
g.
HAMKA ( 1908 – 1981 M )
Haji Abdul
Malik Karim Amirullah dilahirkan di tanah Sirah, Sungai Batang di tepi Danau
Maninnjau, tepatya pada 13 Muharram 1362
H, bertepatan dengan 16 Februari 1908 M. ayahnya adalah Abdul Karim Amirullah
yang termasuk keturunan Abdul Arief, Tuanku Pauh Pariaman atau Tuanku nan Tuo,
salah seorang pahlawan Paderi. Beliau adaah salah seorang ulama yang memainkan
peranan penting dalam kebangkitan kembali pembaharuan di Minangkabau, dan
sebagai guru utama Jalal Ad-Din. Kondisi social keagamaan apda masa HAMKA
menuntut adanya pikiran-pikiran baru yang membawa umat pada ajaran Al-quran dan
hadits yang lurus , yang tidak bercampur dengan adat istiadat.
4.
AJARAN-AJARAN PARA TOKOH
PELOPOR TASAWUF
a.
HAMZAH FANSURI
1)
Allah, Allah adalah dzat yang mutlak dan Qadim sebab dia adalah
yang pertama dan pencipta alm semesta. Allah lebih dekat dari paa leher manusia
sendiri, dan bahwa Allah tidak bertempat , sekalipun sering di katakana bahwa
Ia ada di mana-mana. Ketia menjelaskan ayat “fainama tuwallu fa tsamma
wajhu’llah”Para sufi menafsirkan “wajah Allah” sebagai sifat-sifat Tuhan
seperti Pengasih Penyayang, Jalal, dan Jamal. Dalam salah satu sya’irnya:
“Mahbubmu
itu tiada berha’il
Pada
aina ma tuwallu jhangan kau ghafil
Fa
tsamma wajhullah sampurna wasil
Inilah
jaln orang yang kamil”
2)
Hakikat wujud dan penciptaan .menurutnya wujud itu hanyalah satu
walaupun kelihatannya banyak. Dari wujud yang satu ini ada yang merupakan kulit
( mazh-har kenyataan lahir ) dan ada yang berupa isi (kenyataan
batin). Semua benda yang ada sebenarnya manifestasi dari yang hakiki yang di
sebut Al-Haqq Ta’ala ia
menggambarkan wujud tuhan bagaikan lautan yang bergerak, sedangkan alam semesta
merupakan gelombag lautan wujud tuhan.
3)
Manusia. Walaupun manusa sbagai tingkat terakhir dari penjelmaan,
ia adalah tingkat yang paling penting dan merupakan penjelmaan yang paling
penuh dan sempurna. Ia adalah aliran atau pancaran langung dari dzat yang
mutlak. Ini menunjukan adanya semacam kesatuan antara Allah dan Manusia.
b.
NURUDDIN AR RANIRI
1)
Tentang Tuhan
Pendirian
Ar-Raniri dalam masalah ketuhanan pada umumnya bersifat kompromis.Ia berupaya
menyatukan paham mutakallimin dengan paham para sufi yang di wakili Ibnu Arabi.
Ia berpendapat bahwa unggkapan wujud Allah Alam Esa berarti bahwa ala mini
merupakan sisi lahiriyah dari hakikatnya yang batin yaitu Allah, namun ,
ungkapan itu pda hakikatnya adalah bahwa ala mini tidak ada, yang ada
hanyalahwujud Allah Yang Esa.
2)
Tentang Alam
Ar-Raniri
berpandangan bahwa alam ini di ciptakan Allah mellalui Tajalli.Ia menolak teori
Al-Faidh (emanasi) Al-Farabi karena akan membawa kepad pengakuan bahwa alam ini
Qadim, sehingga dapat jatuh kepada kemusyrikan.
3)
Tentang Manusia
Manusia menurut
Ar-Raniri, merupakan makhluk Allah yang paling sempurna di dunia ini.Sebab
manusia merupakan khalifah Allah yang di jadikan sesuai Cita-Nya. Juga karena
ia merupakan mazhhar (tempat dan keyataan asma dan sifat Allah paling lengkap
dan menyeluruh).
4)
Tentang Wujudiyah
Inti ajaran
wujudiyah menurut Ar-Raniri, berpusat pada Wahdatul wujud yang di salah
artikan oleh kaum wujudiyah dengan arti kemanunggalan Allah dengan alam.
Menurutnya, pendapat Hamzah Fansuri tentang hal ini dapat membawa kefakiran .
Ar-Raniri berpendapat jika benar tuhan dan makhluk hakikatnya satu , dapat di
katakan bahwa manusia adalah tuhan dan tuhan adalah manusia maka jadilah
seluruh makhluk adalah tuhan.
c.
SYEIKH ABDUR ROUF AS-SINKILI
·
Kesesatan ajaran tasawuf wujudiyah. Sebelum As-Slinki masuk, Aceh
sudah terlebih dahulu mengenal ajaran tasawuf yaitu tasawuf wujudiyah yang
kemudian dikenal dengan sebutan wahdatul wujud, ajaran ini di anggap sesat oleh
AR-Raniri dan penganutnya dianggap murtad, maka dari itu terjadilah proses
penghukuman bagi mereka. Menurut As-Slinki tidakan ini terlalu emosional.
As-Slinki menanggapi persoalan ini dengan penuh kebijaksanaan.
·
Rekonsiliasi antar tasawuf dan SyariatAS-Slinki merekonsiliasi
antar tasawuf dan syariat,ajaran tasawufnya saa dengan Syamsuddin dan Nuruddin,
yaitu menganut paham satu-satunya yaitu wujud hakiki, yakni Allah. Sedangkan
alam ciptaannya bukanlah merupakan wujud hakiki melainkan byangan dari yang
hakiki.
·
Dikir, Dalam pandangan As-Slinki dzikir merupaan wujud untuk melepaskan diri dari sifat lalai
dan lupa. Dengan hati slalu mengingat Allah.
·
Martabat perwujudan Tuhan, beliau menyimpulkan ada tiga martabat
perwujudan tuhan. Pertama Martabat Ahadiyyah tau Ta’ayyun, yaitu alam
pada waktu itu masih merupakan hakikat ghaib yang masih berada dalam imu tuhan.
KeduaMartabat wahdah atau Taayyun awwal, yaitu sudah tercipta Haqiqah
Muhammadiyah yang potensial bagi terciptanya alam. Ketiga Martabat Wahdiyyah atau Ta’ayyun Tsaani, yang
di sebut juga dengan A’yan Tsabitah, an dari sinilah alam tercipta.
d.
ABD SHAMAD AL-PALIMBANI
·
Tentang Nafsu
Al-Palimbani
berpandangan bahwasannya ada tujuh
tingkatan Jiwa yaitu Ammarah, Lauwamah, Mulhammah, Muthma’innah,
Rhadiyah, Mardiyyah dan Kamilah yang berakir dengan kemampuan mngarugi dan
menggumuli keidupan dunia yang penuh kesesatan.
·
Tentang Martabat Tujuh
Al-PAlimbani
mengutip Martabat Tujuh, menurutnya martabat yang pertama adalah
martabat ahadiyyatul ahdiyah yakni
memandang dengan hatinya akan semata-mata Wujud Zat esensi Allah Taala degan
tiada ihtibar antara Sifat , Asma , dan
af’al Nya. KeduaMartabat Al-Wahidah, yakni ibarat ilmu Allah dengan Wujud Zat dan segala sifat dan segala yang maujud atas
jalan penghipunan dengan tiada beda . KetigaMartabat Al-Wahidiyyah yakni
ibarat ilmu Allah taala mengenai Zat , Sifat , dan makhlik atas jalan
perceraiannya. KeempatMartabat aam Arwah
yakni ibarat keadaan suatu yang halus yang semata-mata, yang beum
menerima susun dan belum berbeda
setengahnya. Kelima alam mitsal yakni ibarat keadaan suatu yng halus
,yang tidak menerima susun yang tiada dapat di ceraikan setengahnya dari
setengahnya dan tidak menerima pesuk dan tiada menerima bertampal. KeenamMartabat
Alam al-Asjal yakni ibarat sesuatunyant di susun empat perkara yakni
Api,Angi,Tanah, dan Air skalian yang kasar menerima besusun dan bercerai berai
setengahnya dari setengahnya. KetujuhMartabat alam Al-jJami’ah yakni
martabat yang menghimpunkan martabat yang enam.
·
Tentang Syariat
Seperti
paratokoh sufi lainnya Al-Palimbani juga percaya bahwa tuhan hanya dapat di
dekati melalui keyakinan yang benar pada keesaan tuhan yang mutlak dan
kepatuhan kepada ajaran-ajaran Syari’at.
·
Tentang Ma’rifat
Yang ahrusdi
capai seorang sufi ialah memandang Allah
secara langsung , dengan mata hati yang telah bebas dan bersih dari segala
noda goda’an dunia.
e.
SYEIKH YUSUF AL_MAKASSARI
·
Syariat dan Hakikat, beliau mengungkapakan paradigma sufistiknya
bertolak dari asumsi dasar ajaran meliputi dua aspek lahir (Syariat) dan batin
(Hakikat) kedua aspe ini harus di pandang
dan di amalkan sbagai suatu kesatuan.[8]
·
Insan Kamil dan proses penyucia jiwa
Dalam proses
penyucian jiwa, hidup kita harus di arahkan untuk menuju Allah. Gejolak hawa
nafsu hars di kendalikan melalui tertib
hidup dan disiplin diri atas dasar orientasi ketuhanan yang senantiasa
melindungi manusia.
·
Transendensi Tuhan
Syeikh Yusuf
menjelskan bahwa Tuhan turun, sementara manusia naik,suatu proses yang membawa
keduanya semakin dekat.
f.
AN_NAWAWI AL_BANTANI
·
Tarekat
Orang-orang
yang mengikuti tarekat hendaknya perkataan dan perbuatanya sesuai dengan
Syariat nabi, jika tidak demikian , tentulah tarekatnya seperti banyak
yang terjadi pada murid-murid Syekh Isma’il Minangkabau. Mereka mencela dzikir
Allah, mencela orang yng tidak masuk dalam syariat.
·
Ghibah
Di haruskan
melarang siapapun melakukan Ghibah melalui lisannya jika tdk memungkinkan
melarang dengan tangan , jika tidak memungkinkan pasrahkan lah dan doakanlah dia supaya dia
mendapatkan rahmat dan hidayah dari Allah.
·
Sifat Manusi
Dalam diri
manusia terdapat unsur sifat yaitu kebinatangan, kemanusia’an dan
ketuhanan.Semuanya berkumpul dalam hati.
BAB III
5.
KESIMPULAN
§ Masuknya
tasawuf di Indonesia tidak dapat lepas dari pengkajian proses islamisasi di
kawasan ini, sebab, tidaklah berlebihan kalau di katakana bahwa tersebarnya
islam di Nusantara sebagian besar adalah karena jasa kaum sufi. Pada tahap
perama, penyebaran islam masih relative terbatas di kota-kota pelabuhan. Akan tetapi, dalam
yang itdak terlalu lama, islam mulai memasuki wilaya pesisir dan pedesaan. Pada
tahap ini para pedagang dan para ulama yang sekaligus guru tarekat beserta
murid-murid mereka memegang peranan penting
di dalam penyebaran tersebut. Mereka pada umumnya memperoleh
wewenang dari penguasa local.
§ Adapun mengenai
para tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia mereka tidak sepenuhnya berasal dari
tanah air sendiri melainkan dari luarnegri misalkan Timur tengah mskipun ada
juga yang memang asli dari Indonesia seperti yang sudah saya paparkan di atas
tadi misalkan, Hazah Fansuri, Abd Shamad Alpalimbani, dan Syeikh Yusuf
Al-Makassari.
§
Dan mengenai ajaran-ajaran dari para tokoh di atas, mereka
memepunyai tujuan yang sama yaitu ingin menjadi hamba Allah yang suci, bersih
dan hakiki melainkan dalam menempuh hal-hal yang seoerti itu , mereka mempunyai
jalan dan guru masing-masing sehingga menimbulkan sedikit perbadaan di antara
mereka nengenai jalan tasawuf.
6.
Kritik dan Saran
·
·
·
·
·
DFTAR PUSTAKA
Solihin ,M.2014. Ilmu Taswuf.Bandung : Pustaka Setia.
Anwar , Rohison . 2014. Ilmu Tasawuf. Bandung : Pustaka
Setia.
Nata , Abuddin . 2011 .Akhlak Tasawuf. Jakarta Utara : Raja
Grafindo Persada.
Fauqi Hajjaj , M .2011 dan . Tasawuf Islam Akhlaq.Jakarta :
Amzah.
Siregar , A. Rivay . 2002 .Dari Sufisme Klasik Ke Neo Sufisme.
Jakarta : Raja Grafindo.
Jamil , M. H. 2007 . Cakrawala tasawuf.Jakarta : Gaung Persada Press Jakarta.
[1]A.H. Jhon Islam in Shout East Asia , London, 1965:
166
[2]A.H jhon , op. cit . : 5
[3]Ibid ., hlm . 171.
[4] Ahmad daudi, Allah dan manusia dalam konsepsi Nuruddin Ar Raniri,
Rajawali, Jakarta, 1983, hlm. 36.
[5] Abdullah Perkembangan ilmu tasawuf
, hlm . 50 .
[6] Al Ghazali, Ihyak ulumuddin, juz III , Indonesia: Dar Ihya Al kutub
Al-Arabiyah, hlm 186.
[7] Dalam sejarah lama, kata “Al-Jawi”
di kenal sebagai orang-orang yang berasal dari Indonesia,
[8] Abu Hamid, Syekh Yusuf Seorang Ulama,sufi dan pejuang, Yayasan Obor,Jakarata, 1994, hlm. 173.