Eps 1. Perjalanan Perdana
Monday, 15 July 2019
Perkenalkan, nama saya M. hasin ilmalik biasa dipanggil malik
Aku lahir di probolinggo 17 mei 1996. Dilahirkan dengan normal oleh perjuangan seorang yang begitu mulia yang bernama Ibu Muina, dan suara merdu yang pertama kali kudengar saat aku lahir adalah suara Ayah yang bernama Hasin.
Aku anak ke dua dari ayah dan ibu yang sangat hebat, dulunya katanya aku punya kakak yang bernama Nur. Yang tidak bertahan lama kemudian nur segera kembali pada Allah swt. Sekarang aku jadi anak pertama yang menjadi andalan dari keluargaku.
Aku sejak kecil adalah tipe anak yang keras kepala, ngotot, dan selalu ingin mewujudkan sesuatu yang terlitas dalam benaknya. Jika aku mengingikan sesuatu saat itu, aku pasti ingin mewujudkan keinginanku saat itu juga, tidak peduli apapun situasi dan kondisinya.
Aku hidup dilingkungan yang sederhana dan bermakna, disekelilingku adalah orang-orang hebat yang dihebatkan banyak orang. Keluarga yang begitu harmonis, tetangga yang seperti saudara. Saling menolong butuh ataupun tidak dibutuhkan.
Aku mungkin terlalu banyak melupakan masa kecilku yang bermakna, tapi aku tidak pernah lepas dari yang namanya keluarga. Hingga aku bergantungan dengan orang tua, aku takut jauh dari keduanya, mereka hilang sekejap saja aku menangis. Aku tidak tau harus menemukan mereka kemana. Aku tidak tau bagaimana jika hidupku tidak dituntun mereka. Malik kecil sangat menyayangi mereka.
sebenarnya malik kecil dipanggil Alex, entah dari mana nama itu berasal yang pasti aku akan menjelaskan tentang nama-nama itu di episode selanjutnya.
Yaaa, menyenangkan rasanya membayangkan menjadi seperti anak kecil lagi, tidak pernah tau yang namanya susah, bermain riang gembira seperti melayang di atas awan, walalupun tanpa tujuan rasanya menyenangkan, terbang melintasi samudra dan kembali pulang dengan muka yang gembira. Rasanya Terlalu panjang untuk kuceritakan masa kecilku yang bahagia.
Didikan ayah ibu padaku sangat bagus, aku dididik agamaku terlebih dahulu sembari pendidikan umum mereka susulkan padaku. Aku kemudian dititipkan pada alim ulama KH. Ahmad Basuki Kamil di pondok pesantren Darul Ulum. Semenjak kecil aku berada disana menimba ilmu mulai habis sebelum asar hingga petang dengan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ), dan sehabis magrib aku kembali lagi ke pondok untuk belajar lagi di Madrasah Diniyah. Rasanya hebat pendidikan itu hingga mencetak aku yang bias melafalkan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran.
Aku lahir di probolinggo 17 mei 1996. Dilahirkan dengan normal oleh perjuangan seorang yang begitu mulia yang bernama Ibu Muina, dan suara merdu yang pertama kali kudengar saat aku lahir adalah suara Ayah yang bernama Hasin.
Aku anak ke dua dari ayah dan ibu yang sangat hebat, dulunya katanya aku punya kakak yang bernama Nur. Yang tidak bertahan lama kemudian nur segera kembali pada Allah swt. Sekarang aku jadi anak pertama yang menjadi andalan dari keluargaku.
Aku sejak kecil adalah tipe anak yang keras kepala, ngotot, dan selalu ingin mewujudkan sesuatu yang terlitas dalam benaknya. Jika aku mengingikan sesuatu saat itu, aku pasti ingin mewujudkan keinginanku saat itu juga, tidak peduli apapun situasi dan kondisinya.
Aku hidup dilingkungan yang sederhana dan bermakna, disekelilingku adalah orang-orang hebat yang dihebatkan banyak orang. Keluarga yang begitu harmonis, tetangga yang seperti saudara. Saling menolong butuh ataupun tidak dibutuhkan.
Aku mungkin terlalu banyak melupakan masa kecilku yang bermakna, tapi aku tidak pernah lepas dari yang namanya keluarga. Hingga aku bergantungan dengan orang tua, aku takut jauh dari keduanya, mereka hilang sekejap saja aku menangis. Aku tidak tau harus menemukan mereka kemana. Aku tidak tau bagaimana jika hidupku tidak dituntun mereka. Malik kecil sangat menyayangi mereka.
sebenarnya malik kecil dipanggil Alex, entah dari mana nama itu berasal yang pasti aku akan menjelaskan tentang nama-nama itu di episode selanjutnya.
Yaaa, menyenangkan rasanya membayangkan menjadi seperti anak kecil lagi, tidak pernah tau yang namanya susah, bermain riang gembira seperti melayang di atas awan, walalupun tanpa tujuan rasanya menyenangkan, terbang melintasi samudra dan kembali pulang dengan muka yang gembira. Rasanya Terlalu panjang untuk kuceritakan masa kecilku yang bahagia.
Didikan ayah ibu padaku sangat bagus, aku dididik agamaku terlebih dahulu sembari pendidikan umum mereka susulkan padaku. Aku kemudian dititipkan pada alim ulama KH. Ahmad Basuki Kamil di pondok pesantren Darul Ulum. Semenjak kecil aku berada disana menimba ilmu mulai habis sebelum asar hingga petang dengan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ), dan sehabis magrib aku kembali lagi ke pondok untuk belajar lagi di Madrasah Diniyah. Rasanya hebat pendidikan itu hingga mencetak aku yang bias melafalkan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran.